Robin menutup pintu kamar, ia kemudian melangkah ke dapur. Seseorang sudah menyiapkan makanan, Robin tentu bingung.
"Siapa yang menyiapkan ini?" gumamnya sembari mencoba sayur sup yang sudah berada di dalam mangkuk kecil untuk dinikmati. "Lezat!"
"Apa ibu sudah pulang?" tanyanya entah pada siapa, ia menoleh, ketika seorang wanita bersurai putih memasuki dapur dengan pakaian kerjanya. "Ibu?"
"Ah, kau baru keluar kamarmu?" tanya ibu Robin. Robin mengangguk, ia duduk di kursi makan. "Kapan ibu pulang?"
"Ibu baru saja pulang." katanya. Si Ibu duduk dihadapan Robin yang tengah menikmati sayur supnya. "Enak, bagaimana ibu memasaknya?"
Si Ibu mengerutkan alisnya, lalu tersenyum manis. "Itu bukan buatan ibu, ada orang lain yang memberikannya."
Robin tidak berbicara lagi, ia menikmati sayur sup itu. "Memang benar-benar lezat."
"Tentu, ibu saja sampai menghabiskan dua mangkuk."
Robin terkekeh, dan Olivia tersenyum.
...
Hari yang tepat, untuk berkumpul di taman. Di sana baru ada Sanji, Zoro dan Usopp. Mereka bertiga duduk di padang rumput yang indah, sembari memutar musik dari handphone Sanji.
"Minna-san!"
Robin melambaikan tangannya bersama Chooper, ketiganya menoleh. Sanji lebih awal mendatangi Robin dengan gaya alaynya.
"Tuan putriku sudah datang, Robin-cwaaan~"
Robin yang melihat itu hanya terkekeh pelan.
...
Robin duduk disebelah Zoro dan sebelah Robin ada Chooper lalu Usopp yang terakhir Sanji di sebelah Zoro. Mereka berlima duduk secara melingkar.
Sanji mengeluarkan masakan khasnya, Usopp dam Chooper berbincang ringan tentang Law. Mendengar nama Law, Robin menoleh menatap keduanya.
"Trafalgar D. Law?" tebak Robin. Usopp menoleh ke arah Robin. "Ya, apa kau mengenalnya?"
Tentu
"Dia satu kelas denganku," jawab Robin.
Dan Zoro membaringkan tubuhnya, menutup mata, ia tidak tidur hanya saja, ia memikirkan Luffy.
"Oi, Marimo! Bangun, lah!" teriak Sanji membuat Zoro membuka matanya, ia duduk dan melihat berbagai macam makanan dihadapannya. "Daging?"
"Itu daging babi, kau tau, kan?"
Zoro tidak membalasnya, ia mengambil semangkuk sayur, lalu mulai memakannya. Ia tak bisa berbohong, bila makanan Sanji memang lezat.
Begitu juga, ketika Robin mencicipinya.
Ini seperti sup yang aku rasakan dua hari lalu. Apa sup itu dari Sanji?
Robin menatap Sanji, ketika Sanji menyiapkan supnya untuk Chooper.
Mungkin, semua sup sama rasanya.
"Chooper! Kemarilah, aku akan menceritakan seorang pahlawan!"
"Ah, souka? Pahlawan apa itu Usopp?"
"Pahlawan penyelamat tuan putri! Pahlawan itu bernama, Usopp!"
...
"Violet! Hiks—— Violet!" Vivi menggedor pintu rumah Violet, dan menangis dengan keras.
"Vio-chan!"
Pintu terbuka, memperlihatkan sosok Violet. Violet yang melihat Vivi terjatuh dan menangis mendekatinya, "Vivi? Ada apa?"
"Ka, kau—kau ha, harus menjauhi pemuda itu! Kumohon!"
"Maksudmu?"
"Trafalgar D. Water Law!"
Violet cukup terkejut, ia membantu Vivi untuk berdiri, lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
"Apa yang terjadi, Vi?"
"Apa kau tau? D, dia itu seorang yang jahat!" kata Vivi.
Maafkan aku Violet, aku tak bisa mengatakan yang sebenarnya.
Violet terkekeh pelan, "sudah, Vi. Law tidak seperti itu, kok."
Datang Nami dengan sekantung keresek makanan. "Minna! Aku membawa makanan." Vivi dan Violet menoleh ke arah pintu, Violet tersenyum.
"Masuk Nami," kata Violet.
Nami masuk, ia melihat Vivi menangis dengan sesenggukan.
Apa Vivi sudah memberitahukannya pada Violet?
"Vivi? Kau kenapa?" modus bertanya Nami lakukan, ia berpura-pura mendekati Vivi dan merangkulnya.
Vivi tidak berbicara, ia tidak sudi kali ini, meskipun Vivi adalah gadis yang ramah dan suka memaafkan.
Melihat Vivi yang tidak berbicara, Violet turun tangan. "Katanya, si Vivi. Law itu orang jahat, aku tidak boleh mendekatinya."
"A, ah! Te, tentu dia orang jahat Violet hehe, dia itu seorang Mafia." kata Nami mencari-cari alasan.
Jadi seperti itu?
Nami tersenyum, Vivi memang bisa diandalkan.
"Dia juga, tidak akan segan membunuh orang yang memanfaatkannya." Vivi menambahkan. Seperti sebuah sindiran, Nami menurunkan tangannya dari pundak Vivi.
"Heh?"
...
"Masuk!" perintah Ace, Ace menoleh ketika pintu terbuka. "Sabo?"
"Kau sibuk Ace?"
"Tidak. Ada apa?"
Sabo melempar sebuah amplop coklat kehadapan Ace. "Bacalah," katanya sembari duduk di hadapan Ace.
Ace membuka Dokumen itu, lalu ia melihat sebuah kertas putih dengan bagian atas tertulis Mafia Naga Hitam.
Ace mengerutkan alisnya.
"Kau mendapatkan data-data seperti ini darimana?"
"Koala membantuku."
"Koala?"
Sabo mengangguk. "Kau pikir, Koala hanya gadis sekolah OPHS biasa? Dia punya kelebihan."
Ace diem, dirinya sibuk membaca data-data tersebut. "Mafia itu ternyata tidak takut identitasnya terbongkar."
"Itu bukan identitas asli mereka, mereka hanya memberikan nama dan tanggal lahirnya tanpa tahun." jelas Sabo, dan memang benar saja. Ada foto yang tidak jelas beserta nama.
"Tunggu. Luffy?"
"Maksudmu?" tanya Sabo.
Ace menatap Sabo, seakan mengerti Sabo menjelaskan. "Kau tau? Saat Luffy memilih mengikuti mereka? Karena dia sudah masuk kedalam Mafia itu. Tugas kita sekarang adalah menyelamatkannya. Luffy adalah aset mereka, karena mereka tau, bahwa Luffy adalah keturunan dari Bangsawan D."