PREV PART 9
"Sayang, mau mama suapi?"
"Engga ma, Wannie mau makan sendiri aja."
"Uhh, pintarnya anak mama."
Saat keluarga kecil tersebut tengah menikmati makan siang, tiba-tiba ada yang memanggil salah satu dari mereka bertiga.
"Sehun oppa....?
**************
PART 10
"Sehun oppa....."
Sehun menoleh begitu mendengar ada yang memanggilnya. Didekat pintu sana, seorang gadis cantik melambai kearah mereka, lebih tepatnya kearah Sehun. Lantas gadis tersebut menghampiri meja Sehun.
"Eoh, Jieun ah!"
Ya, seseorang yang memanggil Sehun tak lain adalah putri dari paman Lee, Lee Ji Eun atau biasa dipanggil IU. Dulu, semasa sekolah dasar sampai sekolah menengah, Sehun dan IU sangat dekat. Banyak yang menyangka mereka memiliki hubungan khusus. Rumah mereka pun bertetangga. Namun sayang, keluarga IU harus pindah ke China karena suatu hal.
"Sehun oppa, bagaimana kabarmu?"
"Kabarku baik, kau sendiri? Bagaimana kuliahmu?"
"Aku juga baik. Sejauh ini kuliahku masih lancar, eoh! siapa ini oppa?"
"Ah iya, Jieun-ah, kenalkan, ini calon istri oppa, namanya Luhan. Dan yang paling kecil juga cantik namanya Wan Er, calon anak oppa."
"Ah, halo Luhan oppa, halo Wan Er, aku Jieun, panggil saja IU, salam kenal."sapa Jieun ramah.
"Ya, salam kenal juga, Jieun-ssi"
"Salam kenal Jieun jie.."
Sebenarnya, saat Sehun dan Jieun mengobrol tadi, entah mengapa Luhan merasakan perasaan aneh, ia seperti 'tidak suka' saat Sehun mengobrol dengan wanita lain. Apa Luhan cemburu? Entahlah, ia sendiri bingung bagaimana mendeskripsikan perasaannya.
Kurang lebih dua puluh menit Sehun dan Jieun mengobrol, mengacuhkan Luhan yang mendadak kehilangan selera makannya. Sebenarnya Sehun tidak bermaksud untuk mengacuhkan Luhan, ia hanya sedikit menghargai Jieun karena sudah lama mereka tidak bertemu.
"Yasudah oppa, kalau begitu aku kedalam dulu. Nikmati makanannya."
"Ya, terimakasih.."
Setelah Jieun pergi, mereka pun kembali menyantap makan siangnya. Namun entah mengapa Sehun merasa ada yang aneh pada Luhan. Namja cantik tersebut seolah mengabaikan keberadaan Sehun. Bahkan setelah mereka selesai makan lalu kembali pulang pun, Luhan hanya mengajak ngobrol putrinya.
"Lu----"
"Wannie sayang, ayo cuci kaki dulu terus bobo siang ya.. Ini udah lewat waktunya Wannie bobo siang."
"Iya ma.."
Luhan terus mengabaikan Sehun yang hendak berbicara dengannya. Sampai akhirnya Sehun sedikit kesal. Ia menahan lengan Luhan lalu membawanya kekamar namja manis tersebut.
"Sehun-ah, lepasin tanganku, ini sakit!"
Setelah sampai dikamar Luhan, Sehun segera mendudukkan Luhan di ranjangnya lalu ia pun mengunci kamar tersebut. Sehun tak sampai hati jika harus berbuat kasar pada calon istrinya karena ia ingat calon anaknya yang tengah dikandung Luhan.
"Ya! Apa yang mau kamu lakukan? Kenapa pintunya dikunci?"
Sehun mencoba menetralkan nafasnya. Ia tidak boleh terpancing amarah apalagi Luhan tengah hamil.
"Luhan, sebenarnya kau kenapa? Kenapa setelah pulang dari restoran paman Lee kau seperti mengabaikanku? Setiap aku ingin mengajakmu bicara kau selalu saja menghindar. Katakan padaku, apa aku berbuat salah padamu?"tanya Sehun lembut.
"Tidak ada, hanya perasaanmu saja. Aku biasa-biasa saja kok."jawab Luhan seraya memalingkan wajahnya.
Entah kenapa kini kedua mata rusanya sudah berkaca-kaca. Padahal Sehun bertanya padanya dengan nada yang halus. Mungkin memang efek kehamilannya yang membuatnya menjadi sangat sensitif.
"Luhan----"
"Ya! Aku marah padamu! Aku kesal karena kau terlalu asyik mengobrol dengan wanita itu dan mengabaikanku dan Wannie! Aku bahkan kehilangan selera makanku! Aku bahkan sanksi kau tidak memiliki perasaan terhadap dia!"
"Tapi aku dan Jieun memang tidak ada hubungan apa-apa Lu, sejak dulu aku hanya menganggap Jieun sebagai adikku."
"Kau fikir aku percaya? Dia wanita yang sempurna, pria manapun pasti dengan mudah jatuh hati padanya. Walaupun kau menganggapnya sebagai adik, siapa yang tau kalau ternyata dia meny---mmmphh..."
Sehun membungkam bibir Luhan dengan bibirnya sebelum namja manis tersebut melanjutkan ucapannya. Ia memagut dan menghisap bibir mungil yang sudah menjadi favoritnya sejak pertama kali ia merasakannya. Ia berharap melalui ciumannya ini, Luhan bisa merasakan kalau Sehun hanya mencintainya seorang. Tidak ada orang lain yang menempati ruang kosong dihatinya. Hanya Luhan pemilik jiwa dan raganya.
Luhan meneteskan airmatanya yang sejak tadi sudah ia tahan. Ia hanya takut Sehun meninggalkannya disaat ia tengah mengandung anak pria tampan tersebut. Luhan hanya tidak ingin kehilangan Sehun.Sehun melepaskan pagutannya. Bisa ia lihat airmata yang turun dari kedua mata bak rusa yang masih tertutup milik Luhan. Sehun menghapusnya perlahan menggunakan jarinya. Lantas Luhan membuka kedua matanya, tanpa berkata-kata lagi ia memeluk Sehun erat.
"Hiks..."
Sehun balas memeluk Luhan lalu mengusap lembut punggung sempit Luhan, mencoba menenangkannya. Ia paham orang hamil pasti akan berkali kali lipat lebih sensitif dan ia memaklumi itu.
"XiaoLu, dengarkan aku, aku tidak memiliki perasaan apa-apa terhadap Jieun, tidak dulu ataupun sekarang. Karena hatiku sepenuhnya sudah dimiliki oleh seseorang yang kini tengah mengandung calon anakku. Hanya kamu satu-satunya seseorang yang aku cintai, Luhan."
"Hiks... A-aku takut, Sehun-ah, a-aku takut kau berpaling lalu meninggalkanku, hiks..."
"Itu tidak akan pernah terjadi sayang. Apapun yang terjadi aku tidak akan pernah meninggalkanmu. Kau mau kan percaya padaku, heum?"
Luhan melepaskan pelukannya lantas menatap kedua mata Sehun, mencoba mencari kejujuran dari ucapannya. Luhan pun lantas mengangguk perlahan. Ya, walau bagaimanapun ia harus mulai percaya pada Sehun, kalau pria itu tidak akan pernah berpaling darinya apalagi meninggalkannya.
"Baiklah, aku percaya padamu."
"Terimakasih sayang."
*************
Luhan terbangun saat jam di nakas menunjukkan pukul lima sore lebih tiga puluh menit. Ia tidak mendapati Sehun dikamarnya. Mungkin pria tampan itu sudah pulang saat ia tertidur setelah menangis tadi siang. Astaga, berapa jam ia tertidur? Luhan ingat ia belum memasak untuk makan malam. Lantas ia pun keluar dari kamarnya. Saat hendak kedapur, ia mendapati Sehun tengah memakai apron miliknya. Didepannya ada putrinya yang tengah memakan kue coklat kesukaannya.
"Oh, mama udah bangun?"
TBC....
Helooooo... Pa kabbarr anak²nya ayah sm bunda???
Yoshhh, akhirnyaa bisa lanjutin epepku yang ini... Maafff yaa mbak ayu nongol disini, bukan jadi pelakor kok..
Seperti biasa selalu ditunggu votementsnya... Next time aq lanjutin yg ONF yaaa... Doain aja moga ga trlalu lama lg..
KAMU SEDANG MEMBACA
Beautiful Mafia (DISCONT...)
Short StoryKisah seorang 'Mafia' yang 'tak biasa', yang jatuh cinta pada tawanannya sendiri.. Jangan percaya judul karena aku sama sekali gak tau soal mafia..hehehe... HunHan Forever..