10

1.2K 356 134
                                    

"Lu ngapain ajak gue kesini sih!? Jauh banget dari villa," Jaemin memegangi lututnya yang terasa pegal karena dari tadi Jeno menarik tangannya untuk berlari. Untung saja kedua lengannya tidak copot.

Sekarang Jeno dan Jaemin entah berada dimana yang jelas Jeno mengajaknya pergi menghindari area villa.

"Ada polisi di villa, dan pastinya gak akan ada yang tau rencana kita karena mereka pada fokus sama kepanikannya."

"Jadi lu bakal ngelakuin rencana sekarang?"

"Iya, cuma ini satu-satunya cara biar gak ada yang curiga."

"Gini ya Jen, yang ada kita kabur gini bikin  mereka malah curiga, di tambah kalau kita balik kesana pasti bakal di tanya-tanya."

Jeno berdecak gemas, "Lu niat bantuin gue gak sih?"

"Iya-iya niat, rencana lu apaan?"

Bukannya menjawab pertanyaan Jaemin, Jeno malah membuka ponselnya sambil mencari sesuatu di dalam layar lalu ia dekatkan benda pipih tersebut pada telinga sang empu.

Membuat Jaemin bertanda tanya ingin protes. Tapi karena sedang melakukan berpanggilan, ia memilih diam dari pada mengganggu.

Setelah di hitung-hitung sekitar lima menit, Jeno memutuskan panggilan sepihak lalu menaruh ponselnya kembali pada saku celananya.

"Lu telfon siapa?"

"Beres."

"Hah? Gue dari tadi gak ngapa-ngapain."

"Lu emang gak ngapa-ngapain, gue minta tolong ke sepupu gue yang kerja di rumah sakit jiwa, kali aja ketemu informasi tentang pasien yang kabur terus nyamar jadi pelajar."

"Sepupu yang mana? Bapak lo anak tunggal, Jeno."

"Kak Doyoung," 

Jaemin diam, nge blank, lalu ia berteriak pada Jeno.

"KENAPA GAK DARI DULU JENONG! KENAPA BARU SEKARANG!"

Jeno menempelkan jari telunjuk nya menyuruh diam, "Kecilin suaranya, Jaemin. Nih, kalau gue rencanain dari dulu pasti salah satu dari mereka ada yang bertindak gegabah."

"Tunggu, jadi menurut lu diantara kita berli—berdua belas ada yang sakit jiwa?" Tanya Jaemin sedikit ralat.

Jeno mengangguk walau itu tak cukup yakin.

"Menurut lu siapa?" Tanya nya lagi.

Jeno diam, masih tidak tau siapa yang sakit jiwa walau batin nya mengatakan yakin dan pasti ada.

"Menurut lu?" Tanya Jeno balik.

"Kok nanya balik?"

"Kalau siapa yang sakit sih gue gak yakin, tapi kalau pembunuh diantara kita gue yakin ada." Sontak membuat Jeno menoleh pada Jaemin.

Lalu bertanya tidak sabaran. "Siapa-siapa?"

"Jangan cepu loh,"

"Iya, gak bakal." Jawab Jeno sedikit geram.

"Kata gue Seungmin, soalnya dia pertama kali nemuin mayat nya Chenle sama Mark. Tapi pas Hyunjin jatuh dari balkon dia ada di lantai bawah sama kita, kan? Dan menurut gue pelakunya ada dua."

Jeno membeo sambil mengangkat kedua jarinya. "Dua orang? Mereka sekongkol?"

"Iya, kayak kita gini." Jaemin mengangguk mantap.

"Kalau pelaku satu lagi?"

Jaemin mengernyit sejenak, "Kurang yakin sih, tapi gue nuduh Felix?"

The Patient | Stray Kids & Nct Dream ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang