10

96K 2K 97
                                        

Aku mengeluarkan cookies yang baru saja selesai aku panggang dari dalam oven dan kembali memasukkan loyang yang berisi adonan ke dalam oven.

Aku meletakkan cookies yang sudah matang ke kitchen island, mengumpulkan peralatan yang ku pakai saat membuat adonan mencucinya di washtafel.

Suara deheman seseorang menghentikan kegiatanku, aku memalingkan wajah menemukan mas Janu yang terlihat baru bangun. Wajahnya masih terlihat kusut dan matanya masih sembab dan memerah. Pukul 2 siang, dia baru bangun. Produktif sekali

"Wangi banget. Masak apa kamu?"

"Masak cokies mas"

"Udah ada yang bisa dimakan?"

"Udah ada yang mateng sih. Baru keluar dari oven. Masih panas"

"Oh oke. Aku tunggu kalau gitu"

Setelah selesai mencuci piring, aku membalikkan badan dan menemukan mas Janu duduk di kursi bar, dia sedang memandangku sambil tersenyum, membuat aku salah tingkah.

Dengan perasaan ragu aku berjalan menuju kitchen island, tepat berada dihadapan mas Janu. Aku menyentuh Cookies yang telah matang mengecek suhu.

"Udah agak dingin mas. Udah bisa dimakan" aku memberitahu mas Janu. Dan dengan sigap pemuda itu mencomot satu cookies dan langsung memakannya.

"Enak banget Na!" Mas Janu berseru riang, membuat aku tersenyum dan mengambil satu cookies dan mencobanya. Memang enak! Aku bangga dengan diriku sendiri. Benar - benar sesuai dengan yang ku harapkan. Garing diluar, soft di dalam, dan terasa lumeran coklat di dalam mulut ketika mengunyah. Sempurna!

"Kamu jago masak ternyata. Kamu pernah les?"

Aku menggeleng. "Cuman belajar dari mama dan internet kok mas. Kalau dirumah aku sering masak kue." Mas Janu mengangguk ngangguk, lalu kembali mencomot satu cookies lagi.

"Jagad mana? Tumben gak ribut" Mas Janu bertanya ketika aku sedang mengecek cookies yang sedang ku panggang di dalam oven

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Jagad mana? Tumben gak ribut" Mas Janu bertanya ketika aku sedang mengecek cookies yang sedang ku panggang di dalam oven.

"Jagad sama tante Ranti ke magelang mas. Ada saudara yang anaknya mau akikah. Nginap, besok baru balik. Kalau si Mbok udah pulang soalnya udah gak ada kerjaan yang mesti dikerjain lagi" aku menjelaskan sedangkan mas Janu hanya mengangguk ngangguk sambil mengunyah.

"Kamu gak ikut?"

Aku menggeleng "Sepupu mas dari om Pandu kata tante Ranti, aku ya mana kenal. Males ah"

"Oh" Mas Janu kembali mencomot satu cookies lagi, kembali memakannya. Semua kegiatan itu tidak lepas dari penglihatanku. Bagaimana dia bisa masih bisa bersikap biasa saja padahal kemarin malam dia menciumku begitu panas? Padahal aku setengah mati menetralkan detak jantung sedari tadi.

Ketika Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang