Pacaran saat kelas 6

319 9 0
                                    

Ada sebuah kisah yang menurutku sangat paling susah dilupakan saat kelas 6. Disaat aku jatuh cinta dan merasa bimbang.

Saat masuk ke kelas 6, aku ditanya oleh teman-temanku yang sebenarnya itu sungguh memalukan.

"Jur, lu suka sama Robi ya dulu?" Pertanyaan itu. Entah mengapa gosip itu sudah tersebar hingga telinga mereka. Padahal aku sudah berusaha untuk menyembunyikan dari yang lain.

"Enggak kok. Kata siapa," jawab ku sambil berbohong. Ternyata gosipnya sudah tersebar dengan sangat luas. Aggghhh...memalukan.

Jujur. Kalau ditanya soal perasaan, pasti aku akan menjawab masih sedikit suka dengannya. Walau harus terus berbohong...kemungkinan rasa ini akan menghilang dengan sendirinya. Lagi pula ada salah satu temanku, yaitu Arrosa yang juga menyukainya dengan alasan dia sering di chat oleh Robi.

Kadang mereka sering lempar-lemparan surat cinta disekolah yang sesungguhnya itu bukan dibalas oleh Robi, melainkan dengan teman laki-laki yang sebangku dengannya.

Lalu kenapa Arrosa meminta bantuan diriku? Padahal dia yang menyukai dirinya. Kan bisa aja dia melakukannya sendiri untuk pdkt.

Ok. Sabar, tenang, kalem. Sebagai teman yang baik, pasti harus membantu sesama.

Nih ya, aku kasih tau. Dulu, aku sama Arrosa tuh kaya dah pacaran aja. Setiap hari selalu chatan buat tanyain strategi ngadepin Robi atau gak nayain kabar.

Kamu udah makan belum? Udah mandi belum? Tadi udah tidur? Mimpi indah gak pas tidur? Gimana keadaannya, sehat?

Ya, ampun. Saat itu aku berfikir, yang pacaran itu kita berdua, bukan Arrosa sama Robi. Udah dong. Aku ini masih jomblo, jangan terlalu menghalu. Nanti pas jatohkan sakit. Nangis nih lama-lama, gara-gara masih jomblo.

Setelah perdebatan ini, aku akhirnya terus membantu Arrosa. Semua yang dia minta, aku langsung tururtin. Terutama saat dia meminta padaku agar mau membantunya chat Robi agar membuka blokiran nomer Arrosa dari kontaknya.

Baikalah, aku chat menggunakan hp umyku. Sebenarnya sih, dari dulu kalau ada grup chat...yang dimasukin adalah nomernya umy, karena aku tak punya hp.

"P"

"Apa?"

"Ini siapa?"

"Ini aku, Azura"

"Owh, Kenapa?"

"Eh landak. Buka blokirannya Arrosa. Dia pengen ngomong sama kamu"

"Iya nanti"

"Gak ada nanti-nanti. Sekarang juga, buka tuh blokirannya Arrosa"

Dan kalian tahu selanjutnya apa yang terjadi? Karena aku lupa menghapus chat itu dari hp, umy langsung marah-marah. Gara-gara aku manggil Robi itu landak. Padahal waktu itu rambutnya emang kaya landak loh. Setiap dia lari, pasti rambutnya loncat dan seakan-akan dia adalah landak. Makanya, aku kasih dia panggilan landak. Ah kalo kaya gini mah aku gak akan manggil dia landak lagi.

Tunggu. Mungkin kalo aku manggil Tobi gak masalahkan. Dari pada landak, nanti di marahin lagi. Mending aku panggil dengan sebutan Tobi.

Sebenarnya, sebelum chat Robi untuk Arrosa, aku pernah minta saran dari Braint dulu. Waktu itu kita duduk di menja bundar yang ada ditaman sekolah. Meja yang tepatnya dekat pagar dan dibawah pohon. Pada awalnya kita bercakap karena menunggu orang tua yang sama-sama belum menjemput.

Masa SD KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang