13 : Unexpected

85 20 2
                                    

"Nona!" Ujar Jeno ambigu yang membuat gak hanya orang yang disekitarnya bingung, namun juga Hyemi dkk.

"Kamu!" Seru Hyemi sembari menunjuk ke hapenya.

🌸🍭🌸

Author's pov.

"Apa nih?" Gumam Haechan dengan pelan, agar yang lain tidak mendengar apa yang ia katakan.

Semua manusia yang mendengar perkataan Jeno itu, bingung sekali. Siapa sih Jeno ini?

"Eh, hyem. Elo kenal sama Jeno? Udah itu, elo kenapa panggil Hyemi nona?" Tanya Mark kepada Hyemi lalu ke Jeno.

Hyemi menepuk jidatnya dan menggelengkan kepala.
"Mark, masa elo lupa sih? Kan dia anak yang papa selamatin".

Jawaban Hyemi membuat semua mata tertuju kepada dia. Gak terkecuali dengan yang ada di layar hape Hyemi. Mark membelalakkan mata dan mengambil hape yang awal ada di tangan Jeno, dan langsung mengarahkan ke wajahnya.

"Oh iya, baru aja gua ingat. Wah, dunia sangat kecil sekali sampai kita bisa bertemu lagi" Mark menepuk pundak Jeno.

Doyeon mengetuk bahu Hyemi pelan. Hyemi menoleh ke Doyeon dengan alis yang naik bertanda kenapa ia dipanggil.

"Elo gak benci diakan?" Bisik Doyeon. Sebenarnya, Hyemi sudah menceritakan kejadian papanya kepada mereka. Sebuah kejadian yang menyakitkan untuk didengar mereka semua. Kehilangan seorang ayah itu adalah memori yang susah diserap oleh seorang anak kelas 5 sd, yang merupakan usia yang masih muda. Tapi dipikirkan secara logika, wajar sih kalau Hyemi membenci anak yang telah diselamatkan oleh papanya yang menyebabkan ia meninggal, sewaktu mencoba anak orang yang ia tidak kenal.

Hyemi menggelengkan kepala.
"Ngapain coba? Lagian itu sudah berlalu dan kita gak harus selalu berpegangan sama masa lalu. Kadang-kadang, kita harus melepaskannya kalau perlu" jawab Hyemi.

Doyeon lega mendengar jawaban Hyemi. Betul kata Hyemi, masa lalu adalah masa lalu. Yang perlu kita fokus sekarang adalah masa kini yang bakal lanjut ke masa depan.

"Oh ya, kenalin juga teman-teman gua nih dari Jakarta" Hyemi memberikan hapenya kepada Doyeon.

Tapi, Yeji yang ada di sebelahnya segera merebut hape Hyemi. Dan akhirnya, semua manusia ini rebutin hape Hyemi. Kan gak lucu sewaktu hapenya direbutin, tiba-tiba jatuh ke lantai. Duit terbang~.

Haechan berhasil rebutin hape Hyemi dan melambai ke layar yang menunjukkan wajah Somi.
"Hai cantik. Nama gua Haechan, salken" Somi yang ada di sebelah sana, tersenyum canggung.

"Gua Yeji, salken ya" sapa Yeji dengan senyuman yang membuat matanya menyipit.

Somi menyapa Yeji lalu melambaikan tangan antusias. Lalu, Jaemin mengambil hape yang ada di tangan Somi.

"Kenalin gua Jaemin or nana. Panggil sayang juga boleh" kekeh Jaemin.

Renjun mendengar perkataan Jaemin, langsung muncul seorang figur di pikirannya.
"Anjir, sebelas dua belas dia sama Haechan" tunjuk Renjun ke Haechan dengan raut wajah jijik.

Haechan yang entah kenapa merasa tersinggung dengan ucapan Renjun. Namun ia segera sadar bahwa Renjun memang betul. Dasar kang kerdus.

Lalu masing-masing dari mereka, lanjut untuk memperkenalkan kepada sesama dan mengobrol sepanjang waktu.

"Oh ya btw, kalian mau lebih tau gak tentang Hyemi?" ujar Somi sembari mengambil sebuah cemilan yang tadi ia letak di meja.

Semua menganggukkan kepala dan mendekatkan diri untuk mendengar perkataan Somi. Somi mengunyah makanan yang ada dimulutnya dan mengangkatkan tangan sebagai tanda untuk menunggu dia untuk menelan makanan yang dimulutnya.

