Aku menatap mobil mas Janu yang memasuki gerbang rumah menuju garasi dari balkon.
Pukul 01.37, mas Janu baru pulang.
Sudah 5 hari berlalu semenjak insiden mas Janu menciumku secara tiba - tiba. Aku masih bisa merasakan perpaduan antara hangat dan basah dari bibir mas Janu di pipiku selama 5 hari ini. Ini bukan ciuman pertamaku tentu saja, apalagi hanya sekedar di pipi, tapi kali ini terasa berbeda.
Aku hanya ciuman dengan pacar - pacarku. Aku tidak pernah memberikan kesempatan bagi mereka teman pria atau yang baru menjadi gebetan untuk menciumku. Tapi aku membiarkan mas Janu menciumku, kami jelas bukan teman ataupun gebetan. Yang membuatku bertambah sebal adalah sikap mas Janu yang seolah - olah tidak terjadi apa - apa.
Kebesokan harinya setelah dia menciumku, dia bersikap biasa saja ketika kami sarapan bersama. Padahal perasaanku setengah mati campur aduk ketika hendak turun ke ruang makan. Bahkan mas Janu bisa sarapan dengan tenang mengabaikanku, sedangkan aku setiap semenit sekali meliriknya.
Aku menghembuskan nafas berat berbalik hendak menuju meja dimana tadi aku menghabiskan waktu mengerjakan skripsi sebelum berjalan ke balkon karena mendengar suara pagar yang dibuka.
Aku terkejut ketika melihat mas Janu bersender pada pintu menatapku dengan tangan terlipat diatas dada.
"Menungguku pulang heh?"
"Apaan! Orang aku lagi ngerjain skripsi" aku menghentakkan kaki sambil berjalan ke meja dengan wajah cemberut.
"Kamu menghindariku"
"Ngapain aku menghindari mas Janu" aku mulai mematikan laptop dan membereskan buku - buku yang bertebaran di atas meja.
"Karena aku menciummu?"
Aku menghentikan gerakan tanganku, mengangkat kepala menatap kearah mas Janu "kenapa tiba - tiba dibahas? 5 hari ini mas biasa aja. Kaya gak terjadi apa - apa. Kenapa sekarang pake dibahas segala?"
Mas Janu tersenyum tipis, mulai berjalan mendekatiku "ohya? Siapa bilang?"
"Sikap mas Janu yang bilang kaya gitu."
Mas Janu sampai dihadapanku, jarak kami begitu dekat, ada getaran aneh yang baru - baru ini aku alami ketika berdekatan dengan mas Janu. Aku tau getaran apa ini, aku pernah merasakannya beberapa kali dulu.
Mas Janu mengangkat tangannya, membelai anak - anak rambutku yang terlepas dari kunciran rambut "Kamu gak tau sebagaimana beratnya buat aku menahan diri ketika melihat kamu berkeliaran dirumah ini'
Aku menggigit bibir, merasakan tubuhku sedikit gemetar karena merasakan sapuan tangan mas Janu diatas kepalaku "mas..."
"Sepertinya aku sudah pernah bilang sama kamu untuk tidak memakai celana sependek itu dirumah ini."
"Emang kenapa sih? Kan udah malam mau tidur?." Mas Janu hanya berdecsk mendengar pertanyaanku.
Aku mulai merasakan sapuan tangan mas Janu menjalar kebelakang telinga, menyentuh leherku dengan jari telunjuk miliknya, membentuk pola abstrak.
"Bolehkan aku cium kamu lagi ?" Aku mengerja ngerjap, menatap mas Janu.
pandangan mas Janu benar - benar mengunciku, tanpa sadar aku memejamkan mata ketika wajah mas Janu mendekat kearahku. Aku merasakan hangat nafas mas Janu ketika semakin dekat kearahku.
aku merasakan sapuan lembut di bibirku, hanya ciuman sekilas yang di ulang ulang oleh mas Janu berkali kali, hingga tanpa sadar aku membuka bibir, mengundang mas Janu untuk melakukan lebih dari sekedar ciuman kecil.
Mas Janu mulai mengulum bibirku, dengan secara naluri aku membalasnya. Ketika ciuman kami semakin dalam, tangan mas Janu yang semula membelai kepalaku, mulai mencengkramnya, tangannya lainnya memeluk pinggangku dengan erat, sedangkan aku memeluk kedua pinggang mas Janu dan meremas kemeja yang dia pakai.
Aku mulai merasakan sesak, ciuman mas Janu terasa semakin liar ketika dia mulai menyelipkan lidah di sela ciuman kami, disaat aku hendak membalasnya, suara kunci yang diputar menyadarkanku.
Aku mendorong mas Janu menjauh, lalu aku langsung terduduk diatas kursi karena merasakan kedua lututku melemas.
"Loh, kalian ngapain?" Suara serak khas orang habis bangun dari tante Ranti muncul menyapa kami. Dia memandang aku dan mas Janu secara bergantian.
"Lagi ngerjain skripsi tante. Ini mau tidur. Mas Janu baru pulang" Aku sebisa mungkin menjawab dengan tenang di tengah deru nafasku yang belum normal.
Aku melirik mas Janu yang membelakangiku, menatap kearah langit - langit malam.
"Lama sekali pulangnya Janu?" Terdengar helaan nafas dari mas Janu, sebelum akhirnya memutar badan menghadap kearah tante Ranti
"Dari tempat teman ma. Mama ngapain bangun jam segini"
"Minum mama Habis" Tante Ranti mengangkat teko yang ada di tangannya.
"Biar aku yang ambilin tante" aku berdiri dari posisi dudukku mengulurkan tangan berniat mengambil teko yang ada di tangan tante Ranti.
"Ah gak usah tante aja. Udah kamu tidur sana udah malam ini" Tante Ranti mengibaskan tangannya dan berlalu meninggalkan aku berdua bersama mas Janu.
Aku saling berdiam diri di tempat masing - masing selama beberapa saat hingga akhirnya aku mengumpulkan buku - buku ku dalam satu tumpukan bersamaan dengan laptop. Aku sudah hendak berjalan masuk kedalam rumah ketika mas Janu menahan tanganku
"Jangan hindari saya." Aku menatap mas Janu, memandangi raut - raut wajahnya yang terlihat sangat tempan ditengah gelapnya malam
"Mas sendiri bagaimana?" Mas Janu tersenyum tipis, mengangkat tangan membelai rambutku "Saya tidak pernah bermaksud menjauhi kamu Na. Tapi berat bagi saya untuk sering berdekatan dengan kamu"
"Kenapa? Apa yang salah mas?" Aku mengerutkan dahi ketika melihat mas Janu menggelengkan kepalanya "Saya gak bisa menahannya Na. Saya tidak sekuat yang saya kira ternyata"
Aku mencoba mencerna ucapan mas Janu yang sama sekali tidak aku mengerti.
Aku kembali merasakan kecupan di pipi dan juga keningku secara bergantian "Selamat malam Hanna"
Mas Janu berlalu masuk ke dalam rumah meninggalkan aku seorang diri.
---------------------------------------------------------------------------------------------
Kalian percaya gak sih Janu hanya kerumah teman? Wkwk
Kira - kira Janu ngapain ya kalau kerumah teman? Main catur? main uno? Atau main ToD?
Tipis - tipis dulu ya sebelum adegan panas Janu - Hanna. Huhu gak sabar😋😋😋😋
Jangan lupa vote dan komen ya guys.
Terimakasih udah baca cerita aku😘🤗

KAMU SEDANG MEMBACA
Ketika Aku Jatuh Cinta
Roman d'amour21+++++ Bagi yang merasa belum cukup umur dan ini bukan genre kalian :) Pliss menjauh. Hargai karya penulis. Thankyou, selamat membaca. ...