11

97K 2.1K 82
                                    

Janu

Aku melepaskan pangutan dari bibir Hanna, mengangkat kepala menatap Hanna yang memejamkan mata dengan bibir yang sedikit terbuka. Nafasnya masih menderu kencang, sama denganku yang semenjak tadi tidak dapat bernafas dengan normal karena perbuatan bejatku pada Hanna.

Aku sama sekali tidak bisa menahannya, disaat Hanna jatuh tertidur disebelahku, posisi tubuhnya benar - benar membuat diriku mampu meruntuhkan segala pertahanan diri yang telah kubuat.

"Maaf...." ujarku pelan di telinganya, mengeluarkan tangan kanan milikku menyelusup dibalik celana Hanna.

Aku menarik tubuh dari atas Hanna, memperhatikan jari jariku yang basah oleh cairan tubuhnya, membuat pusat tubuhku cenat - cenut. Aku memaki diriku sendiri di dalam hati.

Aku mengangkat kepala memandang kearahnya yang juga tengah memandangku dengan wajah yang memerah. Aku tersenyum miring melihatnya.

"Seharusnya mas gak lakuin ini ke kamu" aku menggeleng menatap kearahnya

"Maaf se...."

"That was amazing.." aku membulatkan mata terkejut.

Hanna menggigit bibirnya, kedua pipi bahkan hampir semua tubuhnya memerah "aku gak tau bakal seenak ini"

Aku menatap Hanna dengan perasaan membuncah, aku tersenyum kearahnya, melirik kearah kaki jenjang miliknya, Dengan berani aku membelai paha Hanna, aku merasakan tubuh Hanna sedikit bergetar ketika aku menyentuhnya.

Aku menatap Hanna tersenyum "Mau merasakan sesuatu yang lebih menakjubkan?"

Hanna terdiam, tidak membalas ucapanku "Mas gak keberatan jika kamu menolak. Kita anggap saja semua ini tidak pernah terjadi agar tidak terjadi kecanggungan"

"Aku gak bakal pernah bisa lupainnya mas..." sekarang giliranku yang terdiam. Aku masih membelai kaki Hanna. Sejujurnya aku juga tidak sanggup mendengar penolakan dari Hanna.

"Aku ingin merasakannya lagi mas...." aku menatap Hanna, yang sekarang menunduk malu.

Detak jantungku semakin kencang, perasaan bahagia membuncah di dadaku "kamu yakin?" Anggukan pelan dari Hanna mampu membuatku menukarkan apapun untuknya.

Dengan cepat aku menarik tangan Hanna agar berdiri, lalu membawanya kedalam gendonganku, terdengar suara pekikan dari Hanna yang terkejut dengan aksi ku, dan dengan sigap dia menggulungkan tangannya dileherku.

Aku  mulai berjalan menaiki anak tangga, dengan pandangan yang terus menatap mata Hanna, aku tersenyum melihat ke gugupannya.

"Kamu masih punya waktu untuk menolak sebelum sampai kamar"

Tidak ada jawaban.

"Ketika masuk kamar, maka mas gak mau mendengar adanya penolakan" aku kembali  berbicara ketika tetap tidak mendengar jawaban dari Hanna.

Aku terus menunggunya mengucapkan sesuatu yang tidak kunjung terdengar, hingga sampai akhirnya aku membuka pintu dan menguncinya, tidak satupun ucapan terdengar keluar dari mulut Hanna, membuat perasaan bahagia menggemuru di dadaku.

Aku menjatuhkan tubuh Hanna tepat di tengah tempat tidur. Aku memandangnya yang juga memandangku sebelum akhirnya aku menarik kaos yang ku gunakan, lalu berjongkok di depannya, meraih karet celana yang digunakan Hanna lalu menurunkannya.

"Buka baju mu untukku Hanna"

"Mas...." Hanna mendesah ragu.

Aku tersenyum "Buka untukku Hanna. Aku ingin melihat kamu membukanya untukku"

Ketika Aku Jatuh CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang