Chapter 18 : Surrender

3.9K 479 87
                                    

Yucy memandang kosong banyaknya gedung-gedung pencakar langit. Kedua tangannya melingkar, memeluk kedua kaki yang sengaja ia angkat ke sofa tempat ia duduk. Selimut halus dan tebal membungkus tubuhnya yang kecil.

Masih dini hari, lampu-lampu gedung pun masih berkelap-kelip warna-warni. Disaat yang sama pula Cal tidak ada disana. Sejak Yucy terbangun Cal sudah tidak ada disampingnya, padahal Cal lah yang memeluknya semalam sebelum tidur sampai pada akhirnya Yucy terlelap.

Entah sejak kapan dan kemana perginya pria itu, Cal sama sekali tidak memberitahu ataupun meninggalkan pesan. Apa Cal hanya menemani Yucy sampai gadis itu terlelap lalu dengan cepat pergi ke tampat lain dimana ada gadis lain yang sedang menunggunya?

Memikirkannya saja sudah membuat Yucy merasa sakit. Mengingat bagaimana berbinarnya mata Cal saat Berly datang sampai-sampai melupakan keberadaannya dan melihat bagaimana panik dan khawatirnya Berly saat Cal kesakitan.

Yucy menyenderkan tubuhnya pada punggung sofa, mendongkakkan wajahnya untuk melihat langit-langit apartemen Cal, memejamkan mata sejenak sebelum akhirnya kembali membuka mata setelah menghebuskan nafas dengan kasar.

Apakah aku sedang jatuh cinta, jika ya kenapa serumit ini?

Merasa sangat bahagia saat berada didekatnya tetapi, ketika Cal lebih memperhatikan gadis lain rasanya seperti ada sesuatu yang menabrak dada. Namun, saat Dawin ingin menolong aku malah membela Cal padahal aku sendiri masih sakit hati karena perlakuan Cal. Hanya bermodal sebuah pelukan aku kembali luluh padanya.

“Argh, sial. Apa jatuh cinta juga bisa menyebabkan kebodohan? Aku memang kesal padanya tetapi, aku tidak bisa membencinya. Lalu sekarang aku harus apa?”

Membiarkan Berly selalu di dekat Cal bukanlah hal yang bagus. Bagaimana jika mereka memiliki masa lalu dan sekarang ingin memulainya kembali?

Haruskah Yucy mundur dan membiarkan mereka kembali bersama sementara Yucy sendiri kembali menjalani hidup seperti biasanya, masa dimana ia belum mengenal Cal di hidupnya. Namun tetap saja rasanya berbeda, seperti ada yang kurang.

Menyerah sebelum berjuang juga bukanlah bagian dari Yucy tetapi, jika Yucy sudah berjuang dan ternyata Cal memang sudah tidak menginginkannya bagaimana?

“Argh.” Yucy menutup wajah dengan kedua tangannya. Padahal matahari saja belum terbit tetapi, ia sudah memikirkan hal sejauh itu. Sisi baiknya Yucy tidak akan terkejut jika dikemudian hari perkiraannya benar, sisi buruknya ia hanya membuang-buang waktu memikirkan sesuatu yang belum pasti akan benar-benar terjadi.

“Oke, untuk beberapa hari ini aku akan memberi Cal kesempatan dan memperjuangkannya. Jika Cal gagal dan lebih memilih Berly. Aku akan mengalah dan kembali pada mimpiku. Toh aku tidak akan rugi apapun.”

Yucy beranjak untuk kembali ke tempat tidur, memutuskan untuk menonton film karena tidak bisa kembali tidur. Matanya fokus menatap layar televisi sembari berbaring layaknya bayi dalam kandungan, menenggelamkan tubuh dalam hangatnya selimut tebal.

Menyerah diawal lebih baik bukan sebelum tenggelam lebih dalam pada orang yang salah?

***
Cal sampai dengan nafas yang tak teratur, ia menegapkan tubuhnya sebelum menekan bel. Tak lama pintu terbuka dan nampaklah seorang perempuan menyambut kedatangannya dengan senyum sumringah, Berly.

“Silahkan, masuk.”

Cal hanya menatap Berly datar dan masuk begitu saja tanpa mengatakan apapun. Berly menghela nafas pelan, ia menutup pintu lalu menyusul Cal yang sudah duduk di sofa.

“Akan ku buatkan minuman hangat, tidak banyak yang ku punya tetapi sepertinya masih ada kopi ataupun coklat. Kau ingin yang mana?” tawar Berly ramah.

Psycho #MILER2 (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang