Happy Reading
**
Mobil milik Daffa penuh, terasa sumpek dengan banyaknya barang-barang pemberian gadis-gadis itu. Lintar berdecak, lelaki itu menatap kursi tengah dengan malas.
"Ayo, Tar. Buruan elah, ngapain lo berdiri di sono?" Daffi membuka kaca mobil.
"Mata lo pake, gue mau duduk dimana?" Lintar melirik pintu mobil bagian belakang yang terbuka, sangat sedikit tempat yang seharusnya ia gunakan untuk baring.
Daffa dan Daffi menghadap belakang, meringis melihat tumpukan barang disana.
"Lo mau di depan? Kita tukeran aja elah." Kata Daffi.
Lintar menggeleng, ia mengedarkan pandangannya. Di halte sekolah ramai saat jam pulang, banyak siswa yang sedang menunggu angkutan umum atau jemputan.
Dengan penuh pertimbangan akhirnya Lintar berkata, "gue naik bus."
"Si anjir! Jangan bego, kita bisa di mutilasi Kakek anjim." Daffi heboh sendiri sampai ia refleks keluar dari mobil.
"Serem amat omongan lo, Daf. Gue takut pulang nih," Daffa menggerutu. Lelaki itu sedang asik makan pudding pemberian salah satu teman kelasnya yang aslinya untuk Lintar.
"Lebay, duluan sono." Lintar melempar tas nya ke dalam mobil, mendarat sempurna di sebelah tumpukan barang.
"Lah jangan gitu, Tar. Gimana sama nasib kita, ha? Lo mah," Daffi memegang erat ujung seragam Lintar yang keluar. Ia persis seperti anak kecil yang tidak ingin di tinggal ibunya.
Lintar menepis tangan Daffi, "bacot. Terserah lo pada mau alesan apa, gue males semobil sama barang-barang rongsok."
Daffa yang berada di dalam mobil tersedak, ia menepuk dadanya dengan brutal. "Uhuk, rongsokan? Ni makanan mehong semua njir, enak dan di buat dari bahan berkualitas."
Lintar menghiraukan, lelaki itu menengadahkan tangannya kepada Daffi. Daffi mengerutkan dahinya, "apaan dah?"
"Hoodie lo buruan."
Mengangguk mengerti, Daffi akhirnya mengeluarkan Hoodie hitam miliknya. Langsung saja Lintar kenakan beserta tudungnya untuk melindungi kepala serta setengah wajahnya.
"Kaya artis aja lo, sok mau nyamar?"
Lintar tersenyum remeh, "lupa? Bahkan barang di mobil pemberian fans gue."
"Lo anggap mereka fans? Gue kira cuma hama," Daffi tertawa.
Lintar mengedikkan bahunya, ia kembali melirik halte dimana bus baru saja datang dan para murid berbondong-bondong masuk ke dalam.
Daffi mengikuti arah pandang Lintar, menatap ngeri pada rombongan yang saling dorong mendorong itu.
"Gue pesenin Grab car, lo mau sumpek sumpekan disana?" Daffi mencoba memberi pengertian kepada sepupunya itu.
"Enggak perlu. Bilang aja ke Kakek atau Nenek gue telat pulang, ada urusan bentar." Lintar berlari kecil, tubuhnya yang gagah perlahan mendekati bus dan menghilang setelah ia masuk ke dalam sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintar : an Ability [New]
Teen Fiction[ New Version ] Menurut Stella, Lintar itu seperti bunglon. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu menatap dingin. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu cuek terhadap orang lain. Dan Lintar dengan bola mata hitamnya tidak pernah menganggap kehadi...