4. Larangan Revan

23.2K 1K 24
                                    

Haloha Tuna! Apa kabar kalian?

Semoga baik-baik aja ya!

Kaya nya, aku ga bakal panjang-panjang lagi buat berbasa-basi, karena sepertinya  kalian ga baca juga hehe.

Kalian mau aku double up? Silahkan tembusin 1.000 vote dan 500 komen dulu ya. 

Terima kasih<3

Bye~ Bye~

"Aku terlalu sakit, bahkan sekedar ingin mengaduh saja aku tak sanggup lagi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aku terlalu sakit, bahkan sekedar ingin mengaduh saja aku tak sanggup lagi."

-Atap_collection-

***

Hari ini pagi terlihat begitu cerah, sinarnya seolah-seolah tanpa malu menyinari bumi dari segala arah. Cuaca hari ini seperti sangat mendukung suasana hati dua anak kembar yang ingin berangkat sekolah dengan semangat saat itu.

"Bang, lihat nih Caca bawa apa.." Pamernya sembari menunjukkan tas tenteng yang penuh akan mainan. Arasca melotot melihat itu.

"Ya ampun... Adek mau bawa ini semua ke sekolah?" Tanya Arasca yang langsung dibalas gelengan oleh Arisca.

"Caca bawa ini semua untuk ke taman nanti, Abang! Caca mau main sama Bunda!" Serunya berbinar-binar.

Arasca tersenyum tipis mendengarnya kemudian di tepuknya lembut kepala adiknya. Namun tiba-tiba raut wajah Arisca mendadak berubah menjadi merengut kesal, ketika melihat pria yang sudah rapi dengan pakaian kerjanya mendekati keduanya dengan gagah.

Melihat itu sontak Arisca langsung menghindarinya dengan bersembunyi di belakang Abangnya yang jauh lebih tinggi dari nya. Arasca terlihat bingung di tempatnya dan Revan pun menghela nafasnya untuk lebih bersabar.

"Ingat pesan Daddy, jangan mengunjungi taman kota lagi!" Titahnya membuat Arasca semakin bingung,

"Kenap-" Arasca yang bingung mencoba bertanya, namun dengan cepat Arisca menyerobotnya.

"GA! CACA MAU KE TAMAN! CACA TETAP MAU KETEMU BUNDA! UNTUK KALI INI, CACA GA MAU NURUT SAMA DADDY!" Bantah nya tegas. Arasca menoleh ke belakang.

Revan kembali menghembuskan nafasnya gusar. Kepalanya mendadak kembali berdenyut sakit. "Baiklah, kalau begitu nanti siang Daddy yang akan menjemput kalian!" Putusnya kemudian langsung pergi meninggalkan keduanya.

Saat itu juga, Arisca pun langsung menangis sejadi-jadinya. Ia berteriak kencang dan mengamuk-ngamuk di tempatnya. Arasca juga menangis tapi ia tak se-histeris Arisca. Lantas ia pun segera memasuki mobil dan membiarkan Arisca yang sedang sibuk di tenangkan oleh supir dan pelayan yang memang sedari tadi menunggu di sana.

galaxy'sTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang