Luffy berjalan melewati Zoro dan Sanji saat itu, membuat tanda tanya besar di atas kepala mereka.
"Apa yang trjadi pada bocah D itu-"
"Kau?!" Zoro memotong ucapan Sanji, lalu menatapnya. "Apa?"
"Cih, tidak!" ingin bertanya, tapi ia gengsi. Zoro memilih meninggalkan Sanji.
"Marimo, apa benar itu jalan menuju restoran tempat kita akan bertemu Robin?" Zoro mendecih. Ia lalu membalikkan badannya.
...
"Kau sudah mencarinya dengan benar?!" tanya Sabo. Ia berjalan menuju telpon umum di jalan.
"Tunggu, aku tidak tau no handphone Luffy."
"Bahkan Luffy tidak memiliki handphone," lanjut Ace, membuat Sabo menoleh. "Huh,"
...
Tetap dengan wajah yang berhadapan, namun mereka berdua terlihat berjalan lurus ke depan.
"Kau pikir aku akan kalah, ketika melawanmu Marimo!"
"Cih, Alis keriting!"
"Marimo! Mati saja kau!"
Pertengkaran kembali terjadi. Tongkat bisbol milik Zoro terus menahan serangan kaki Sanji.
Hingga keduanya menjadi tontonan publik, karena bertengkar di tengah jalan.
"Hey-hey! Dua pria tampan tengah bertengkar~" kata gadis cantik.
Luffy yang pada saat itu berjalan pulang, melihat kericuhan di jalanan, matanya tak sengaja melihat kepala Sanji.
"Apa dia bertengkar? Dengan siapa?" tanya Luffy penasaran. Ia berjalan menuju kericuhan itu.
Ternyata Sanji dan Zoro yang bertengkar, membuatnya tersenyum, menikmati setiap serangan dan hindaran mereka.
...
"Itu dia!!" tunjuk Ace kepada pemuda bertopi jerami yang kini tengah terduduk di bangku taman, seorang diri. Saat Ace akan mendekatinya, seorang pria berjas mendekati Luffy, membuat langkah Ace terhenti, sedangkan Sabo hanya menatap mereka dari tempatnya berdiri. Tak lama kemudian Luffy terlihat mengangguk dan mengikuti pria ber jas itu.
"Ayo Sabo!" Ace berlari mendekati Luffy.
Ketika itu juga Luffy sudah akan memasuki mobil hitam, hingga tangan Ace menariknya keluar.
"Luffy!" panggil Ace, membuat Luffy menoleh. Ia cemberut, kenapa ia harus ketahuan Ace?
"Kau tidak ada di apartement, lalu tidak pernah masuk sekolah, dan sekarang kau-"
Dorr!
"Ace!/Ace ...,"
Bahunya tertembak, Luffy menoleh, dan Sabo mendekati Ace untuk menolongnya.
"Cepat masuk, Luffy!" Luffy bingung, ia menatap Ace yang terjatuh dan Sabo yang mendekat. Ia tidak tau harus bagaimana. "Ace!" panggilnya lagi, membuat Ace menatapnya. "Ka, kau ma, mau kemana Luffy!" bentak Ace. Membuat tubuh Luffy bergetar hebat, kakinya lemas.
Ia terjatuh, tetapi ia kembali bangkit. "Luffy, ayo bantu aku!" Sabo masih berpikir Positif, bahwa Luffy akan membantunya, namun ...
"Luffy, bos besar sudah memanggil."
"Gomen," dan akhirnya langkah Luffy membawanya memasuki mobil itu.
...
"Aku masih kuat Sabo," kata Ace, ia mengubah posisinya menjadi duduk. Lalu menatap luka tembak di bahu kirinya.
"Ah, ya ... Mungkin? Hahaha." Sabo tertawa, ia lalu menekan luka Ace, membuat Ace mengerang kesakitan. "Apa kau masih kuat?"
"Bodoh! Kau ingin mati, heh?!"
"Tentu saja aku masih ingin hidup," balas Sabo tidak jelas.
"Ini." Sabo dan Ace menoleh, Sabo berdiri, lalu berterimakasih kepada gadis bersurai orange itu. "Arigatou Na Koala!"
"Koala-san?"
"Iya, dia yang membantuku mengobati lukamu." balas Sabo. Ace mengangguk. "Sejak kapan?"
"Aku sempat menghubunginya. Kau kan pinsan. Dan, ya, peluru di bahumu, sudah Koala cabut, untungnya ia sudah belajar banyak tentang penyembuhan."
"Darimana?" lagi-lagi Ace bertanya, membuat Sabo menghela nafas.
"Tentu ia mengambil jurusan Farmasi, bodoh!"
"Oh~"
Koala hanya terkekeh pelan, ia menyimpan teh hangat di atas nakas. "Aku akan kembali ke sekolah, karena sensei pasti akan mencariku."
"Baiklah," kata Sabo. Ia lalumemberikan sebuah surat, yang harus di baca Koala sendirian.
"Terimakasih Koala!"