2. Pulang bareng?

4.7K 466 246
                                    

Happy Reading

**

"Serius? Demi apa? What? Kenapa bisa?" Bunga syok mendengar cerita Stella tentang Lintar yang mengantar gadis itu pulang sampai memberikannya jaket.

Bahkan jaket Lintar belum Stella cuci malah ia bawa kembali ke sekolah. Wangi Lintar yang begitu memabukkan yang membuat Stella merasa enggan untuk sekedar mencucinya.

Stella tersenyum simpul, rasa bahagianya sirna mengingat kembali ucapan Lintar kemarin. "Apa gue kurang berjuang ya buat Lintar?"

Siska menghela nafas kasar, memukul lengan Stella dengan mata melotot. "Kurang berjuang gundulmu, tapi bisa jadi sih. Kenapa, Stel?"

Siska itu sensitif tapi anaknya plin plan. Pertamanya aja sok bener tapi nanti ujung-ujungnya nanya terus enggak lama berubah pikiran. Oke, Stella merasa paling waras dalam berpikir di antara mereka bertiga.

Tetapi ada sesuatu yang membuat Stella ragu untuk memberitahu kedua sahabatnya. Bagaimana perbedaan yang sangat kentara di diri Lintar kemarin sempat mengusik Stella hingga sulit tertidur.

Aura Lintar sangat berbeda, terasa lebih bersahabat dan bagaimana netra coklat terangnya itu menatapnya dalam. Seakan ada sesuatu yang menarik darinya.

Seakan baru tersadar, Stella menutup kedua matanya sesaat. Netra yang selama ini ia lihat dari kedua mata tajam milik Lintar adalah hitam.

"Oh, enggak apa-apa, ini urusan rumah tangga gue. Bunga, bisa munduran dikit kepala lo?" Stella menonyor dahi Bunga yang sedang bertengger di lengannya.

"Bentar deh, Stella. Karena Lintar udah sold out jadi gue nyium jaketnya aja deh."

"Big no! Gue bisa dapetin ini setelah mantra gue manjur kemarin."

Siska menepuk punggung Bunga, hingga akhirnya gadis itu menatapnya kesal. "Apa Siska?!"

"Kita bikin mantra juga kalo gitu, Nga. Biar bisa dapet cogan kaya Stella."

"Mantra apaan? Nyari dimana? Gimana mantranya?"

Stella mendengus lebih memilih memainkan ponselnya selagi menunggu guru di kelasnya datang. Kedua sahabatnya sedang kumat, dan Stella juga sedang malas meladeni mereka.

"Bentar deh, emang lo lagi ngincer siapa?" Tanya Bunga kepo.

Siska tertawa, kemudian menepuk pipi chuby Bunga dengan gemas. "Gue? Gue mau Zayn Malik. Kira-kira mantranya apaan ya, Bunga?"

"Siska edan!"

Tawa Siska menjadi terbahak-bahak, perutnya rasanya tergelitik dengan hebat. "Lo tau peribahasa bermimpi lah setinggi langit? Dan mimpi gue hidup bahagia bersama Zayn Malik."

Bunga menabok lengan Siska, merasa kesal luar biasa. "Lo tau peribahasa sadar diri, sadar posisi, dan sadar muka? Dan gue harap lo selalu inget itu."

Siska memutar bola matanya malas. "Buat apa? Mau bikin gue insecure? Sorry, gue enggak kenal sama yang namanya merendah karena gue enggak butuh penilaian orang lain tentang diri gue sendiri."

"Aw aw, Siska kita udah besar ternyata."

"What?!" Stella nyaris melempar ponsel mahalnya saat melihat sesuatu yang membuatnya terkejut, sangat malahan.

"Kenapa? Ada apa?"

Stella menatap kedua sahabatnya masih dengan ekspresi yang sama, mulutnya kaku ingin mengucapkan sesuatu. "Mami, mami gue."

Lintar : an Ability [New]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang