Aku mengerti, batasku hanya untuk mengagumi mu saja bukan memiliki mu.
Hari ini Vina kembali bersekolah seperti biasanya. Walau dirinya masih belum sepenuhnya percaya apa yang menimpanya kali ini. Ia merasakan hal biasa saja namun hatinya bertolak belakang. Ia ingin melupakan, tapi hatinya enggan untuk bekerja sama. Apa ini yang dinamakan cinta?
"Vina pamit, ya, Ma, Pa," ujar Vina menyalami punggung tangan orang tuanya satu per satu. Ia mengedarkan pandangannya mencari keberadaan Vano. Namun, ia sama sekali tak menemukan lelaki itu.
"Abang mana, Ma?" tanya Vina sebelum meninggalkan istananya itu.
"Abang udah berangkat, ada urusan penting katanya," jawab Helena seadanya. Vina hanya mengangguk paham. Ia memaklumi jika ia jarang bertemu dengan Abang satu-satunya itu.
Dengan profesi yang ditekuni oleh Vano membuat ia tersadar bahwa prioritas Vano bukan hanya tentang dirinya. Tapi tentang keselamatan orang banyak. Vina menghembuskan nafas pelan berharap tak ada yang menyadari kekecewaannya. Tapi sayang, Helena dapat paham akan itu.
"Nanti Adek mampir aja ke rumah sakit," ujar Helena paham. Vina tersenyum dan mengangguk antusias.
"Hati-hati, ya, Dek, kalau nanti kamu ke rumah sakit," pesan Samuel dan di jawab dengan acungan jempol oleh Vina.
"See you, Ma, Pa!!" teriak Vina dan meninggalkan ruangan itu.
"Sebentar lagi, kedua anak kita ninggalin kita sayang." ujar Samuel dan diangguki oleh Helena. Helena dapat melihat raut sedih di wajah suaminya itu.
"Ayo, lanjut sarapannya!" ajak Helena lagi dan mereka melanjutkan sarapannya.
Supir pribadi Vina tengah mempersiapkan mobil yang hendak mengantarkan Vina sekolah namun, Vina melewatkannya begitu saja.
"Neng Vina!" teriak Mamang pada Vina.
"Iya, Mang?" jawab Vina sambil menghentikan langkahnya.
"Mau kemana, Neng?" tanya Mamang membuat kerutan di dahi Vina terlihat.
"Sekolah atuh, Mang! Emang Vina mau kemana lagi?" tanya Vina dengan kekehan kecil.
"Mobilnya masih disini neng," ujar Mamang menunjuk mobil mahal berwarna hitam di sebelahnya.
"Di depan udah ada Airys, Mang. Vina berangkat bareng Airys aja," jawab Vina dan diangguki Mamang.
"Hati-hati, ya, Neng!" pesan Mamang.
"Ashiiapp Mamang, Vina jalan dulu," ujar Vina dan melanjutkan langkahnya. Mamang nyaman bekerja dengan keluarga Nagael. Bukan karena digaji layaknya artis atau aktor. Tapi bagaimana perlakuan keluarga itu kepada setiap karyawan yang ada di sana.
Mamang sudah menganggap Vina seperti cucunya sendiri dan begitupun Vina. Mamang dulunya selalu memanggil Vina dengan embel-embel "Non" namun di ralat oleh Vina. Ia tak pantas dipanggil begitu walaupun semua orang tahu bahwa dia adalah pewaris tahta Nagael.
"Lama banget lo kampret!" kesal Airys dengan wajah merah padam. Vina dibuat kaget melihatnya.
"Blush on lo tebal banget ampe penuh tuh muka," tambah Vina sambil memakai seat beltnya.
"AARGHH AU AH! KESEL!" teriak Airys dan melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang. Diam menyelimuti mereka berdua. Vina menikmati kendaraan yang memadati Ibu Kota pagi ini.
"Nanti anter gue ke rumah sakit, ya, Rys!" ujar Vina teringat akan Vano.
"Lah, ngapain?" tanya Airys tanpa mengalihkan tatapannya dari jalanan.
KAMU SEDANG MEMBACA
After Alter Ego
Teen FictionAku tak pernah bisa meninggalkan orang yang begitu berharga jikalau itu bisa bukan dengan mu. Hidupku bukan selalu tentang dirimu tapi, entah mengapa tanpa hadirnya dirimu ku besara berada di ruangan hampa yang tada Gravitasi. Diri dan jiwaku hanya...