13

188 20 0
                                    

Sudah hari ketujuh tapi belum ada tanda tanda kemunculan dari seorang Kim Taehyung, membuat pikiran Jennie berkecambah kemana mana, memikirkannya setiap detik bahkan Taehyung muncul di mimpinya akhir akhir ini, menyebalkan sekali sungguh, ia berpikir jika Taehyung senang bersama wanita itu kenapa dia menderita sendiri di sini, bagaimana cara mengusir Taehyung dari pikirannya.

Mencoba menyibukkan dirinya dengan berbagai macam hal, namun bell apartemennya berbunyi, dengan cepat ia menghampiri dan membuka pintu itu. Jennie terdiam saat ia melihat siapa orang di balik pintu, orang yang yang ia tunggu tujuh hari ini, orang yang ingin ia lihat wajahnya, orang yang dia  cintai.

Lain dengan Jennie yang terdiam Taehyung justru menatapnya dengan tatapan sayu, berjalan mendekat dan memeluk Jennie dengan erat meski tak di balas oleh Jennie.

"Taehyung aku merindukan mu, tapi seminggu yang  lalu aku bertemu wanita itu lagi, dan dia bilang kau memang tidak senang saat bersama ku, lalu kalian tidur di ranjang yang sama, kalau begitu tidak apa-apa Taehyung, pergi saja tak usah datang padaku" ucap Jennie dengan suara serak, Jennie tau percuma saja ia jadi egois, dan mempertahankan hubungannya tapi Taehyung tidak ingin bersamanya.

Taehyung menggeleng, air matanya turun, tubuh yang masih ia gunakan untuk merengkuh tubuh Jennie bergetar menahan isak tangis yang akan lebih banyak keluar "tidak t-tidak sayang, aku ingin bersama mu, semua perkataan perempuan itu bohong, aku tidak pernah menemuinya dan bicara seperti itu, tolong percaya aku, tolong beri aku waktu untuk bisa menjelaskan semuanya, ku mohon"

Jennie melepas pelukannya memandang sang pria dengan bekas air mata yang tercetak jelas di pipinya, menguatkan diri dan bersikap lebih dewasa "baiklah katakan" ucapnya final sabil berjalan menuju sofa.

Taehyung mengikutinya, mendudukan diri di sofa sambil menatap wajah Jennie, wajah yang dia rindukan seminggu lebih ini.

"Saat itu aku akui aku mabuk karna teman teman ku memberi ku alkohol kadar tinggi awalnya aku menolak tapi mereka memaksa, kau tau itu kan karna kau masih di sebelah ku saat itu, dan setelah kau meninggalkan aku sendiri wanita itu datang, awalnya aku tak menyadari ada dia di sana bahkan teman teman ku tak ada yang memberi tahu dan terus saja bercerita, tak lama setelahnya tanganku merasa di tarik dan dengan cepat ia mencium ku, aku terkejut dan langsung mendorongnya kuat, aku beri dia makian lalu saat aku mengedarkan seluruh pandangan ku ke ruangan itu aku tidak menemukan mu, bahkan aku masuk ke dalam toilet perempuan tapi kau masih tidak ada, aku panik saat itu tanpa pikir panjang aku mencari mu disepanjang jalan, untung ada pak han yang menyetir, bahkan aku kerumah Lisa, dan dua sahabat mu yang lain, saat itu baru aku merutuki kebodohan ku karna tidak berpikir tentang apartemen mu, aku terlalu frustasi lalu dengan tidak sengaja membentak mu lalu bicara yang tidak-tidak, kemudian setelah kau meminta ku pulang, aku tidak pulang aku pergi ke bar dan minum banyak di sana, itu yang sebenarnya aku bicara jujur, bahkan kau bisa tanya Jungkook karna dia yang membawa ku pulang dari bar, ku mohon Jennie maafkan aku"

Dengan cepat Jennie memeluk Taehyung, melepaskan kerinduan yang ia tahan selama ini, Taehyung pun juga membalas dan mengecup kepala Jennie beberapa kali, ia tak mau kehilangan Jennie sama sekali tidak.

"Maafkan aku karna bicara yang tidak pantas untuk mu, aku sungguh minta maaf, maafkan aku sayang, kau bahkan bisa menghukum ku sekeras mungkin" ucap Taehyung yang masih belum melepaskan Jennie.

Jennie menggeleng, meski baginya kata kata Taehyung waktu itu sangat menyakitkan tapi entah mengapa ia juga tidak bisa semarah itu dengan Taehyung, ia juga sudah bertindak egois karna tak mau mendengarkan Taehyung di awal.

Mereka melepaskan pelukannya bersama, di akhiri dengan Taehyung yang mengecup bibir Jennie. Keduanya sama sama terdiam, tidak tau ingin bicara apa hingga Taehyung berucap.

"Aku punya sesuatu untuk mu"

"Hem?, apa itu?"

Merogoh sakunya, Taehyung pun mengeluarkan sebuah benda kotak beludru berwarna navy, membukanya dengan perlahan ke arah Jennie yang terkejut sambil menahan Tangisannya.

"Jennie-yaa aku ingin lebih serius dengan mu, aku ingin memiliki ikatan yang lebih dari hanya dekedar berkencan, aku ingin melamarmu malam ini, mau kah kau menjadi teman hidup ku hingga akhir hayat nanti?"

Air mata benar benar mengalir dari mata indah Jennie, menyalurkan semua perasaanya menjadi satu, bahagia, terharu, senang, terkejut semuanya dalam diri Jennie saat ini.

Ia menghapus air matanya dengan cepat lalu mengangguk "aku mau Taehyung! Aku ingin kita terus bersama sampai nanti" dan memeluk Taehyung lagi.

Taehyung mengelus kepala Jennie lembut sambil berkata "Sebenarnya aku ingin melamar mu sepulang dari pesta kemarin, makanya aku begitu senang dan semangat hari itu, tapi yaa mungkin tuhan memang memberi ku waktu yang pas hari ini"

"Taehyung aku mencintaimu, sangat mencintai mu, hanya kau yang aku punya di dunia ini, tolong jangan pernah meninggalkan ku" ucap Jennie di sela sela tangisannya.

"Aku juga sangat mencintai mu sayang, jangan pernah khawatir aku akan meninggalkan mu karna itu tidak akan pernah terjadi, hanya kau dan ibu perempuan yang ada di hati ku, tidak ada lagi tempat untuk perempuan yang lain, tapi mungkin kalau anak kita perempuan kau dan ibu akan sedikit bergeser sih"

"Yak! Kenapa begitu!" Jennie memukul tangan Taehyung terus menerus.

"Aw aw aw lalu dia akan di taruh di mana kalau kalian tidak bergeser?"

"Tambahkan saja ruangnya, jangan merubah tempat ku dan ibu"

"Bagaimana bisa? Memang hati ku ini gedung yang bisa direnovasi?"

"Lalu kau pikir hati ku ini plastik? Tidak pecah saat aku melihat mu kemarin?"

"Yaa t-tidak jugaaa, baikalah bagaimana kalau kau pangku saja?"

"Okee itu bisa terjadi, aku setuju"

Mereka berduka tertawa, dan terus melanjutkan lelucon yang mereka buat bersama, tanpa sadar seorang pria menatap mereka dengan tatapan datar, tepat didepan pintu apartemen Jennie.

"Hyung kau mengajak ku kesini untuk apa? Apa gunanya aku di sinii ya tuhan, bahkan aku tidak di persilahkan duduk dari tadi, harusnya aku bersama Lalisa sajaaa" gumamnya, lalu berbalik dan memutuskan untuk pulang lebih dulu, persetan dengan hyungnya yang bahkan tidak membawa mobil untuk pulang, ia tidak peduli.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 02, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Imprévu - TAENNIETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang