Kakek, ayah, anak?

628 80 1
                                    

Setelah sarapan di Kantin, Luffy memilih untuk memasuki ruang kepala sekolah, tanpa dua teman barunya.

Sabo yang melihat Luffy masuk, tersenyum. "Ne, Luffy, ada apa?" Luffy menoleh. "Ah, hari ini begitu menyebalkan! Oh, ya, apa Shanks juga seorang guru di sini?" jawab Luffy lalu bertanya pada Sabo.

Sabo mengangkat alis kiri, dan mengangguk. "Iya, dia wali kelasmu," jawab Sabo dengan santai.

"Sabo, aku mau daging." tiba-tiba Luffy mengeluh, mengingat daging miliknya yang sudah tidak layak di makan. "Daging? Oh! Aku punya, hanya satu." Sabo membuka loker di sampingnya, lalu memberikan Luffy kotak makan untuknya.

"Makan, lah." Luffy menerima dan membuka kotak itu, lalu melahapnya. "Woah! Ini lezat!" Sabo terkekeh.

Tidak sampai 5 Menit, Luffy sudah menghabiskan sarapannya. Ia lalu teringat seseorang yang di juluki 'Kucing sekolah' matanya beralih melihat Sabo yang sibuk dengan data-data murid.

"Oh, iya. Apa sekolah ini memiliki murid yang dijuluki 'Kucing Sekolah?'" Sabo mengangguk.

Akhirnya Luffy merebahkan dirinya di sofa, ia memilih untuk beristirahat.

"Sabo-sensei!" panggil seorang murid di awang pintu, murid yang baru saja di tanyakan oleh Luffy. Dia berjalan dengan anggun. Memberikan kertas berisi orang-orang yang melanggar aturan.

Memang, di sekolah ini, di adakan divisi keamanan, dan Sabo memilih Gadis ini sebagai ketuanya, karena bagaimana, pun gadis ini terlihat tegas dan galak.

"Baiklah," Sabo membaca nama-nama di kertas itu. Lalu, nama adiknya tercantum di kertas putih, ia menoleh pada Luffy yang tengah tertidur dengan wajah yang di tutupi Topi Jerami.

Nami sendiri tidak sadar, siswa Desa yang di hinanya tadi ada di sini.

"Luffy?"

"Iya, sensei! Murid baru yang sudah melanggar aturan, seseorang mengadukannya padaku, dia sudah membuat dua langgaran! 1; Memanggil Shanks-sensei dengan namanya. 2; Sarapan di kelas, ketika pelajaran berlangsung."

Sabo tersenyum, "Apa kau akan mendendanya?" Nami terlihat berpikir. "Sudah tentu bukan, sensei? Bahwa yang melanggar harus di denda?"

"Bagaimana dengan insiden pembullyan?" tanya Sabo ke dua kalinya, Nami mengerutkan alisnya. "Sekolah ini tidak ada pembullyan, sensei." jawab Nami.

Sabo hanya tersenyum, dia lalu menyuruh Nami untuk kembali. Ketika Nami membalikkan badannya, matanya tak sengaja melihat 'murid baru' tengah tertidur di ruang kepala sekolah.

"Sensei?" panggil Nami tanpa menoleh.

"Ah, biarkan saja. Dia memang tidak tau diri Nami." Nami mengangguk, lalu melanjutkan jalannya. Jika, Kepala sekolah yang turun tangan, maka dia tak bisa apa-apa, tugasnya hanya memberikan nama-nama pelanggar dan mendenda.

Ketika gadis itu sudah keluar dari ruangannya, Sabo mengalihkan tatapan mata ke arah Luffy. Dia tersenyum.

"Kaupikir, aku bodoh?"

...

"Anak desa, ya?"

"Ah, iya, dan aku tidak peduli padanya."

Kedua siswi, yang merupakan sahabat Nami tengah berbincang tentang Luffy, mereka memang selalu membuat gosip. Karena Nami sendiri selalu begitu.

"Violet! Vivi!" Vivi, si gadis cantik dengan surai birunya menoleh, mendapati Nami yang berjalan kearah mereka berdua.

"Darimana?" tanya Violet, gadis Sexy di samping Vivi.

"Aku baru saja melaporkan anak-anak yang melanggar itu." jawab Nami, ia memutar kursinya hingga berhadapan dengan Vivi dan disebelahnya Violet.

Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang