Ngerasa paling deket, tapi ternyata ada yang lebih deket🌈
Sore menuju malam mulai tergambar dari cahaya matahari yang mulanya sangat terang perlahan memudar dan menampilkan cahaya jingga kekuning-kuningan.
Cklek
"Vin?" sapa Galang hati-hati takut mengganggu Vina yang tengah menikmati pemandangan indah di luaran sana dari kaca jendela. Vina yang merasa terpanggil pun menoleh ke sumber suara.
"Galang? Kenapa?" tanya Vina.
"kamu mau keluar?" tanya Galang.
"ngapain keluar? Lagi pun kan Vina ga boleh keluar sama dokter Wina dan bang Vano" lemas Vina tertunduk. Galang menghampirinya lalu menarik dagunya agar bertatapan langsung dengannya.
"barusan aku udah bilang dokter Wina, katanya boleh kok. Asalkan pas langit mulai gelap kita masuk lagi" jelas Galang.
"tapi, kita keluar mau ngapain Lang?" tanya Vina bingung.
"kita liat sunset" ujar Galang. Binar dan berserinya wajah Vina terlihat jelas.
"mau ga?" tanyanya, tanpa butuh waktu lama Vina menganggukkan kepalanya antusias. Galang membantu dirinya untuk membawa infus stand-nya.
Setelah cukup lama berjalan sampailah dua sejoli itu di taman Rumah Sakit yang terlihat tidak begitu ramai. Mereka berdua memilih untuk duduk disebuah kursi panjang berwarna coklat kelabu. Beberapa menit lagi sinar matahari akan terlihat begitu indah, sinar berwarna jingga akan bermunculan bersama hubungan yang akan kembali dekat.
"gue berharap rencana gue kali ini untuk dekat dengan lo berjalan baik" batin Galang sambil memandangi wajah cantik Vina dari samping. Melihat senyum ceria gadisnya, rasa bersalah kembali menyelimuti dirinya.
"huwa! Cantik banget mataharinya" puji Vina dikala melihat sunset muncul.
"suka ga?" tanya Galang. Vina melirik Galang dengan tersenyum hangat lalu memeluk lelaki tersayangnya dari samping.
"makasih" lirih Vina pelan. Galang terdiam ditempat, kenapa bisa-bisanya perempuan yang sudah disakitinya masih bersikap semanis ini kepadanya? Tangan Galang tertuju pada pucuk kepala Vina, mengelusnya lembut dan sesekali menciuminya.
"lo ga perlu bilang makasih sama gue, gue hanyalah orang egois yang numpang di kehidupan lo. Gue hanyalah lelaki pengecut yang ga pandai bedain mana yang mencintai gue dengan ambisius dan mana yang tulus" jawab Galang. Vina melonggarkan pelukannya dan mengadah melihat ke manik mata Galang.
"tidak ada manusia yang sempurna tapi semua manusia punya hak untuk berubah" ujar Vina.
"Vina, Galang?" sapa seseorang dibelakang mereka berdua. Dengan cepat Vina menyadarkan pandangannya dan menadahkan pandangannya mencari keberadaan suara tersebut. Rupanya sudah ada Helen, Samuel, Vano, dan yang lain di belakang mereka berdua.
"eh, papa" ujar Vina dengan wajah gagunya.
"mama dan papa sudah mencari kamu di kamar cuman ga ada untungnya kamu disini bersama Galang" ujar Helen tersenyum ramah kepada sang gadis. Vina hanya tersenyum namun kali ini senyumnya terlihat begutu lebih ikhlas dan nyaman untuk dipandang.
"kita ke dalam yuk!" ajak Samuel.
"kalian duluan dulu aja, Vina masih mau menghirup udara segar dan pemandangan indah ini" ujar Vina. Mereka hanya mengangguk paham dan pergi namun, berbeda dengan Tasya, Airys, dan juga Jihan. Mereka tetap berada disana dengan Vina.
"jangan gampang baper nanti cepet remuk kayak wafer" gumam Airys terdengar jelas.
"sepupu gue itu bukan fakboi hanya saja dia bisa berubah seketika menjadi silumannya" timpal Jihan.
"gue percaya dengan cara yang entah bagaimana, tuhan akan selalu memberikan yang lebih dari sekedar baik" lirih Tasya. Vina memang tidak menengok satu per satu ke arah mereka, hanya saja dia paham betul arti kalimat itu.
"manusia itu kaya makanan ya, banyak macemnya hehe" cengir Vina.
"rasanya adem disaat lo kembali tertawa namun gue ga tau tawa lo itu untuk siapa dan benar-benar ceria atau petanda akan ada duka" batin Jihan.
"sekarang yang paling penting lo harus pulihin kesehatan lo semaksimal mungkin kayak dulu, kita ngomong kayak gini cuman mau ngngetin lo sebagai peringatan bukan buat bikin lo nambah beban" jelas Tasya dan diangguki Airys serta Jihan.
"gue tau kok, gue beruntung punya kalian semua" ujar Vina dan memeluk mereka."mudah-mudahan kejadian ini kejadian menyakitkan terakhir yang gue dapet ya" ujar Vina disela-sela pelukannya.
Yakinlah, senyum merekah tak selamanya perihal bahagia karena luka sering kali menjelma menjadi duka. Sore ini sunset adalah awal dari pendekatan ulang antara Vina dan Galang yang sempat terhenti akibat masa lalu yang cemburu. Mudah-mudahan sinar jingga ini menjadi petanda kebahagiaan yang akan selamanya ada.
Mudah-mudahan...
❇❇❇❇❇
Tbc!!!
Maaf banget part ini kurang panjang, karena Author merasa sudah cukup untuk kata puitisnya😂
Selamat menunggu di NEXT CHAPTER GUYS🙌👋
jangan lupa, VOMMENT & follow ig Author @chaca0513
Salam hangat,
Chaca❤
KAMU SEDANG MEMBACA
After Alter Ego
Teen FictionAku tak pernah bisa meninggalkan orang yang begitu berharga jikalau itu bisa bukan dengan mu. Hidupku bukan selalu tentang dirimu tapi, entah mengapa tanpa hadirnya dirimu ku besara berada di ruangan hampa yang tada Gravitasi. Diri dan jiwaku hanya...