Cerita ini adalah antitesis dari cinta itu sendiri. Cinta bukanlah tentang kebahagiaan saja melainkan juga penderitaan, bukan hanya kesetiaan namun juga penghianatan, hal-hal yang salah dalam memaknai cinta bahwa ini adalah sisi gelap yang siapa saja pernah merasakannya namun terdogma dengan kesucian cinta. Manusia selalu mengandalkan egoisme, dimana cerita ini akan menarik dua sisi antara lelaki dan perempuan, Patriarki dan feminisime, manakah yang harus mengalah. Namaku Quinnisa Caca Naifa dan diumurku yang ke 27 tahun ini, aku masih saja belum bisa menemukan lelaki yang menggantikan sosoknya dihatiku. "Ca, apapun yang terjadi jangan lupa bahagiakan dirimu sendiri", adalah sebuah kata penenang dari seorang Pria yang ku kagumi dan cintai. Lelaki memang terlahir sebagai sosok penyair yang dapat meluluhkan hati seorang wanita dengan mudahnya dan sayangnya wanita adalah penikmat dari syair-syair para lelaki.
3 parts