Bagaimana rasanya berharap pada yang tak pasti? °•°
"Lang, thank you ya hari ini" ujar Sindy pada Galang sambil memeluknya erat.
"gue rasa kenal akan pelukan ini, tapi gue benci pelukan ini" batin Galang.
"tapi, gue heran. Gue benci tapi kenapa gue ga pengen ngelepas pelukan ini?" batin Galang lagi. Tanpa mereka berdua sadari ada sepasang mata yang menyaksikan itu semua.
"Sindy Leila!! Lo budeg!!" lirih seseorang terdengar amat membenci.
"sayang" sapa Helen mengejutkan Vina.
"eh, mama?" kaget Vina.
"kamu lagi ngapain? Ayo pulang" tawar mama.
"eh ga ngapa-ngapain ma, ayok!" ujarnya. Hari ini dia dan mamanya pergi ke taman sekedar untuk berjalan santai saja, toh tak terlalu jauh dari mansion mewah milik keluarga Nagael.
"seandainya dia tau aku diam bukan berarti aku tidak peduli lagi" batin Vina. Dia sendiri juga bingung dengan dirinya saat ini, awalnya dia begitu membenci tapi, kenapa sekarang begitu menyakitkan jika melihat dia berdua dengan yang lain?
❇❇❇❇❇
Pagi ini Galang sengaja membawa motor ninja hitam kesayangannya, mengingat umbongnya selalu saja jadi sasaran. Tapi, semua pandangan tertuju pada seorang cewek dibelakangnya. Sindy.
"makasih ya Lang" ujar Sindy dan menggenggam tangannya. Diam untuk beberapa saat.
Satu detik
Dua detik
Tiga detik
Galang sadar akan itu, lagi-lagi dia yang harus terlebih dahulu sadar akan kegilaan ini. Dia memandang kearah lain tak sangka Vina menatapnya tajam namun, dengan cepat Vina berlalu.
Brakk
"Vina?!!" teriak Jihan.
"gila emang! Punya berapa uang sih dia buat berobat?!" ujar Vina keras.
"iish Vin, duduk dulu deh. Ngomong baik-baik ga enak diliatin orang ah" ujar Tasya dan Vina mulai mendaratkan bokongnya.
"si Sinting tuh!" ketus Vina. Mereka bertiga begitu peka terhadap suasana. Begitu mengerti dengan 'sinting' yang diucapkan Vina dan mereka memilih mengangguk saja.
"oh Sindy" ucap mereka berbarengan.
"kenapa lagi tu kentang?" ujar Airys mulai mengintrogasi.
"masa berangkat sekolah sama Galang, terus megang tangan dia lagi" sebal Vina. Rasa penasaran Tasya semakin kuat akan Vina.
"apa tante Helen belom bawa Vina ke dokter ya?" batin Tasya.
"hah?! Sepupu gue?!!" teriak Jihan tak santai.
"iya, sepupu lo" ketus Vina lagi.
"gue kasih pelajaran juga tu Gorengan bik Pitu" umpat Jihan.
"liat aja Sin, berani main sama gue" batin Vina.
🔥🔥🔥🔥🔥
Brakk
Penghuni kantin sontak terdiam dalam keramaian, mencari titik keributan dan gebrakan barusan. Pas, semua pasang mata menyoroti Vina tajam.
"mentang-mentang pemilik sekolah gembrak sembarangan"
"keganggu woi makan gue!"
"bangsat!!"
KAMU SEDANG MEMBACA
After Alter Ego
JugendliteraturAku tak pernah bisa meninggalkan orang yang begitu berharga jikalau itu bisa bukan dengan mu. Hidupku bukan selalu tentang dirimu tapi, entah mengapa tanpa hadirnya dirimu ku besara berada di ruangan hampa yang tada Gravitasi. Diri dan jiwaku hanya...