"Foto siapa ini?" gumam Luffy tanpa mengalihkan tatapannya dari album bersampul coklat itu. Ia kembali membuka lembaran album.
Disana terdapat foto-foto si pria yang menyuruhnya datang ke ruangan VIP dan seorang bayi yang masih sangat kecil, disamping foto tersebut ada juga foto seorang wanita bersurai hitam panjang yang tengah mengusap perut buncitnya.
Entah kenapa, Luffy membatin ketika melihat foto tersebut. Ia mengusap foto wanita itu, tanpa sadar air matanya turun.
Sesegera Luffy mengusap air matanya, hingga suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Luffy.
Ia beranjak dari tempt duduknya, lalu membuka pintu apartement. Di sana Zoro dengan seragam yang masih menempel di tubuhnya berdiri dengan tatapan tajam ke arah Luffy.
"Ini Apartementmu?" Luffy mengangguk.
Zoro menggaruk tengkuknya, ia masuk begitu saja, dan duduk di sofa. "Empat jam aku mencari apartement milikmu, dan sekarang akhirnya ketemu."
"Empat jam?" beo Luffy, sembari menyiapkan minuman untuk Zoro.
Zoro mengangguk, ia menatap Luffy yang sibuk membuatkan kopi untuknya. Lalu matanya mengarah ke album foto yang masih terbuka di atas meja.
"Ada apa kau ke sini, Zoro?" Luffy bertanya padanya, sedangkan Zoro juga tidak tau, untuk apa ia mencari apartement Luffy.
"Tidak tau," jawab Zoro seadanya.
Luffy menyimpan dua cangkir kopi diatas meja, dia kemudian mengambil album lalu menyimpannya di atas Loker.
Zoro memejamkan matanya sejenak, namun bayangan tentang seseorang melintasi pikirannya.
...
"Kau tidak akan berangkat sekolah?" tanya Zoro pada Luffy.
Kemarin ia menginap di Apartement Luffy, dan sekarang ia kembali sekolah. Luffy menggeleng.
Zoro tidak bertanya kembali, ia sudah cukup tau jawaban dari pertanyaan temannya itu.
...
-Zoro Views-
Tidak ada yang spesial dari hidupku, aku hanya seorang siswa yang memiliki cita-cita menjadi seorang pendekar pedang. Aku belajar berpedang bersama paman.
Tentang paman, dirinya adalah pendekar pedang terhebat di dunia ini, tidak ada yang tidak ia tebas.
Aku menjadi kagum sekaligus iri padanya. Semenjak kedatanganku ke Fusha untuk mencari informasi tentang pamanku, aku bertemu dengan seorang pemuda seumuranku yang tengah tertidur diatas pohon.
Dia selalu memakai Topi Jeraminya, selama satu tahun aku di Fusha, aku selalu bermain dengannya, bercanda bahkan berenang bersama. Sekalipun, Monkey D Luffy tidak bisa berenang.
Setiap ia tenggelam, aku selalu menolongnya, dan mengatai dirinya dengan 'bodoh' dan 'idiot'.
Luffy sendiri selalu mencari masalah di Desanya sendiri, ia selalu terdengar mencuri daging dan bertengkar dengan anak-anak lain.
"Kejar si pencuri kecil itu!""Makino! Kau harus bertanggung jawab atas perbuatan Luffy!"
"Luffy, kemari kau!"
Aku tersenyum kecil, menikmati ucapan para warga.
Suatu saat, ketika aku akan kembali ke Desa ku, Luffy menatapku tajam. Aku tidak tau apa yang ada Dipikirannya.
"Zoro-san!" seseorang berlari dan berteriak di belakangku, dia Yuki (Karakter tambahan) seorang gadis bersurai coklat keriting, menabrak punggung Luffy. "Ittai!" racau Luffy, lalu mendekatiku dan memberikan sebuah syal merah sembari menunduk 180 derajat.
"Zoro-san, ini pemberian dari ayah untukmu!"
"Untukku?" aku menerima syal itu, lalu mengangguk, keberangkatanku hanya diantar oleh Luffy yang kini menunduk sembari menekan Topi jeraminya dan Yuki yang tengah berdiri sembari memainkan jarinya.
Namun, panggilan masuk terdengar di saku rok Yuki, Yuki pamit padaku untuk pulang dan mengangkat telepon.
"Luffy?" panggilku pada Luffy. Ia melirikku.
Aku tidak kembali berbicara, lalu berlayar dengan perahu kecilku menuju perkotaan, dibantu dengan kompas ditanganku.
...
Setelah kembali ke Kota, aku memilih untuk loncat kelas di sekolah pertamaku, dimana aku berhenti sekolah selama satu tahun, beruntungnya aku mendapatkan otak cerdas yang masih dibawah Paman.
Seperti biasa, setelah pulang sekolah, aku kembali berlatih tanpa bimbingan paman.
Dan hari dimana kelulusanku, aku memilih sekolah. Awalnya aku ingin masuk ke One Piece HighSchool, hanya saja, sekolah itu terlalu besar. Hah, alasan yang konyol.
Setelah satu semester, aku memilih untuk pindah ke One piece HighSchool. Aku mendengar pamanku mengajar di sana sebagai guru bahasa Inggris.
Sejenak aku memikirkan tentang kenanganku dari mencari informasi tentang paman, lalu bertemu Luffy dan sekolah di sekolah sama dengan Luffy.
"Zoro-kun, Sensei memintaku untuk bertemu denganmu." gadis bersurai merah muda itu bergelayut manja dilenganku, aku menyingkirkan lenganku.
...
"Ada apa?" si gadis tersenyum.
"Sensei bilang, setelah istirahat kau harus mengajariku pelajaran IPA, soalnya hanya kau yang memiliki nilai tertinggi di kelas ini." katanya sembari mengembungkan pipi.
Zoro menghela nafas, ia tidak tau, kenapa gurunya meminta dirinya? Padahal gadis berponi dihadapannya lebih pintar.
"Oi, kau!" panggil Zoro sembari mendorong kursi si gadis berponi. Namun, tidak ada respon.
Ia berdiri dan mendatangi gadis yang tengah membaca buku itu. "Kau, gadis berponi." Si gadis berponi menoleh dengan mata yang tak kalah tajamnya.
"Kau ajarin dia IPA, aku ada urusan." tanpa persetujuan, Zoro pergi begitu saja dari kelas.
"Ih, kenapa Zoro seperti itu, sih!"
Sedangkan gadis berponi yang ternyata adalah Robin itu tidak membalas racauan Perona, si gadis bersurai merah muda.
Perona melirik Robin, lalu pergi begitu saja.
...
Zoro sendiri tidak tau akan ke mana, ia hanya ingin keluar dari kelas itu, karena tidak ada temannya.
"Oi, kau!" Zoro berhenti berjalan, ia menatap dihadapannya seorang pemuda bersurai pirang yang menutupi satu matanya bahkan beralis keriting itu.
Ia mengangkat alisnya dan bertanya, "ada apa?"
"Kau temannya si Topi Jerami, kan?" tanya pemuda itu, Zoro mengangguk, lalu kembali berjalan melewati pemuda itu. "Aku tak tau, permasalahan si Topi Jerami di sekolah ini, dan aku tidak tau kenapa ia di bully." ucapan si pemuda, membuat Zoro berhenti.
"Aku hanya ingin ber-- Oh, jangan lupa bilang padanya untuk mengembalikan jaketku." lanjutnya lagi, membuat Zoro kembali melangkahkan kakinya.
...
Sepulang sekolah, Zoro bertemu dengan Luffy, saat itu juga Luffy tengah berjalan dengan keranjang sayur ditangannya.
Ia melihat-lihat isi dari keranjang tersebut, kakeknya meminta ia untuk memberi beberapa sayuran. Awalnya ia tidak mau, namun sang kakek memberi ancaman.
"Kujamin kau tidak akan mendapatkan daging kesukaanmu selama satu minggu!"
Luffy menggeleng keras, ia berlari untuk segera sampai di Apartementnya, dimana sang kakek tengah menunggu dirinya.