Susahnya menjadi kelas 6

368 4 1
                                    

Tahun 2018...

Kelas 6 adalah tingkatan paling tinggi dari masa pendidikan selama SD. Mempersiapkan diri dan mental pada kelas 6 itu bukanlah hal yang mudah. Banyak sekali yang harus dikorbankan pada saat itu. Waktu, tenaga serta pikiran juga menjadi salah satu bagian terpenting dalam segala usaha agar mendapatkan hasil yang maksimal. Sama seperti yang telah kurasakan sekarang.

Kali ini, aku tak sekelas dengan kedua sahabatku dan Braint juga. Namun malah sekelas dengan Eksha. Tapi, tiba-tiba saja dia pindah saat baru masuk dan belajar beberapa minggu disekolah. Ada yang bilang, dia pindah ke kampung karena urusan keluarga.

Belajar dikelas yang berbeda sangatlah tidak enak. Aku berada di kelas 6A yang wali kelasnya adalah Bu Ayu. Sedangkan kedua sahabatku berada di kelas 6C yang wali kelasnya adalah Bu Arini. Lalu untuk kelas 6B, wali kelasnya adalah Bu Lestari. Setahun terkahir tidak akan sekelas dengan sahabat sendiri, rasanya tidak menyenangkan. Seperti ada yang berbeda setiap saatnya.

Penyesalan terbesarku adalah saat kelas 5 dulu. Kami bertiga tidak bisa sekelas kerena doaku dan Dila dulu yang menjadi kenyataan untuk sekarang. Kami berdoa, agar bisa sekelas dengan orang yang disukai yaitu Robi dan Muqsit. Namun hal itu menjadi awal perpisahan bagi kami. Lupakan dulu, ada hal yang paling penting sekarang dari pada itu.

Pertama-tama, kenalkan dulu ketua kelasku yang sungguh konyol ini. Namanya Agung, dia dipilih karena Bu Ayu asal tunjuk anak. Lucu bukan. Anak yang bahkan tak bisa menjaga kelas tetap damai sehari saja, bisa menjadi ketua kelas. Ya ampun.

Tunggu dulu. Aku bertemu lagi dengan rival lama yang tak bisa kukalahkan beberapa tahun silam. Raisa, kepintarannya melebihiku sekarang. Ditambah ada Nomira dan Mikhayla yang juga memiliki kepintaran setara dengan Raisa.

Setiap hari, pelajaran kami di gembleng oleh Bu Ayu agar para muridnya berhasil. Semua soal-soal punya kakak kelas dulu, diberikan ke kami untuk dipelajari. Berkali-kali kami di jejali dengan pelajaran yang sangat susah, hingga bosan dan otak kami faham dengan materi itu. Ritme pelajaran yang di ajarkan ke kamipun terbilang cepat dari kelas yang lain.

Memang, Bu Ayu kalau soal mengajar lebih mudah di pahami dari guru yang lain. Caranya mengajari materi yang susah, dibuat mudah olehnya.

Tidak semudah yang dibayangkan oleh kalian. Kelasku ini memiliki 3 anak yang spesial. Mereka bertigalah yang harus membuat kami terus mengulang-ulang materi lama hingga faham. Adhit, Dafa dan Rafael. Ketiga temanku ini, merupakan murid yang membuat bu Ayu bekerja dengan ekstra sabar dan tabah.

Aku faham, karena aku sering melihat mereka bertiga mendapatkan pelajaran tambahan dari Bu Ayu. Dari mereka bertiga...kurasa Dafa-lah yang bisa memdukung kedua temannya, agar tetap semangat belajar walau mereka tertinggal jauh dibelakang kami dalam hal pelajaran.

Bukan maksudku untuk meremehkan mereka bertiga. Justru aku salut dengan sikap kerja keras dan pantang menyerah mereka. Kami sama-sama berpacu dengan materi pelajaran yang harus diselesaikan dengan cepat. Namun...tanpa adanya rasa semangat, kurasa itu sangatlah sulit.

Berulang kali juga...kami terpuruk dengan kegagalan. Tapi Bu Ayu terus membangkitkan semangat kami agar tetap mau belajar dan terus belajar, hingga bisa.

◇◇◇

Kepemimpinan Agung dalam menjadi ketua kelas sangatlah tidak bagus. Kami sekelas sepakat agar mengganti ketua kelas yang baru. Pemilihan ketua kelaspun dilakukan secara voting agar hasilnya adil. Sudah ada beberpa calon yang telah dipilah dan aku juga mencalonkan diri sendiri sebagai ketua kelas. Itupun kalau ada yang memilihku. Namun hasil berkata lain.

Aku tak terpilih menjadi ketua kelas. Melainkan Amel-lah yang jadi ketua kelas yang baru. Justru dia memilihku untuk menjadi tangan kanannya dalam mengurus kelas yang isinya anak badung semua.

Masa SD KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang