Jika kau menggunakan hati daripada logika, kau akan memahami tanpa bertanya
"dek, ke bawah yuk. Udah ada dokter Jeko" ujar Vano.
"iya bang" jawab Vina pendek.
Cklek
Vina keluar dengan baju tidur Mickey Mousenya. Berjalan gontai namun membawa sececah semangat dan harapan untuk sembuh. Meski tak akan sepenuhnya, namun dirinya harus tetap berusaha demi cinta sejati yang dia inginkan. Bukankah cinta harus butuh pengorbanan?
"halo dokter!" sapa Vina pada dokter Jeko.
"halo juga! Kamu Davina kan?" tanya dokter Jeko berusaha menghibur.
"iya dok, saya Vina" ujar Vina lembut.
"baiklah Ko, kamu boleh berbincang-bincang dulu dengan Vina sebelum memulai terapi pertama kita ini" ujar Samuel mempersilahkan.
"baiklah, untuk ketentuan terapi di hari pertama ini. Kita akan menggali kembali informasi-informasi penting pada kamu. Kamu siap untuk menjawab semuanya?" tanya dokter Jeko memastikan.
"siap dok!" girang Vina.
"oke, seberapa besar harapan kamu untuk sembuh dan apa alasannya?" tanya dokter Jeko. Vina nampak berfikir sejenak lalu memandang bergantian pada setiap orang yang ada di sana.
"saya ga ingin sembuh untuk diri saya dok, saya ingin sembuh untuk orang lain. Orang lain yang mencintai saya apa adanya, bukan ada apanya. Dan, bang Vano pernah bilang sama saya, jika saya ga mau sembuh untuk diri saya sendiri, seenggaknya sembuh untuk abang, mama, dan juga papa" jelas Vina yang membuat Vano terperanjat.
"bahkan, Vina yang dulu gue kenal bodo amat, sekarang begitu mengingat pesan kecil yang ga bermutu itu" batin Vano. Namun, seulas senyum tipis tercetak di kedua sudut bibir Vano. Samuel melihat ke arah anak Sulungnya itu dan tersenyum hangat. Mengisyaratkan rasa terima kasihnya. Vano mengangguk tanda respon mengerti.
"lalu?" tanya dokter Jeko.
"dan alasan terdepan saya adalah Galang. Galang Aditya Amrick. Apa dokter kenal? Saya rasa dokter tidak akan mengenalinya. Galang orang yang saya sayang sekarang dok, meski dulu saya menganggap dia musuh bebuyutan saya. Entah mengapa kini, rasa sayang itu timbul secara sendirinya. Saya ga ngerti sama sekali. Namun, Galang memberikan saya kepedihan" jelas Vina lemas. Diam untuk beberapa saat dan...
"aarghh!!!" teriak Vina frustasi lalu, melempar vas bunga kecil yang ada di atas meja.
Brakk
Kepingan-kepingan kecil mulai berteteran. Helen yang menyaksikan itu meneteskan air matanya di pelukan sang suami.
"arghh!! Gue benci yang namanya luka!!" teriak Vina sarkas.
"ini bukan dia" lirih dokter Jeko setengah berbisik pada Vano.
"saya juga melihat hal yang sama" jawab Vano.
"kamu siapa? Kamu pasti bukan Vina!" ujar dokter Jeko.
"saya Vina!! Kenapa Galang harus menyakiti saya? Kenapa dia lebih milih si anak baru itu? Apa perubahan saya demi dia ga ada gunanya? Hikss..." tangis Vina.
"kenapa kamu berubah demi dia? Harusnya kamu berubah demi diri kamu sendiri Vina. Ga ada orang yang bakalan menyayangi kamu seutuhnya kecuali diri kamu sendiri. Kamu perlu berdamai dengan diri kamu sendiri. Kadang, tugas diri kamu untuk membahagiakan orang lain terlalu besar dan berat, diri kamu tak dapat memikulnya sendirian. Lakukanlah hal yang membuat dirimu nyaman dan tak terbebani. Berikan dirimu untuk memilih jalannya sendiri. Jangan paksa dia hanya untuk kebutuhan mu saja nak" nasehat dokter Jeko. Vina terdiam namun sesekali mengeluarkan sesenggukannya.
"selain tuhan, hanya diri kamu sendiri yang mampu mengerti bagaimana kondisi hatimu saat ini" lirih dokter Jeko.
"saya depresi dok. Semua terasa mengecewakan. Perjuangan saya ga ada harganya" lirih Vina pilu. Belum pernah Samuel, Helena, dan Vano mendengar kepiluan Vina yang sesakit ini selama ini. Helen tak tega melihat putrinya lemah tak berdaya seperti ini. Namun, apa lah yang mampu dia lakukan selain berdoa dan selalu berdoa.
"bahkan sebuah pohon membutuhkan waktu untuk menjadi lebih baik. Kini, kamu memang merasakan kekecewaan pada Galang. Namun, kamu harus tau satu hal. Jika kamu tak menyerah di pertengahan jalan, mudah-mudahan kebahagiaan akan menanti kamu di garis akhir perjuanganmu, percayalah" ujar dokter Jeko kembali menguatkan.
"dok, kenapa memilih langkah seperti ini?" tanya Helen kepo.
"karena, dengan mencari informasi lebih lanjut dari pasien yang bersangkutan langsung, bisa membuat kami para medis lebih bisa mengambil tindakan yang baik" jawab dokter Jeko mantap.
"baiklah, lanjutkan" titah Helen.
"saya ingin menyerah dok" lirih Vina tersendat-sendat.
"jangan menyerah! Kamu gadis yang kuat dan tegar. Bertahanlah demi kebahagiaan mu nak, bertahanlah demi kedua orang tua mu ini. Dan, bertahanlah demi abang kamu ini. Bertahanlah demi orang-orang yang baik seperti mereka keluargamu. Jangan pesimis, dokter akan berusaha membuat kamu sembuh dan seperti biasanya kembali, asalkan kamu optimis" ujar dokter Jeko dengan seulas senyum semangatnya.
"baiklah, aku akan bertahan demi kalian dan demi Galang!" ucap Vina semangat dengan senyum di akhirnya.
"baiklah, terapi awalan kali ini sudah selesai. Terima kasih ya Vina, dokter pamit dulu" ujar dokter Jeko. Lalu, bersalaman dan pulang.
"mudah-mudahan berjalan lancar sesuai rencana ya ma, pa..." lirih Vano.
"aamiin" jawab Helen dan Samuel bersamaan.
"cinta butuh pengorbanan dan perjuangan. Jika lo ga mau berjuang buat gue, biar gue yang berjuang buat lo Lang, gue ikhlas jika badan gue harus pergi, asal raga gue tetap ada di dekat lo" gumam Vina pelan dan memejamkan matanya.
Vano dengan semua kegelisahannya:)
❇❇❇❇❇
Tbc!!!
Jaga kesehatan selalu Readers tercintah!😋❤ maafkan Authormu ini yang sangat jarang update😭 jaga kesehatan ya biar selalu bisa pantengin dan baca cerita aku👍
Salam sehat,
Chaca❤
KAMU SEDANG MEMBACA
After Alter Ego
Teen FictionAku tak pernah bisa meninggalkan orang yang begitu berharga jikalau itu bisa bukan dengan mu. Hidupku bukan selalu tentang dirimu tapi, entah mengapa tanpa hadirnya dirimu ku besara berada di ruangan hampa yang tada Gravitasi. Diri dan jiwaku hanya...