"Luffy?! Kembali ke kamarmu!" titah sang kakek kepada Luffy. Luffy segera mengangguk dan berjalan cepat dengan album di pelukannya.
Sesekali ia menoleh ke belakang. "Kenapa kakek bisa ada di sini?"
Setelah Luffy keluar, si kakek menatap Dragon dengan tajam. "Oi, baka! Apa maksudmu itu, hah?!"
"Ayah, tidak usah marah seperti itu, bukankah bagus jika Luffy tau aku ayahnya?" si kakek menggeram, ia menggebrak meja tamu hingga rusak, Dragon hanya diam.
Si kakek kemudian mendecih, "tch! Kau kira aku bodoh?!"
"Kau ingin dia membencimu, hah?!" lanjut si kakek, Dragon hanya tersenyum. "Oi, jika ayah sudah tiada--"
"Kau menginginkan aku mati?! Dasar anak kurang ajar!" Vas bunga di meja hiasan di lempar oleh sang kakek ke arah Dragon, tetapi dengan mudah Dragon menghindarinya.
"Sudahlah ayah, kau duduk saja dulu."
"Aku tidak sudi berhadapan denganmu, tetapi jika menyangkut Luffy, aku tak akan segan-segan membunuhmu, anak kurang ajar!"
...
"Apa kamu baik-baik saja, di sana? Ne, Luffy-kun."
Seorang gadis yang memakai kimono bercorak bunga itu, menatap langit dari balik jendela kamarnya. Ia berharap dapat melihat orang yang disayanginya, sekali lagi.
...
Pagi ini Luffy mengacak rambutnya, genggaman pada wastafel mengerat, dirinya diselimuti rasa bingung, bersalah dan tertekan. Bahkan, ia tak tau kenapa, kenapa dirinya jadi seperti ini.
Tak ingin berlama-lama di kamar mandi, akhirnya ia memilih untuk pergi ke sekolah.
Menyelendangkan tasnya, lalu mengambil jam tangan serta gelang di atas meja belajarnya. Ia memakai sepatu hitamnya yang sudah rusak itu.
"Apa ini masih pantas digunakan?" tanyanya, ketika melihat sepatu malang itu.
"Luffy, kemari."
Makino melambaikan tangannya, ia menyuruh Luffy untuk mendekatinya.
"Kau sudah besar, ya? Dan kakekmu akan menyekolahkanmu, bukan? Apa kau senang?" tanya Makino dengan senyuman manisnya. Ia berharap Luffy senang.
Namun, wajah Luffy mengekspresikan bahwa dirinya tidak senang.
"Luffy?"
"Tentu saja, aku senang! Aku akan memiliki teman yang banyak! Shishishi, apa di sekolah akan ada banyak daging?" Makino tersenyum, meskipun umur Luffy sudah 17 Tahun, ia masih menganggap Luffy anak kecil.
"Luffy," kakeknya kini berada disamping Luffy, lalu menepuk kepala Luffy yang tertutupi Topi Jerami.
"Tuan Grap, apa anda ingin sesuatu?" Grap, si kakek menoleh. "Tidak Makino, aku hanya ingin membawa anak nakal ini, hahaha."
"Hihi, baiklah Tuan, Grap."
...
"Luffy! Lihatlah tas ini dan sepatu ini? Ini milikku, kau akan menyukainya!"
Meskipun terlihat rusak dan sudah luntur dari warna aslinya, Luffy tersenyum lebar, ia memeluk kedua barang itu.
"Jii-chan, bagaimana. Jika, aku menggantinya, kalau rusak?"
Grap menghela nafas, ia lalu mengangguk, namun sebelum itu ia berkata, "Luffy, sayangi barangmu selama masih dapat digunakan. Jangan menghamburkan uang jika di kota sana." Luffy mengangguk. "Tentu saja tidak akan!"