Sorakan tepuk tangan terdengar di sebuah bar besar di pertengahan kota. Luffy masuk ke sana ditemani dua bodyguard atas perintah bos besar mereka.
"Perlihatkan identitas anda," seru penjaga tersebut. Luffy memberikan kartu namanya, dan diterima. Akhirnya mereka masuk.
Pintu coklat dengan gagang emas itu, dibuka oleh penjaga lainnya.
"Sedang apa mereka?"
"Di sini, tengah diadakan pesta yang meriah, dibanding hari biasanya." balas bodyguard A.
Luffy melangkah dan duduk dimeja kosong dekat minibar, ia memesan satu botol sake. Tanpa diketahui pemuda monkey itu.
Diam-diam, Shanks mengikutinya. Dan kini, ia menyamar menjadi pelayan.
"Kapan rapatnya akan dimulai?" tanya Luffy, keduanya mendekat.
"Bos mengatakan, bila kita harus menunggu hingga jam 8 Malam ini, rapat diadakan di lantai 3."
Luffy mengangguk, ia meminum sake itu. Meskipun dulu Luffy adalah anak yang baik, maka sekarang ia adalah anak yang bisa dibilang bodoamat.
Dan Shanks, yang mendengar itu, belum beraksi. Ia masih terus melayani pelanggan lainnya.
Seorang wanita dengan pakaian 'Kurang bahan' datang dan duduk disamping Luffy, mengendus-ngenduskan kepalanya di dada Luffy.
"Sayang~"
Shanks yang melihat itu, hampir menjatuhkan gelas kecil. Namun, dengan cekatan gelas itu akhirnya tidak jadi jatuh.
"Bisakah kau menghindar dari hadapanku, pearl!"
Pearl langsung mengangkat kepalanya, mengerucutkan bibirnya, lalu memukul pelan tangan Luffy. "Uh, padahal aku tadi datang bersamamu,"
"Kembalilah, aku tidak ingin diganggu." kata Luffy dengan datar.
...
Sanji, Zoro dan Robin baru saja sampai direstoran. Robin saat ini terlihat membawa pemuda manis dengan topi birunya, dan pemuda dengan hidung panjang disamping pemuda topi biru.
Sanji yang kenal mereka berdua, langsung bertanya, "Usopp? Chooper? Apa yang kalian lakukan di sini?" Usopp si hidung panjang langsung beraksi, ia menutupi wajahnya dengan topi, lalu berdehem. "Ya, kami-"
Brak!
"Hey! Turunkan kakimu dari meja, tuan!"
Mereka berlima langsung menoleh ke arah suara wanita yang berteriak, di sana sekumpulan orang dewasa tengah berkumpul, dan satu dari mereka, dengan tidak sopannya menyimpan kaki diatas meja, membuang putung rokok dimana saja.
"Sepertinya di restoran ini ada gangguan."
Robin yang hanya fokus pada satu wanita, terkejut, ketika wanita itu mengalihkan pandangannya, memperlihatkan wajahnya yang cantik.
Pearl? Apa yang dia lakukan di sini? Pikirnya sembari mengubah posisi membelakangi mereka.
"Ayo kita bereskan—"
Tangan Sanji ditahan oleh Robin, ia menatap Robin dengan heran. "Hem?"
"S, sudah! Tidak usah dihiraukan, lebih baik kau duduk dan nikmati obrolan kita."
...
Note; dikit dikit dulu aja, soalnya saya sendiri kehabisan ide. Ah! Huhuhu.
//Murung.