"Jadi, kalian jarangkan liat Hyemi marah?" Tanya Somi.

Mereka semua menganggukkan kepala sebagai respon untuk pertanyaan Somi. Kemudian, Somi menyelipkan beberapa helai rambut yang menghalangi pandangannya, ke belakang telinga. Ia menggabungkan kedua tangan dan menghembus napas pelan.

"Salah satu tanda-tanda Hyemi marah adalah dia tiba-tiba mengikat rambutnya" balas Somi.

"Udah itu, Hyemi kalo marah dia diam. Mencoba untuk tenang dulu, sebelum ia meledak. Kalo dia beneran marah banget, rambut yang tadi dia ikat, di lepaskan kembali" tambah Somi.

Renjun mencatat semua ucapan Somi di sebuah buku catatan yang selalu ia bawa kemana-mana jika ada suatu saat akan diperlukan.

Chenle menganggukkan kepala pelan sembari memegang dagu. Soalnya setelah mendengar Somi, ternyata dia jarang banget liat Hyemi marah. Tapi dipikirkan lagi, hatinya lega karena telah diperingati oleh Somi sebelum kejadian itu terjadi. Biasanya, yang memiliki kepribadian seperti itu, saat mereka marah bakalan bisa lebih parah daripada yang selalu marah setiap saat.

Kemudian, mereka melanjutkan percakapan mereka yang penuh dengan tawa dan omong kosongnya Haechan dan Jaemin. Hyemi dkk pamit kepada Mark, Somi, Jaemin dan Jeno karena Mark dkk pengen sambung mengerjakan pekerjaan mereka masing-masing.

"Wah, teman-teman elo seru banget" ujar Yeji lalu meneguk latte-nya yang sudah dingin, karena kesibukan bicara tadi jadi gak sempat diminum.

"Udah itu, cowo yang namanya Jaemin tuh ganteng...tapi kelakuannya sebelas dua belas sama Haechan" tambah Doyeon. Haechan mendecakkan lidah karena sepanjang part ini, dia terus yang dipanggil tanpa henti.

"Ih, elo samain gua sama si nana tuh. Gantengan gua kali" balas Haechan dengan sombong.

Chenle menoyor kepala Haechan yang membuat pemilik kepala tersebut meringis kesakitan. Haechan menoleh ke Chenle yang menatapnya dengan tajam.
"Mirror cuy, mau gua beliin cermin dulu baru elo bisa sadar diri?" Jerit Chenle.

Semua tertawa melihat Chenle dan Haechan yang semakin akur setiap hari. Awal pertemuan mereka, Chenle terus-terusan mengabaikan Haechan. Karena Haechan adalah orang yang cukup...unik. Tapi seiring waktu berjalan, Chenle mulai menerima sikap Haechan yang sedikit gak jelas dan juga sering tertawa karena perilaku Haechan. Seperti panggilannya, dia beneran adalah sebuah matahari yang bersinar terang.

Renjun menyeringai dan merangkul bahu Chenle, juga milik Haechan.
"Udah, udah. Kalian bertengkar terus, gak bosan apa?" Tegur Renjun.

"Enggak!" Pekik mereka berdua ke kedua telinga Renjun. Renjun menutupi kedua telinganya yang sekarang berdengung.

"Bego kalian berdua nih!" Marah Renjun. Chenle dan Haechan mulai lari dari Renjun, agar terhindar cubitan Renjun yang bisa membekas biru. Renjun segera mengejar kedua dakjal tersebut.

Hyemi, Doyeon dan Yeji hanya tertawa melihat ketiga cowok tersebut. Ada dua yang menghindar, satunya lagi menyerang. Mereka berharap hari ini tidak berakhir dengan begitu cepat. Hari ini adalah hari yang menyenangkan.
















Tbc

Hi everyone :)

Gua harap hari ini kalian penuh dengan energi, semangat untuk menjalankan hari! Saat kalian baca ff ini, yg blm sarapan, makan siang, ataupun makan malam, janlup untuk makan ya! Kalo sdh laper, langsung makan aja. Nanti sakit perut pula, kan gak lucu. Anyway voment ya ❤🧡💛💚💙💜

Stranger • Ji ChangminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang