Happy Reading
**
Memiliki paras cantik khas kebulean dan juga menjadi seorang selebgram nyatanya tidak membuat seorang Stella Aprilia Vanessa mudah meluluhkan pujaan hatinya.
Lelaki yang Stella kagumi itu susah buat diajak ngomong. Jangankan diajak ngomong, ngelirik Stella aja udah sinis banget kaya liat tukang nipu.
Ganteng, ganteng banget orangnya kaya titisan Dewa yang ada di cerita Yunani. Udah ketebak orangnya gimana? Yap, orangnya cuek.
Stella harus ekstra sabar menghadapi lelaki yang kini menjadi pusat perhatian semua orang setelah turun dari mobil mewahnya. Selain ganteng, lelaki itu juga tajir dengan nama belakangnya yang pasti sangat terpandang.
"Oke, Stella. Pasang muka cantik lo di depan doi." Gadis berambut coklat yang terurai indah itu tersenyum, menyemangati dirinya sendiri.
"Tiap hari itu mulu mantra lo, tetep aja tu enggak manjur." Ucapan Siska, sahabat Stella yang benar adanya itu membuat Stella mengerucutkan bibirnya kesal.
"Enggak apa-apa, lain kali mantranya dari Mbah dukun aja biar manjur." Kata-kata polos itu terucap oleh gadis berwajah kalem bernama Bunga.
Stella tidak menghiraukan ucapan nyeleneh kedua sahabatnya. Fokusnya saat ini hanya pada ketiga lelaki yang kini berjalan menuju kearahnya. Lebih tepatnya menuju kelas mereka.
"Dari jauh aja jantung gue udah ribut gini. Gimana kalo suatu saat gue bisa meluk badan dia," bisik Stella.
"Pegang tangan dia aja udah jadi rekor buat lo, Stella. Lo satu-satunya cewek di SMA ini yang bisa megang tangan cucu sulung keluarga Agusto," kata Siska menggebu-gebu.
Stella tersenyum lebar merasa bangga dengan dirinya sendiri. Memiliki predikat perempuan paling cantik seangkatan kelas sebelas membuat gadis itu percaya dapat meluluhkan hati lelaki kesayangannya.
Stella menahan nafasnya sejenak saat aroma maskulin dengan lancang masuk kedalam indra penciumannya. Kedua matanya berkedip beberapa kali saat kesayangannya itu sudah berada di hadapannya, karena Stella berada di tengah koridor yang artinya gadis itu menghalangi jalan.
"Si cantik, Stella. Kenapa berdiri di tengah koridor gini?" Tanya lelaki berwajah kembar yang memiliki senyum manis seperti gula pasir. Daffi Adimas Agusto, namanya.
"Mau ketemu ni bocah? Jangan dulu deh, lagi sensian dari semalem." Kembaran Daffi yang bernama Daffa Adimas Agusto itu menunjuk sepupunya yang berdiri dengan wajah datar menatap Stella.
Lintar Thesar Agusto, menjadi cucu sulung Kakek Agusto dengan garis wajah tegas dengan badan kekar dan penampilan keren itu menjadi salah satu lelaki ganteng yang memiliki sifat paling cuek seantero sekolah.
Kebanyakan para gadis pasti memiliki mimpi berjalan bersebelahan dengan Lintar, membuat lelaki itu tersenyum, dan bahkan menjadi bucin alias budak cinta.
"I know, kamu mungkin ngerasa enggak nyaman selalu aku kejar. Tapi aku enggak bisa ngungkapin ini semua dengan mandang kamu dari jauh." Stella memberanikan diri menatap wajah Lintar, menyelami netra hitam kelam itu dengan dalam.
Kebiasaan buruk Stella adalah tidak dapat menahan diri untuk mencari tempat yang tepat saat berbicara. Bahkan gadis itu tidak menyadari saat ini menjadi pusat perhatian semua orang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintar : an Ability [New]
Teen Fiction[ New Version ] Menurut Stella, Lintar itu seperti bunglon. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu menatap dingin. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu cuek terhadap orang lain. Dan Lintar dengan bola mata hitamnya tidak pernah menganggap kehadi...