Jatuh cinta di kelas 3

484 15 0
                                    

Tahun 2015...

Kelas 3 bagiku...merupakan hal yang penuh dengan kejutan.

Bertemu dengan teman baru, karena pihak sekolah mengubah peraturan yang dimana beberapa anak dari SDN 02 bergabung ke SDN 01. Entah seterusnya akan seperti ini atau SDN 02 benar-benar tidak akan ada lagi.

Ah benar juga. Kali ini aku sekelas lagi dengan kedua sahabatku, Nida dan Dila. Tak lupa sang musuh bebuyutan, Eksha harus sekelas lagi denganku. Entah keberuntungan atau kesialan apa yang sudah menimpa ku, hingga kami sekelas lagi. Aku bersyukur bisa sekelas dengan kedua sahabat ku, namun tidak dengan musuh bebuyutanku.

Kelas 3 tahun ini memiliki 2 kelas, yaitu 3-A dan 3-B.

Aku?

Kali ini aku masuk kelas 3-A, yang wali kelasnya Ibu Melati atau sering juga di panggil Bu Mel. Usianya sekitar 50 tahun ke atas.

Pelajaran di mulai seperti biasanya. Masuk pukul 6:30 dan berkhir pukul 12:00 bagi kelas 3 sampai kelas 6.

Seminggu setelah tahun ajar baru ini di mulai...beredar suatu rumor yang mengatakan bahwa akan ada murid pindahan yang terlambat masuk di hari pertama sekolah.

Memang aneh. Ia telat masuk sekolah saat yang lain sudah mendapatkan ilmu pelajaran selam satu minggu penuh.

Tunggu dulu!!

Abyku juga bercerita, jikalau keponakan salah satu teman kerjanya akan ada yang bersekolah di Jakarta. Keponakannya itu pindahan dari Surabaya dan dia tinggal di sekitaran Kelapa Gading. Cerita abyku...sama persis seperti rumor anak baru itu.

Apa jangan-jangan keponakan salah satu teman kerja abyku adalah anak baru itu?

Tepat sekali, dugaan kubenar. Hari Kamis dia datang dan duduk paling belakang. Namanya Braint. Dia anak laki-laki, namun memiliki rambut seperti perempuan. Aku heran. Kenapa ramputnya tidak di cukur? Padahal tata tertib sekolah tidak memperbolehkan rambut anak laki-laki menutupi kuping. Namun lihat dia? Rambutnya bahkan sudah melebihi kuping. 

Kusimpulkan, dia anak mami. Sikapnya begitu manja. Mentang-mentang dia anak tugal, sudah sebesar ini masih bersikap manja. Jelalahnya dia memanggil ibunya dengan sebutan momy. Ya allah...usaianya sudah 9 tahun dan sudah kelas 3 SD. Tapi kenapa dia masih minta di temani oleh momy-nya itu. Padahal popinya itu seorang TNI Angkatan Laut. Harusnya sikapnya gak klemar-klemer kaya gini.

Sesaat aku melihat Nida yang notabennya adalah mantan teman satu TK dari Braint. Apa aku korek informasi dari dia saja ya?

"Hei Nida. Kau bilang anak baru itu teman satu TK mu dulu kan?"

"Iya, lalu kenapa? Kau suka dia? Kusarankan kau tidak usah menyukainnya. Dia itu pindah ke kelas ini karena ada Wardah. Dan lihat itu si Olivia. Dia sudah mengklaim bahwa Braint adalahnya miliknya dari sebelum anak ini masuk sekolah"

"Eh...siapa yang suka. Lagian anak mami kaya gitu aku sukain. Aku hanya sekedar tanya. Tidak usah di lebih-lebihkan"

"Baiklah"

Canggung dan malu. Itu yang aku rasakan sekarang saat ditanya oleh Nida seperti tadi. Kulihat dari jauh anak baru itu yang mulai beradaptasi dengan murid laki-laki yang lain. Cara berbicara yang cukup berebeda karena menggunakan bahasa Jawa yang merajuk ke Surabaya.

"Ck. Rival baru," decak ku penuh kekesalan saat melihat nilai rapotnya yang lumayan bagus.

♡♡♡

Kata orang...cinta tumbuh karena sudah terbiasa. Benar saja. Aku mulai jatuh cinta dengan Braint, anak baru itu. Kini dia terpilih menjadi ketua kelas dan duduk sebangku dengan Wardah. Dalam lubuk hatiku ada rasa cemburu saat melihat mereka berdua bercanda bersama.

Masa SD KuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang