Happy Reading
**
Stella melebarkan senyum saat melihat Lintar melewati lapangan menuju parkiran sekolah. Gadis itu sengaja menunggu Lintar di parkiran karena ingin meminta pulang bersama. Alasannya karena tidak ada yang bisa mengantarkannya pulang dan salah satu cara untuk bisa berdekatan dengan Lintar.
Stella membenahi rambutnya, kedua matanya berbinar saat lelaki berwajah ganteng itu semakin dekat kearahnya.
Selalu saja jantungnya berdegup kencang, dan ini hanya terjadi jika menyangkut Lintar.
"Hai,"
Lintar menaikkan sebelah alisnya, dan hal yang biasa itu terlihat sangat keren di mata Stella.
"Ngapain?"
Stella meremas kedua tangannya dengan kepala yang sedikit menunduk, demi apapun ia begitu salah tingkah di tatap oleh Lintar.
"Aku mau pulang bareng, boleh?" Stella melirik Lintar.
Stella tau ia terlalu berani saat ini, tapi mau bagaimana pun tidak ada salahnya kan jika ia yang mendekati duluan? Lagi pula ia tidak berniat menembak Lintar. Stella hanya ingin Lintar luluh kepadanya, dan dengan sendirinya Lintar akan mengajaknya berpacaran.
"Kenapa?" Tanya Lintar.
Kening Stella berkerut, tidak mengerti dengan pertanyaan Lintar, "Aku mau pulang bareng kamu. Jangan tanya kenapa, karena emang aku maunya pulang sama kamu."
"Kenapa harus sama gue?"
Pipi Stella merona, "masih nanya? Ya, karena I like you, Lintar."
Lintar memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya, berjalan melewati tubuh Stella. "Buka sendiri pintunya, lama gue tinggal."
Kedua mata Stella melebar, terkejut mendengar jawaban Lintar. Stella pikir Lintar akan menolaknya kemudian mengusirnya.
Suara klakson mobil membuat Stella tersentak, kemudian membuka pintu mobil milik Lintar dan duduk dengan gugup di kursi penumpang.
**
"Daffi, anjir lo lama banget tai." Kelas sudah kosong hanya tersisah mereka berdua yang masih harus menyelesaikan tugas yang harus di kumpul sekarang juga.
Daffi berdecak, tulisannya semakin bertambah besar dan tidak jelas karena menulis terlalu terburu-buru. "Sabar, gue juga males nulis banyak gini."
"Lo ngapain tadi malah tidur ogeb, salah lo sendiri." Kata Daffa kesal.
Daffi memajukan bibir bawahnya, "gue kira enggak di kumpul. Tunggu bentar, ah elah."
"Bodo amat, gue balik duluan." Daffa sudah beranjak dari kursi sembari menentang tasnya.
"Daffa, anjing." Dengan capet Daffi memasukkan alat tulisnya ke dalam tas, berlari kecil menyusul Daffa setelah melempar buku tulisnya keatas meja guru.
"Ini anak anjing comel, kemari anak anjing." Daffa tertawa mengejek Daffi yang berlari di belakangnya.
"Sialan lo, Daffa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lintar : an Ability [New]
Teen Fiction[ New Version ] Menurut Stella, Lintar itu seperti bunglon. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu menatap dingin. Lintar dengan bola mata hitamnya selalu cuek terhadap orang lain. Dan Lintar dengan bola mata hitamnya tidak pernah menganggap kehadi...