Kembali ke RS {2}

240 77 9
                                    

Berpura-pura tak terjadi apa-apa akan lebih menyakitkan dari pada luka yang dirasakan

"ada yang hancur tapi bukan bubur" keluh Vina.

"ada yang pura-pura lupa tapi bukan Petrus Mahendra" sambar Jihan.

"ambyar!!" teriak Tasya. Airys hanya terkekeh pelan.

"bubur ga selamanya hancur, jangan salahkan bubur, yang salah itu pembelinya, udah tau kalo di aduk bakalan ancur masih aja ngaduk" ujar Airys.

"hari ini begitu hancur entah itu soal keluarga, soal pertemanan, atau bahakan percintaan. Semua nampak mengecewakan" lirih Vina. Tasya, Jihan, dan Airys saling bertatapan.

"semuanya akan baik-baik aja. Lo jangan mikirin tentang keluarga lo dan Galang. Mereka hanya perlu waktu untuk menyadari semua kesalahannya sama lo, gue yang keluarganya Galang kalo bisa gue keluar dari KK, cuman gue ga ada hak" ujar Jihan menguatkan Vina.

"dan soal pertemanan kita sama geng Galang, biarkan mereka belajar dewasa. Kita tetap bakalan jadi teman mereka, sampe kapan pun. Karna mereka bagian dari Nagarick dan lo yang punya Nagarick. Lo masih inget ga, apa kata Jihan dulu? Yang salah itu bukan lo, tapi takdir" ucap Tasya.

"dan untuk masalah percintaan, lo serahkan semuanya sama yang di atas, karena jodoh bukan kita yang netapin tapi yang maha kuasa. Percaya takdir dan ketentuan yang udah ditetapin" ujar Airys. Vina tersenyum merekah, bersyukur punya sahabat seperti mereka yang tidak hanya datang di saat suka tapi, juga mampu hadir disaat duka menyapa.

"makasih ya" hanya kata makasih yang mampu Vina ucapkan. Karena, semua pengorbanan yang sudah mereka bertiga lakukan untuk Vina tak pernah dapat dibalas dengan kata-kata semata.

❇❇❇❇❇

Pagi mulai menyapa, memancarkan cahaya dua warna yang membuat mata menyipit sempurna. Vina mulai mampu mengikhlaskan semua kejadian yang ada, karena hidup bukan melulu tentang cinta.

"kak Vina!!" teriak seseorang mengejar Vina dari belakang. Vina refleks berhenti dan menoleh. Ada seorang adik kelas perempuan menghampirinya dengan nafas memburu.

"buk Daryati nyuruh kakak ke gudang samping perpus lama kak, nyuruh ambil berkas-berkas lama murid akt'34" ujar perempuan itu. Vina mengernyit bingung.

"masa buk Daryati nyuruh gue sih? Kan gue bukan TU" batin Vina curiga, namun cepat-cepat dia menghapus pikiran negatif itu.

"oh, iya. Makasih ya" ucap Vina dan berbalik arah menuju gudang belakang perpus.

Cklek

"gelap banget nih gudang, banyak debu kagi. Bisa gatel-gatel nih gue" lirih Vina.

Brakk

Pintu mendadak tertutup kencang, Vina mulai merasakan hal yang tak wajar, nafasnya jadi sesak dan dadanya bergemuruh hebat.

"cih, bego banget sih jadi cewek" ujar seseorang dibelakang Vina.

"Sindy?" gumam Vina pelan.

"iya, gue Sindy. Kenapa? Ga suka ada gue disini?" ujarnya bersidekap dada.

"mau ngapain lo?! Belum puas lo ngancurin semua kehidupan gue hah?!" emosi Vina tak tahan.

"eitts, berani lo bentak gue! Sebelum lo habis ditangan gue, jawab pertanyaan gue. Siapa Vani?" tanyanya. Vina gelagapan, tak mungkin dia mengatakan semua privasinya pada cewek licik seperti Sindy.

"kenapa diam lo?!! Jawab, atau pisau ini mendarat di kulit putih mulus lo itu" ancam Sindy. Vina perlahan memundurkan langkahnya, namun Sindy tetap maju dan sampailah Vina bersentuhan dengan dinding dan langkahnya terhenti.

After Alter EgoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang