Berkurang atau Hilang

153 45 289
                                    

Hanya karena kamu berbuat salah bukan berarti kamu adalah kesalahan.

Semenjak kejadian itu, fokus Vina menjadi pecah. Ia jadi terlihat tidak begitu tenang. Gyo tahu itu, ia sebisa mungkin berusaha kuat pada babak final ini, karena jika ingin mengandalkan Vina saja, kali ini rasanya sangat mustahil.

"ARGHHH!!" teriak Gyo membuat Vina terperanjat kaget.

"Hah?! Kenapa, Yo? Kita kalah?" tanya Vina membuat Gyo tertawa. Dahi Vina berkerut bingung.

"Noh, liat!" perintah Gyo menunjuk papan score yang terpajang di tengah-tengah tribun lapangan. Vina menganga dan melototkan matanya kagum sekaligus kaget.

"Demi apa, Yo! Kita menang?" tanya Vina berharap ini bukan mimpi. Gyo mengangguk masih ikut syok. Vina berteriak keras membuat seluruh pasang mata menatapnya kesal.

"Siapa sih tuh cewek?"

"Katanya anak keluarga Nagael gak, sih?"

"Kok bentukannya gitu?"

Begitulah celotehan orang-orang mengenai Vina. Cuih, masa bodoh!

"Vina!" ujar Gyo memperingati. Vina hanya memutar bola mata malas, terserah dia dong.

"Saya benar-benar bangga dengan kalian berdua," puji kepala sekolah lalu berjabat tangan dengan Vina serta Gyo.

Hari itu rasanya sangat campur aduk bagi Vina. Ada rasa senang dan kecewa serta rasa bersalah di dalam hatinya. Hari ini mereka menginap semalam lagi di Jogja, dan besok akan menuju kembali ke tempat asal mereka. Tentu saja masih di planet bumi!

Vina sudah sampai di mansion mewah milik keluarganya. Badannya remuk redam karena kelelahan. Lelah berfikir keras dengan soal-soal yang ada. Untungnya mereka diberi jatah libur untuk istiragat selama dua hari, jadi ia bisa sedikit mendinginkan otaknya.

"CONGRATULATIONS ANAK MAMA!!" teriak Helena lalu memeluk Vina yang terkejut dengan kejutan yang disiapkan di kamarnya. Kamarnya disulap menjadi seperti perayaan ulang tahun. Amazing!

"Thank you, Ma," ujar Vina dan membalas pelukan Helena. Samuel menatap anaknya bangga dan memeluk Vina erat.

"Good job, girl!" ujar Samuel membuat lelah Vina terasa terbayarkan. Semuanya terasa menyenangkan saja meski penatnya belum juga reda, tapi semua ini mampu membayar lelah nya.

"KAU TELAH BERJUANG, MENAKLUKKAN HARI-HARI MU YANG TAK MUDAH," ujar Vano bernada. Vina terkekeh dibuatnya, lalu memeluk abangnya itu senang.

"Lo akan selalu jadi adik terbaik gue, karena lo satu-satunya," ujar Vano lalu memeluk adiknya. Sahabat-sahabatnya pun ikut ada juga di sana memeriahkan kejutan itu.

"Sedih kan gue jadinya," lirih Airys lalu benghambur ke pelukan Vina, membuat sang empu sedikit terdorong ke belakang.

"Kita bangga banget sama lo!" decak Airys diikuti Jihan dan Tasya yang juga ikut memeluk Vina.

Sekarang sepertinya ia sadar, selama ini ia hanya perlu berdamai dengan dirinya sendiri. Bahkan dengan cinta pun bahagianya tidak akan cukup, sekarang buktinya. Dia hanya melakukan kewajibannya namun bisa membuat orang lain sebahagia ini atas dirinya.

"I love my self?" tanya Vina lalu diangguki Tasya.

"Harus!" ujarnya penuh penekanan. Mereka tertawa lepas seolah hari ini adalah hari yang sangat spesial bagi mereka semua. Memang begitu bukan? Kayak martabak yee..

"Ya sudah, kalian istirahat gih. Mama, Papa, sama Abang keluar dulu, ya," ujar Helena lalu diangguki mereka berempat.

"Ceritain pengalaman lo!" tagih Jihan. Vina lalu terduduk di atas kasurnya dengan bibir mengerucut.

After Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang