7

539 78 10
                                    

"Luffy?" panggil Zoro pada Luffy. Mereka bertemu di mall.

"Yo, Zoro!" Luffy melambaikan tangannya, ia kembali menggigit daging matang di tangannyaa. "Kau sedang apa di sini?"

"Membeli perlengkapan," jawab Zoro seadanya. "Bersama siapa?"

"Robin dan Sanji."

Luffy langsung mengangguk, "Luffy! Apa kau sudah menemukan barangnya?" Grap datang dari samping Luffy, dengan keranjang belanjaan yang sudah penuh.
"Grap-san?" panggil Zoro. Sudah tidak terkejut lagi, ia sudah tau silsilah keluarga Luffy. Jadi, ia menunduk hormat, ketika berhadapan dengan Grap.

"Roronoa? Ho, kau sedang belanja juga, ya?"

Zoro mengangguk.

"Kalau begitu, Luffy aku duluan. Robin dan Sanji sudah menungguku." Zoro baru saja berbalik, namun tepukan di pundaknya membuat ia menolah.

"Ganbatte!"

Zoro tidak mengerti, ia lalu pergi begitu saja, tidak sadar kehadiran Robin dan Sanji yang berada di sampingnya, sedang memilih makanan.

...

Sabo melirik Ace yang sedang bermain game dikamarnya. Ia menghela nafas. Sudah tidak aneh lagi, jika saudaranya itu, akan terus bermain game hingga lupa waktu.

"Bagaimana, jika kita bermain ke Apartement Luffy?"

Ace menghentikan gamenya. Ia menoleh lada Sabo.

"Ide yang bagus!"

...

Arghhh!

Seseorang berteriak di dalam Apartementnya, ia menghancurkan semua barang-barang. Menginjak semua pakaian yang baru saja ia keluarkan dari lemari.

Luffy mengambil pisau di meja makan, mencoba untuk menusuk tangannya. Namun seseprang mendobrak pintu dan langsung menghentikan perbuatan Luffy.

"Baka!" pisau itu ia lempar, dan menampar Luffy kedua kalinya.

"Kenapa?! Kenapa kau menghentikanku Ace!!"

Ace menatap tajam Luffy.

Luffy menangis kali ini, ia terjatuh hingga tertunduk dihadapan Ace. Dibelakangnya Sabo duduk, ia menunduk, menjadi seorang kepala sekolah di sekolah itu, ia tak bisa menghentikan pembulian yang diterima adiknya.

Ace menyuruh Luffy untuk berdiri, Luffy langsung berdiri dan menghapus air matanya.

Ace memeluk Luffy dengan erat, "kau adikku, bagaimana, pun kau adalah adikku."

Tangisan Luffy mengeras, ia membalas pelukan Ace dengan erat.

"Ace!"

Dibelakangnya Sabo juga meneteskan air mata, ia menghapusnya secara diam-diam, lalu mendekati mereka berdua dan memeluknya.

3 Saudara itu kembali kedalam pelukan.

...

Friend

"Pengumuman, untuk semua murid OP HighSchool. Segera buat barisan di lapangan sesuai dengan kelas masing-masing, akan ada pengumuman penting untuk kalian, ditunggu 10 Menit lagi."

Para murid langsung melakukan titahan itu, mereka baris dilapangan sesuai kelas masing-masing.

Luffy tidak langsung ke lapangan, ia duduk di kantin menikmati daging di tangannya. Tak peduli pada ibu kantin yang sudah menyuruhnya untuk baris dilapangan.

Begitu juga dengan Ace yang tertidur di dalam kelas, Marco sang sahabat hanya dapat menghela nafas. Ia mengambil buku tebal dan dipukulnya Ace, hingga Ace terbangun dari tidurnya.

Sanji tidak akan pergi sebelum rokoknya habis. Ia mengisap rokok itu di taman belakang sekolah. Menatap langit biru, membayangkan dirinya tengah bertemu bidadari yang jatuh dari langit.

Tak di sangka, pangeran sekolah kini bingung, dimana lapangan upacara? Semua murid sudah ada di sana, hanya dirinya yang masih berkeliling di koridor sekolah.

Si hidung panjang bernama Usopp itu berada diruangan Lab, mencari penemuan baru untuk eksperimennya.

Sedangkan Nami, sibuk memberi perintah kepada Violet dan Vivi, agar kepala sekolah tetap mempertahankan dirinya sebagai ketua divisi. Mereka bertiga kini berada di rooftop.

Ia hanya ingin menyelesaikan baca bukunya, jadi ia memilih 5 Menit untuk membereskan semuanya didalam perpustakaan. Robin, tidak peduli jika dihukum asal tidak mengganggu acara membacanya.

Chooper sibuk menyiapkan obat di dalam UKS berjaga-jaga agar tidak ada yang tidak sehat. Ia menyiapkan semuanya di dalam kardus. Lalu menyimpannya di atas lemari.

Mereka di tempatnya masing-masing kini berjalan menuju lapangan upacara, terkecuali Vivi dan Violet yang akan mengerjakan tugas boss mereka.

Luffy dan yang lainnya bertemu di ruangan besar yang akan menunjukkan jalan ke luar sekolah. Mereka saling menatap.

"Cih." -Zoro

"Yo!" -Usopp

"Are?" -Robin

"Shishishi, Yo Zoro!" -Luffy

"Robin-chan! Nami-swaaan!" -Sanji

"Etto?" -Chooper

"Anak desa!" -Namii

"Oh, ternyata kalian ada di sini? Kenapa tidak langsung ke Lapangan?" suara Ace membuat mereka menoleh, Ace berjalan dengan tenang melewati mereka.

"Are? Kalian baru akan ke lapangan?" tanya Robin pada mereka, Zoro, Sanji dan Nami mengangguk, begitu juga Chooper dan Usopp.

"Ah, aku malas. Tapi, apa boleh buat, kan?" kata Luffy, menurunkan Topi Jeraminya.

"Cih! Anak desa memang tidak punya sopan santun!" komen Nami sembari menilap tangannya di dada.

"Jaga ucapanmu, Nona." ujar Zoro tanpa menatap Nami.

"Sopanlah terhadap wanita! Marimo!" amarah Sanji, ketika Zoro mengucapkan perkataannya.

Usopp bertender di rakk, "ya, aku hanya akan menikmati kalian berenam!"

"A-ano, Robin?" panggil Chooper dan dibalas oleh senyuman Robin.

"Kalian masih ada di sini?! Cepat baris sesuai kelas kalian masing-masing!" perintah Akainu, ketika melihat 7 siswa yang masih berada di ruangan.

...

"Huh, panas!" keluh Nami, ia terus mengusap keringatnya. Pengumuman penting ini ternyata hanya pemberitahuan tentang ujian.

"Kenapa tidak di kelas saja, sih?"

Sebuah tangan memberikan botol Aqua pada Nami, sebelum menerimanya Nami menoleh, di sana anak desa itulah yang memberikannya.

"Kau haus, bukan? Minumlah."

Nami awalnya menolak, tetapi karena haus ia menerimanya dari tangan Luffy.

...

Friend?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang