Aku menghampiri Barry yang sedang berkacak pinggang mengawasi tukang yang sedang memasang Led Wall. Aku menepuk pelan bahu Barry ketika berada disampingnya.
"Hei bro, udah 2 minggu lo gak keliatan"
Aku melarikan pandangan kepada para tukang yang sedang bekerja "Lagi banyak kerjaan dikantor."
"Gue dengar lo dapat proyek pembangunan hotel di kulon progo ya?"
Aku mengusap leherku, memberikan pejitan pelan "Ya begitu lah..."
Barry berdecak, sambil merangkul bahuku, menepuknya pelan "Semangat bro, selalu ingat jumlah pundi - puni rupiah yang bakal masuk ke rekening setiap lo mau ngeluh menempuh perjalanan kulon progo - kaliurang tiap hari."
Aku hanya tertawa mendengar gurauan Barry, tidak ada satu pun dari teman - temanku yang tau bahwa selama dua bulan ini aku sudah tidak lagi tinggal dirumah orang tuaku.
Semenjak kepergian Hanna, aku kembali tinggal di apartemen, bukan apartemen yang sering tempat perjumpaan kami tentunya, terlalu banyak kenangan antara kami disana, tidak ada bedanya dari rumah. Aku tinggal di apartemenku yang lain.
"Hans sama Seno ada di atas. Kalau lo mau duluan ke atas pergi aja, tanggung bentar lagi selesai" Barry berucap seraya menunjuk para tukang.
"Oke gue ke atas ya" Barry hanya mengangguk. Aku segera meninggalnya menuju lantai atas, dimana teman - temanku berada.
Aku berjalan sambil mengamati bangunan cafe yang ku rintis bersama - sama temanku, ini akan menjadi cabang kedua, hampir selesai, kurang lebih seminggu lagi akan grand opening.
Ketika aku hampir saja menginjakkan kaki pada anak tangga terakhir, aku menghentikan langkahku, aku memandang setiap orang yang berada disana. Ada Hans, Seno dan satu wanita lagi yang sedikit enggan aku jumpai.
Aku sangat ingin kembali turun ke bawah namun Hans lebih dulu mengatahui ke datanganku "Eh, kapan datangnya Nu?"
Sapaan Hans membuat dua kepala lainnya menatap kearah ku, aku tersenyum tipis. Dengan berat hati berjalan kearah meja tempat mereka berkumpul "udah sekitaran 15 menitan. Tadi dibawah ngobrol sama Barry"
Aku duduk di samping Seno, tepat di depan wanita itu. Aku tersenyum tipis kearahnya "Hai..." aku menyapanya
"Hallo mas... udah tiga bulan nih kita gak ketemu. Kata mas Hans mas Janu udah punya pacar ya?" Bibirnya mengerucut tanda sebal, aku hanya tersenyum menanggapi.
"Iya. Udah tobat dia sekarang. Kamu gak sedih kan Chyn berkurang teman mainnya?" Aku memandang Hans yang sedang mengedipkan mata kearah Chnytia sambil tersenyum mesum. Sedangakan wanita yang sedang di goda itu hanya tertawa
"Ya enggak lah. Kan masih ada mas Hans sama mas Seno. Tapi jangan cepat - cepat punya pacar ya mas.... Chyntia udah di tinggal sama mas Janu dan mas Barry, belum siap di tinggalin sama kalian berdua" Hans dan Seno hanya tertawa, sedangan aku hanya terdiam tidak memberikan reaksi apapun.
"Nu, unit lo yang satu apartemen sama gue di sewain ya? Beberapa kali gue lihat orang lain keluar dari unit lo"
"Hem..." aku hanya menjawab sekadarnya, fokus pada rokok yang sedang ku nyalakan.
"Cewek lo yang kemarin gak sengaja gue lihat kayanya gak asing deh.... mirip sama cewek yang jagain anak lo selama acara pemakaman bokap lo"
"Yang mana?"
"Yang waktu itu loh bilang cantik mulu... Minta di kenalin juga kan lo kemarin sama Janu"
"Oh...." Terlihat Seno mengangguk ngangguk sebelum akhirnya tersadar "Anjing... sepupu lo Nu? Yang kemarin gue minta kenalin tapi lo gak mau, tapi sekarang lo embat? Taik lo..." Seno meninju pelan bahuku, membuat aku berdecak menapis tangannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Jatuh Cinta
Romance21+++++ Bagi yang merasa belum cukup umur dan ini bukan genre kalian :) Pliss menjauh. Hargai karya penulis. Thankyou, selamat membaca. ...