Osa duduk di hadapan laptopnya. Sampai detik ini, dia masih belum bisa menemukan tersangka pembunuhan. Ia masih memikirkan kode-kode angka yang ia temukan di tempat kejadian perkara.
"Apa artinya? Tiga-lima-enam-tiga-dua-satu. Apa artinya? Tunggu!"
Osa beranjak, lalu mengambil foto-foto yang ia ambil. Ia memeriksa satu demi satu foto itu. Di situ tertulis waktu kematian.
"Pukul dua puluh satu. Dua puluh satu! Ya, itu dia! Kode ini...angka paling belakang adalah dua satu. Itu berarti adalah waktu kematian. Joe, tolong periksa kamera CCTV di hotel-hotel tempat para korban ditemukan. Periksa, apakah ada orang yang mencurigakan."
"Siap."
Joe segera berselancar dengan PC di hadapannya. Ia menggabungkan beberapa CCTV di tujuh hotel tempat mayat-mayat itu ditemukan.
Mulai dari CCTV di parking area, lobi hotel, lift hotel, sampai dapur."Persempit pencarian dari jam delapan malam sampai jam setengah sepuluh. Jika beruntung, kita akan menemukan si pembunuh," kata Osa.
Joe menuruti kata-kata Osa. Joe mempersempit pencariannya. Tiba-tiba mata Osa tertuju kepada seorang perempuan dengan gerak-gerik yang mencurigakan.
"Berhenti Joe. Berhenti di situ!" pinta Osa. "Perempuan ini...bukankah di gambar yang ini dan di gambar yang lain, ia terlihat sama. Coba kamu lihat jamnya. Waktunya menunjukkan waktu yang sama. Pukul setengah sembilan malam. Bukankah ini aneh?"
Joe menyadari. Memang ada yang aneh. Perempuan itu memang terlihat sama. Tetapi di beberapa rekaman CCTV tujuh hotel tempat mayat ditemukan, terlihat ia bersama laki-laki yang berbeda, dengan mobil yang berbeda, juga pakaian yang berbeda. Anehnya, waktu yang ditunjukkan selalu sama.
Joe menelusuri rekaman CCTV sekali lagi, di jam setelah pembunuhan terjadi. Wanita itu tidak terlihat di area parkir. Bahkan setelah sekian lama Osa dan Joe menunggu, tidak ada petunjuk wanita itu.
Tepat di jam dua belas malam, seorang laki-laki berperawakan tinggi berjalan dari lobi menuju ke tempat parkir. Joe memeriksa beberapa gambar yang terpampang di beberapa CCTV. Hasilnya, seorang laki-laki yang sama, di jam yang sama, di tempat yang berbeda, di hari yang berbeda, menunjukkan perjalanannya dari lobi hotel ke arah tempat parkir.
Detektif Osa segera memanggil ketiga anak buahnya. Yaitu Benito, Andy, dan Steve, untuk rapat, dan memecahkan misteri pembunuhan berantai. Tak lupa ia mengajak Joe.
"Hari ini kita akan rapat kilat teman-teman. Pembunuhan berantai kali ini meninggalkan sebuah petunjuk yang berupa kode. Di dalamnya ada tiga-lima-enam-tiga-dua-satu. Dua angka di belakang sudah menunjukkan titik terang. Tinggal empat angka yang belum terpecahkan. Kalau itu terpecahkan, kita akan dapat menemukan pelaku dan juga dalang dari pembunuhan ini. Joe, jelaskan!" perintah Osa
"Oke. Jadi aku tadi memeriksa beberapa CCTV hotel yang terkait pembunuhan berantai ini. Aku menemukan, ada kesamaan antara waktu pembunuhan dan kode yang tertera di sini."
"Jadi maksudmu, pembunuhan terjadi jam sembilan malam?" tanya Steve.
"Ya, betul. Selama dua bulan ini, sebelum jam sembilan malam, seorang perempuan memasuki hotel di jam yang sama. Hanya saja, sepertinya pria nya tidak sama. Anehnya, ketika aku menunggu wanita itu muncul lagi di CCTV, dia tidak tampak. Aku curiga, dia pembunuhnya. Tapi...bagaimana dia bisa lolos dari CCTV?"
"Aku yakin, orang dalam ada yang membantunya," kata Benito.
"Kalau orang dalam hotel, itu tidak mungkin. Karena mana mungkin dia hafal satu per satu letak CCTV di tujuh hotel yang berbeda?"
"Kamu benar, Joe. Lantas, bagaimana ia bisa kabur tanpa terlihat? Dan kata Osa, tidak ada satu pun sidik jari yang menempel dalam ruangan. Jadi, bagaimana kita bisa menemukan pelaku?" tanya Steve lagi.
Osa tampak berpikir keras. Otaknya serasa buntu. Ia masih penasaran dengan laki-laki yang tak terlihat wujud aslinya itu. Ia yakin, laki-laki itu kuncinya. Jika laki-laki itu tertangkap, maka ia akan segera mengetahui, siapa dalang pembunuhan berantai ini sebenarnya.
"Harusnya...masih ada petunjuk," jawab Osa.
Drrrttt...drrrttt....Gawai Osa berdering. Sebuah nomor tak dikenal menghubunginya.
"Halo."
"Halo, Pak Detektif. Aku tahu kamu sedang mencari sebuah petunjuk. Semoga berhasil. Oiya, apakah kamu tahu seorang pengusaha kaya raya bernama Moreno? Kamu akan menemukannya tewas jam sembilan nanti. Kamu punya waktu lima jam untuk menyelamatkannya dariku, Osa."
Klik. Tuuutt...tuuuuttt..
Ponsel dimatikan. Osa berusaha menelepon nomor itu lagi. Nihil. Nomor itu sudah tak terpakai lagi.
"Detektif, aku sudah merekam percakapan dan nomor telepon pelaku. Kita bisa lacak nomor ini," kata Joe, memberikan harapan baru pada Osa yang mulai putus asa.
"Ah, kamu memang hebat, Joe," puji Osa.
Nomor ponsel yang dipakai untuk menelepon detektif Osa sudah terlacak. Ponsel itu mengarah ke suatu tempat yang berjarak hanya lima menit dari kantor polisi.
Osa dan timnya segera meluncur ke sebuah kafe yang terletak di timur kantor polisi. Tidak ada seorang pun yang mencurigakan.
Kay duduk berhadapan dengan tim detektif yang sedang mencarinya. Tidak ada raut wajah gugup atau ketakutan. Ia tahu, bahwa para detektif itu tak akan bisa menemukannya.
Beberapa hari yang lalu, Kay membuat alat pengubah suara. Alat pengubah suara itu digunakannya untuk meneror polisi. Kay tahu, bahwa kode yang diberikannya akan segera terpecahkan.
Alat pengubah suara itu berbentuk seperti kancing pakaian, dan bisa di setting menggunakan ponsel. Ada suara nenek tua, suara anak-anak, suara laki-laki, suara wanita dewasa, dan lainnya.
Kay adalah seseorang yang memiliki intelektual tinggi. Ia bisa menciptakan alat-alat canggih ataupun kode-kode. Bahkan, ia menciptakan sendiri aplikasi rekaman yang tersambung dengan kepolisian. Kay juga bukan seorang yang ceroboh. Perencanaannya selalu matang, dan tidak meninggalkan jejak.
Terbukti di beberapa kasus pembunuhannya-sampai saat ini- polisi belum juga menemui titik terang. Bahkan pembunuhan Ronggowarsito pun belum terkuak karena kepiawaiannya menyembunyikan sidik jari dan bukti. Tentu saja, ia harus bekerjasama dengan dua orang laki-laki yang tidak hanya cerdas, tetapi juga memiliki dendam masa lalu dengan polisi.
Osa melihat Kay. Ia menghampiri gadis bermata indah dan bertubuh seksi itu.
"Selamat sore," sapa Osa.
"Selamat sore. Ada yang bisa dibantu?" tanya Kay.
"Sepertinya Anda tidak asing." Alis Osa menyatu. Ia tampak berpikir keras, di mana pernah menemukan Kay.
"Oh iyakah? Kita pernah bertemu sebelumnya?" tanya Kay yang tak tampak gugup.
"Ah, sudahlah. Mungkin Anda cuma mirip dengan seseorang yang pernah saya temui. Maaf." Osa menunduk. Sebagai tanda permintaan maafnya.
Kay tersenyum tipis. "Emm...kalau boleh saya tanya, dalam rangka apa Anda ke sini?"
"Perkenalkan, saya Detektif Osa. Saya sedang mencari seorang pembunuh berantai. Tadi dia menelepon saya, dan nomornya terlacak di tempat ini. Tolong kalau ada laki-laki yang mencurigakan, segera hubungi saya, ya," pinta detektif Osa sambil menyerahkan kartu namanya.
Kay mengangguk. Keadaan seperti ini, adalah keadaan yang sesuai dengan ekspektasinya. Yaitu mempermainkan polisi dengan permainannya. Dengan begitu, polisi akan lebih fokus ke kasus ini, daripada melindungi ayahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
KAY
غموض / إثارةKay adalah seorang perempuan 20 tahun yang cantik dan bermata indah. Banyak pria yang ingin menjadi kekasihnya. Namun Kay tidak sembarangan memilih laki-laki. Ia suka pria yang usianya jauh di atasnya, terutama yang sedang tidak harmonis dengan istr...