03. The Death

7 2 0
                                    

⚠️PERINGATAN⚠️
CHAPTER INI MENGANDUNG GAMBAR YANG BERKEMUNGKINAN DAPAT MEMBUAT ANDA MUNTAH, PUSING, KEPIKIRAN, MIMPI BURUK, DSB. SAYA HARAP PEMBACA DAPAT MENYIKAPINYA DENGAN BIJAK.

♤♤♤

"Takdir kembali terulang."

"Apa maksudmu?"

"Pada kehidupanmu yang lampau, kau membunuh keduanya–sahabatmu dan pria yang kau cintai itu."

Aku menahan nafas. Sang peramal itu hanya terdiam memandangiku dan membiarkanku mencerna semua yang dikatakannya.

Aku mendengus, "Itu tidak mungkin." Ucapku setenang mungkin.

Aku tidak ingin terlalu terpengaruh bahkan sampai terbawa emosi akibat apa yang dikatakan oleh peramal itu. Tapi fakta bahwa peramal itu mengetahui informasi mengenai diriku, serta kisah cinta segitigaku, membuatku semakin penasaran dan ingin mengetahui apa yang peramal itu ketahui sedangkan aku tidak mengetahuinya.

Peramal itu mulai mengeluarkan kartu-kartu tarot dengan berbagai macam ukuran. Ia mengocoknya kemudian menyebarkannya diatas meja dengan posisi tertutup dan memintaku untuk memilih beberapa.

Ku arahkan jari telunjukku dan memilih beberapa kartu dengan asal-asalan. Ya, asal-asalan. Setelah selesai memilih, peramal itu menyingkirkan kartu-kartu yang tidak ku pilih dan membalikkan satu-persatu kartu yang aku pilih. Dahi peramal itu mengkerut kering, matanya menyipit, dan kepalanya menggeleng pelan.

"Kau dikutuk oleh orang-orang yang telah kau lukai dan kau bunuh di kehidupanmu yang lampau."

Aku tersenyum menyeringai sebelum menggelengkan kepalaku.

Sedari tadi peramal itu mengatakan 'kehidupanku yang sebelumnya';'kehidupanku yang lampau'. Ha! ada-ada saja. Aku jadi ingin tertawa. Memangnya ini apa, novel bergenre reinkarnasi?

Sang peramal kembali menunjuk kartu lain yang sudah ku pilih tadi dan menjelaskannya kepadaku.

"Kau pun telah melakukan pengkhianatan terhadap keluarga kerajaan dan membunuh seluruh anggota keluarga murninya." Telunjuk sang peramal berpindah ke kartu-kartu yang selanjutnya. "Kau juga melakukan pembunuhan dengan malpraktik terhadap rakyat sipil. Lalu yang terakhir, dosa terbesarmu adalah..."

Sang peramal menelan ludahnya kuat-kuat. Ia kemudian menunjuk kartu terakhir. Pada kartu itu tergambarkan seseorang yang berdiri di antara tumpukan-tumpukan mayat tak berkepala.

 Pada kartu itu tergambarkan seseorang yang berdiri di antara tumpukan-tumpukan mayat tak berkepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"...kau memicu peperangan untuk membunuh orang-orang yang tidak tunduk kepadamu." Peramal itu melanjutkan, "Setelah kau mati pada kehidupanmu itu, kau selalu bereinkarnasi terlalu cepat dan hidup bahagia serta berkecukupan sehingga para arwah yang memendam dendam kepadamu merasa tidak adil. Mereka terus mengikutimu dan mengutukmu agar kau cepat mati di setiap kau memulai kehidupan yang baru."

Renascence: The Lady In PurpleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang