10

50.3K 6.7K 1.6K
                                    


"Ukkh ukh-"

Mark tersedak air dalam botol minumnya kala Haechan tiba-tiba keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk pendek dipinggang rampingnya, membuat tubuh indahnya terpampang begitu jelas.

Serius, dua minggu lebih dia menjadi roommate Haechan dan masih belum terbiasa dengan kebisaannya yang satu ini. Selalu mengejutkan, walau harus diakui cukup menyenangkan.

Tapi tetap saja membuatnya jantungan!!

"Ehm.." Dehem Mark keras sembari mengusap sisa air dari bibir. Pemuda tampan itu berpaling, mengatur debaran jantungnya dengan wajah yang memerah. Sedangkan Haechan hanya melengos tak peduli menuju ranjangnya.

Andaikan pemuda manis itu tahu jika jiwa Mark sedang ketar-ketir karena ulahnya. Bohong namanya jika Mark bilang ia tak tertarik dengan tubuh Haechan, karena nyatanya di setiap 'mimpi'nya pemuda manis itu selalu yang menjadi objek.

Well, Mark masihlah pemuda biasa yang memiliki hormon normal selayaknya seorang laki-laki. Jadi normal bukan jika ia kadang ingin menggenggam tangan mungil Haechan, terlebih Haechan adalah orang yang disukainya.

Kadang Mark juga ingin merengkuh erat tubuh kecilnya, memberikan rasa aman dan nyaman dalam pelukan hangatnya.. Atau mengelus surai madunya, menyalurkan segala rasa kagum juga cintanya. Dan.. Mencium lembut bibir ranumnya, memberitahu betapa berharganya Haechan dalam hidupnya lalu berlanjut dengan beberapa hisapan- Plakk

Mark tampar pipinya sendiri kala otaknya hampir berkelana. Sial, apa yang dia pikiran!!

Pemuda tampan itu menggeleng cepat, menghilangkan segala pikiran aneh lalu melirik Haechan dengan ekor matanya. Menghela napas lega melihat Haechan yang sudah lengkap berpakaian dan kini tengah sibuk membungkus dirinya sendiri kedalam selimut.

Segaris senyum terukir dibibir tipisnya. Betapa sangat ia cintai pemuda didepannya ini, bahkan ia rela wajah tampannya selalu ditodong pisau yang kapanpun dapat melukainya. Ah~ sepertinya dia memang sudah gila..

Tapi tak apa jadi gila untuk Haechan, Mark rela.

Sejak malam itu, Haechan secara perlahan mulai menerima keberadaan Mark. Bahkan pemuda manis itu mulai bicara dengannya, yaa.. walau hanya ucapan singkat. Tapi Mark senang, jadi mari kita berjalan secara perlahan namun pasti.

Mark raih gitar kesayangannya, beberapa kali memposisikan dengan nyaman untuk menghindari nyeri dibahunya yang masih sedikit terasa. Ia petik senarnya, memainkan beberapa melodi sembari bergumam, melantunkan syair yang belum terbentuk.

Haechan menoleh, mendengar alunan lagu yang cukup asing ditelinganya. Kedua matanya melihat Mark dengan binar penasaran. "Apa itu lagu band mu?"

"Hm?" Mark berpaling lalu tersenyum pada Haechan. "Iya. Ini lagu yang ku ciptakan, tapi belum jadi" Jelasnya diiringi tawa kecil.

"Mau mendengarnya?"

Haechan mengangguk kecil dan merapat selimutnya, membuatnya terlihat seperti kepompong dengan kepala yang menyembul. Sangat lucu dimata Mark.

Mark mengambil napas dan sedikit merunduk, mulai memainkan gitarnya. Mengalunkan melodi yang indah namun terasa begitu hangat.

Wajah tampangnya terangkat, menatap dalam kedua mata Haechan dan mulai bernyanyi. "Everytime I see your eyes, all my world is freezing~"

"My song is always full, of you.."

Haechan terdiam dengan semburat merah yang perlahan menjalar pipinya kala menyadari maksud nyanyain Mark, apalagi dengan tatapan Mark yang- yang ugh! Kenapa Mark menatapnya seperti itu.

Sour Candy | MarkHyuck☑Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang