Tentang "The Story of Cerita"

783 20 8
                                    

Sekarang di Indonesia, banyak bermunculan para penulis best seller. Contohnya, Agnes Davonar, Raditya Dika, dan lain-lain. Hal itu membuatku kepingin banget cepet-cepet nerbitin novel n langsung best seller. Tapi semua itu nggak mungkin terjadi kalo aku nggak ada niat dari dalem hati.

Seperti yang kalian tahu, hobiku menulis, menulis cerita. Bisa dibilang, hobi menulisku ini menurun dari Bundaku. Katanya dulu waktu muda, Bundaku bercita-cita pengen jadi penulis. Tapi, nggak kesampaian. Dan beliau berharap aku bisa menjadi penulis seperti yang Bunda cita-citakan dulu. Maka dari itulah, aku bercita-cita ingin menjadi penulis.

Ternyata, jadi penulis nggak seperti yang aku bayangin. Pernah waktu itu pas kelas 7. Bu Reni (guru bahasa indonesia) beri tugas, disuruh buat cerpen. Genrenya sembarang, yang penting cerpen. Aku langsung teriak kegirangan karena aku yakin bisa buat cerpen (pede bingitz). Setelah memikirkan jalan cerita, aku mutusin buat cerpen bergenre romance. Lagipula, temen-temenku banyak yang buat cerita romance. Waktu bikinnya satu minggu. Jadi, aku agak santai ngerjainnya.

Hari ini, aku ngumpulin cerpen di lembaran kertas. Dan diluar dugaanku, temen-temen udah pada banyak yang ngumpulin. Pas mau ngumpulin, temenku yang namanya Mika bilang, “Eh, aku baca ceritamu dong.. Please.” dengan terpaksa aku ngasih lembaran cerpenku ke dia. Butuh waktu sekitar 10 menit untuk menunggu Mika selesai baca. “Kayaknya aku pernah baca cerita ini, deh.” komentar Mika sambil nyodorin cerpenku dan berlalu pergi. Sumpah, aku sakit hati dibilang kek gitu. Okelah, gapapa. I’m fine. Mau ngumpulin lagi, temenku yang lainnya malah ngrebut lembaran cerpenku. Katanya dia mau baca. “Moga-moga responnya positif.” kataku dalem hati. Dan kalian tahu apa responnya? Ya, dia bilang kalo dia pernah baca cerita itu di majalah. Aku diem aja and langsung ngumpulin cerpenku di atas meja guru.

Karena respon temen-temenku yang negatif terhadap cerpenku, sepulang sekolah aku nangis di kamar mandi sambil main game tebak gambar di handphone plus nyemil roti cokelat sisa kemaren. Rasanya aku mau minggat dari rumah. Putus asa banget. Ada sih, yang responnya positif, tapi kebanyakan negatif.

Kayaknya, semua ide ceritaku udah dipakek sama penulis lainnya. Di otakku sama sekali nggak ada inspirasi buat bikin cerita. Aku jadi sampek trauma bikin cerpen gara-gara itu.Tapi, aku nggak boleh nyerah.

Dengan segala sisa tenaga yang kupunya, aku pun memutuskan untuk meneliti genre-genre cerpen apa yang popular di kalangan remaja. Dan hasilnya sebagai berikut :

1.       Romance.

Cerpen ini yang paling digemari para remaja. Yah, namanya juga jaman sekarang. Anak playgroup aja, udah ngerti pacaran. Apalagi bayi (waduh).

                Aku serba salah sih, kalo bikin cerita ini. Mau bikin apa enggak, ya? Masalahnya, ceritanya pasti tentang cewek dan cowok yang jatuh cinta. Terus, ada rintangan yang harus dihadapi untuk mempertahankan cinta mereka. Endingnya, pilih sendiri. Mau Happy Ending or Sad Ending. Kepinginnya sih, bikin cerita romance tentang kisah seorang Kucing yang jatuh cinta sama Tikus.

                “Kus, aku akan mencintaimu selamanya..” ucap Kucing pada Tikus.

                “Tapi Cing, kita nggak mungkin bisa bersatu.” lirih Tikus.

                Kucing dan Tikus memutuskan untuk pergi berdua meninggalkan keluarga mereka. Sudah 4 jam mereka berjalan dan akhirnya mereka beristirahat di bawah pohon. Si Kucing memegang perutnya yang sedari tadi berbunyi terus.

                “Kamu laper, ya beb..?”  tanya Tikus sambil mengusap perut Kucing.

                “Iya. Laperrr... banget.” jawab  Kucing menahan rasa lapar.

                Si Kucing menoleh kanan-kiri. Tidak ada sesuatu yang bisa dimakan. Kucing pun melihat Tikus. Dilihatnya Tikus lekat-lekat dan kemudian..

                “Tikus, seperti katamu. Kita nggak mungkin bersatu dan aku akan membuat kita bersatu.. Selamanya.”

                “A-a-a-k-k-u-u-u tidak mengerti apa yang kau bicarakan..”

                “Nyum.. Wah, enaknya..” Kucing memakan Tikus dan setelah itu tertidur pulas sambil mengelus perutnya yang sekarang sudah  terisi.

TAMAT (Maaf jika endingnya nggak seperti yang kalian harapkan. Seadanya aja. Kalo kurang pedes, kasi sambel, ya.)

                Ceritanya lumayan mainstream sih. Tapi, it’s okaylah. Belum ada cerita romance yang endingnya nggak jelas kayak gini.

2.       Horror.

Cerita horror sangat ditunggu-tunggu oleh remaja yang suka banget dengan uji nyali. Karena berhubungan dengan dunia lain (mistis), cerita ini sukses membuat kita menggigil alias keringat dingin.

Aku nggak terlalu suka cerita  horor. Jujur, aku ni orangnya penakut. Tapi, selalu dibuat penasaran sama jalan ceritanya. Pernah sih, baca cerita  horor dan malemnya aku nggak bisa tidur, Selalu kebayang cerita itu. Besok paginya, aku baru sadar kalo aku nggak pernah baca cerita horror (cuma bayangan aja).

3.        Fantasy.

Menurutku, genre fantasy ini bener-bener di luar akal sehat. Contohnya cerita Alice in Wonderland. Mana ada kelinci bisa bicara bahasa manusia. Terus ada ramuan yang bisa ngebuat kita jadi kecil. Aneh banget, kan.

Aku bertanya-tanya, gimana jadinya kalo beneran ada hewan yang bisa bicara bahasa manusia. Dan akibat pemikiranku yang sedikit rusak, jadilah cerita yang sangat pendek dan garing ini.

Seorang anak kecil sedang makan bakso di kantin sekolah. Sebut saja anak itu Oon. Dia melahap baksonya dengan satu suapan yang besar. Tiba-tiba munculah seekor Lalat menghampiri Oon yang sedang makan.

“Hey anak muda, bolehkah aku meminta darahmu sedikit? Aku lapar dan tidak ada orang yang mau memberi darahnya padaku.” kata Lalat sedih.

“Baiklah, tapi sedikit saja, ya.” ucap Oon penuh iba.

Lalat menyeruput darah Oon dan berterima kasih pada Oon karena sudah rela memberikan darahnya.

“Terima kasih karena sudah menolongku. Lain kali, aku akan mengajakmu ke duniaku. Tapi, kapan-kapan aku boleh minta darahmu lagi, kan?” harap Lalat.

Tanpa merespon perkataan Lalat, Oon langsung menepuk Lalat dengan kedua tangannya. Seketika, Lalat mati ditempat. Oon pun berteriak kegirangan karena telah berhasil membunuh si Lalat dan memakannya tanpa ampun.

TAMAT (Cerita pualing garing yang pernah aku buat. Segitu aja, bye..)

4.       Comedy.

Kekurangannya hanya satu, bisa membuat perut sakit karena terlalu banyak tertawa.

                Aku suka banget sama genre ini. Rasanya separuh bebanku hilang kalo baca cerpen comedy or humor. Ketawa itu kan, bisa bikin kita tambah sehat plus awet muda. Jadi, jangan ragu-ragu untuk membaca cerpen comedy.

                Selesai sudah penelitianku hari ini. Semoga bermanfaat bagi kalian semua.

CERITA YANG TIDAK DIHARAPKAN PARA PEMBACA

Sedikit cerita dariku, aku pernah patah semangat gara-gara yang nge-read cerita Wattpadku cuman sedikit (ngggak ada yang tanya). Sekitar, 10 orang yang baca. Dan lagipula temenku yang bikin cerita di Wattpad banyak sekali yang baca. Sehari aja yang baca udah 100, apalagi seminggu? Aku sempat iri pada temenku itu.

Tapi, untungnya, temenku yang namanya Inom (nama samaran, sih) selalu beri aku semangat. Dia bilang kalo ceritaku itu bagus dan aku harus lebih sabar, nggak boleh nyerah gitu aja. Aku langsung sadar dan mencoba untuk tidak menyerah. Besoknya aku ngecek, ada berapa orang yang baca ceritaku. And, yang baca hanya bertambah 4 saja. 10 + 4 = 14. Ada 14 orang yang baca ceritaku sekarang. Walaupun cuman sedikit yang baca, aku berharap semakin hari, semakin banyak yang baca ceritaku. Aku berjanji akan terus belajar dan membuat cerita yang menarik untuk dibaca.

Terimakasih untuk Inom yang menyemangatiku. Juga temen-temen lainnya, Anggi, Ryan, Risma dan Irin.

This is My LifeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang