3. Bagaimana?

574 251 289
                                    

Itulah arti protes agar dapat membanggakan hasil

"Gimana makan malam sama pertemuan lo?" tanya Jihan Alana Arsyad sepupu Galang dari keluarga Ayahnya-Dito.

"Gue mau dijodohin sama sicewek bad sekolah," keluh Galang dengan wajah dingin khasnya.

"Hah? Maksud lo Davina? Sahabat gue?!" tanya Jihan antusias. Namun, yang ditanya hanya menjawab dengan anggukan saja.

"Waah! Bagus lah jadi bonyok lo ga perlu susah payah buat perkenalan sama pendekatan," kagum Jihan.

"Bagus bapak lo peang!"

"Lahh iya, Vina itu ga seburuk apa yang lo pikirin, dia baik kok, cantik apa lagi, pinter jangan ditanya. Kalian berdua itu sama-sama pewaris Nagarick High School tapi, yang sering banggain Nagarick itu dia doang tuh lo kaga,"

"mau ceramah sekalian aja pake toa. Udah sana lo enyah dari hadapan gue!" usir Galang sadis.

"Dan yang perlu lo tau ya Han, lo ga bisa sama-sama in gue sama sahabat buruk lo itu!" tajam Galang.

"Sekarang lo bisa bilang benci sama Vina tanpa lo sadari keadaan akan membawa lo pada kenyataan benar-benar cinta!"

"Hidup ga cuman tentang cinta Han, ga kenyang kalo makan cinta,"

"Tapi, hidup lo ga cuma sepenuhnya tentang bebas dan main bukan? Lo udah kelas XI bentar lagi titik keputusan dan tekad harus lo sendiri yang bertindak, lo lalai dikit tahta berpindah tangan bro."

"Tahta? Silahkan, mau lo ambil sekarang juga gue siap, ga penting buat gue!" sombongnya.

"Lo bilang tadi ga butuh cinta kan? Apa bisa hidup sendirian sampai tua? Dan lo bilang ga penting tahta lo? Bukab engga tapi belum!" tegasnya lagi dan meninggalkan Galang sendiri.

Ucapan terakhir Jihan begitu menohok dipikiran seorang Galang. Ia dibuat tertegun dan diam membisu pikirannya melayang menari dan berputar layaknya komidi putar. Apa Galang bisa mengambil inti sari perkataan Jihan?

❇❇❇❇❇

"Woi, bang.." panggil Galang yang sudah lebih dulu sampai di sekolahan. Biasa sudah rutinitas Galang dan sohibnya yang lain berkumpul di warung bubur Mbak Entik. Panggilan abang biasa dilontarkan oleh Galang pada Gyo.

"Lo kenapa lagi bos? Stok pembalut dirumah abis? Sini dedek Ragel bantuin beli," sindir Ragel yang tak kuasa menahan tawanya.

"Lo punya duit berapa buat operasi patah tulang?" ancam Galang.

"Galang lo PMS?" celetuk Samudra.

"Ngapain sih lu pada hah?! Bilang gua PMS mulu?! Ribut anjir!" kesal Galang.

"Ck, lo kenapa lagi Lang? Galau amat tu muka," mulai Gyo mempertengahi celotehan tak bermutu dua semprul.

"Gue masa mau dijodohin sama Vina,"
"Hah? Dijodohin? Vina?" serempak mereka ber-lima tak karuan dengan ekspresi melongo dan terbodoh andalan masing-masingnya.

"Wah wah! Bagus dong biar lo bisa move on 100% tanpa gangguan!"

"Bukan gitu bang, ga mungkin kan gue sama cewek kea dia,"

"Kurang baek-baek apaan tu cewek bos? Dia segala-galanya di Nagarick ini," ungkap Kevin.

"Lo pada sama aja ya, sama kek Jihan ga ada gunanya!" dan melenggang pergi entah kemana.

"Apa kita salah? Jadi selama ini kita cuman pelepas duka doang gituh?" pikir mereka secara berbarengan.

❇❇❇❇❇

"HOI!!"

"Ayam ayam" latah Tasya kuat.

"Bisa ga sih Rys ga ngagetin?" bentak Vina kejam. Airys Sanaya Riadsy. Sepupu Vina dari ibunya. Airys selalu paham akan Vina, akan sikap sepupunya itu.

"Maap, oh iya kata Mas Vano kemarin lo mau dijodohin ya sama Galang?" dimulai lah aksi Airys menanyakan semua pertanyaan yang menurut Vina konyol itu.

"Kalo lo mau ambil aja, gua sih ga sudi!"

"Wah wah wah, ya mana mungkin gua Vin, ga mungkin lah. Tapi, lo cocok kok,"

"Lo pada sama aja, ga dirumah ga disekolah semua sama aja ga ada manfaatnya lo pada," kasar Vina tanpa menutupi sikap aslinya. Inilah Davina cewek keras kepala dengan semua tingkah anehnya. Dia sendiri juga sering bingung akan mood-nya kadang begitu manja, dan keras kepala.

"Bukan gitu Vin maksud gua, kalian berdua itu sama-sama pewaris tahta, bagus dong harta lo sama Galang ga bakalan tuh habis 14 turunan," celetuk Airys dan diangguki oleh Tasya seolah-olah itulah pertimbangannya.

"Pinter banget otak lo. Berapa sih nilai MTK lo? Gurunya masih buk Aren kan?" tanyanya datar.

"Lo bisa sekarang ngerasa kalo Galang itu musuh bebuyutan lo, kalo lo ga bisa ngambil keputusan yang baik biar keadaan yang menyatakan kenyataan,"

"Cih.. Hari gini masih sempet nya lo ngomong soal kenyataan?" desis Vina remeh.

"Lo inget Vin, hukum alam itu ada. Hukum timbal balik berlaku untuk setiap orang yang failed," sinis Airys tak mau kalah.

"Sya, temenin gue ngantin " titah Airys dan melenggang pergi diikuti Tasya.

Vina terpaku, terpana, dan membisu. Mata pun tak dapat dikedipkannya lagi. Serasa ada batu besar menghantam di otaknya. Begitu menohok kata per kata yang dilontarkan oleh Airys padanya. Belum pernah Vina merasakan sepupunya sebegitu tegas terhadapnya. Apa ini semua petanda? Baik ataupun buruk semua terasa berat.

"Tapi Rys, Vina gimana? Dia sendirian,"

"Kita diemin aja dulu. Biarin dia berpikir. Bakal sadar apa enggak." seru Airys.

"Sadar? Dia kesurupan?" tanya Tasya ngaco. Airys mendesis gemas akan tingkah sahabatnya satu ini.

"Bacot lu pacar jamet!"

Itulah percakapan singkat yang terdengar jelas dikedua telinga Vina. Megitu tajam dan sangat bergeser dihatinya.

❇❇❇❇❇

Tbc!!!

Partnya udah bakalan mulai negang nih ehehe😅
Selamat menunggu readers:")

Salam hangat,
Chaca

After Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang