Hujan.

166 7 0
                                    

Tentang hujan yang mengingatkan pada masalalu, gue duduk diatas balkon kamar gue.
Gue mulai menghitung percikan air hujan yang membasahi Bumi.
Hmm, Bumi yang kupijak ternyata sekuat ini, bagaimana mungkin dia masih bertahan padahal hujan terus menjatuhkannya.

Gue membuka ponsel gue, dan menatap satu persatu foto yang ada di handphone gue.
Bunda... Anay rindu, Bunda bahagia kah di sana ? Anay selalu doain bunda agar bunda bahagia di surga sama. Ouh iya bagaimana dengan Rain apakah dia juga bahagia bunda ?

Klek

Tiba-tiba saja seseorang memasuki kamar gue,dan ternyata itu Bang Levin.

"Ngapa..?"
Belum selesai dia berbicara dia langsung terdiam melihat gue menangis.
Abang gue yang sering gue bilang kaya zombi itu tiba-tiba saja dia berubah menjadi sangat baik. Aneh memang.

"Lo kenapa Nay ko nangis ? Ada masalah ? Bagas nyakitin Lo ? Bella ? Atau siapa bilang!"

"Gak ko Bang, gak ada yang nyakitin Anay"

"Terus Lo kenapa? Kalau ada masalah Lo cerita sama gue, mau gimanapun gue tetep Abang Lo"

"Beneran Anay gak ada masalah apa-apa ko, Anay...Anay..." Air mata gue tumpah tak tertahan.

Bang Levin tiba-tiba meluk gue, gue kaget. Dan gak tau kenapa dipelukannya gue merasa senyaman ini.

"Jangan nangis Nay, Abang gak suka liat Kamu nangis gini" ucap bang Levin sambil menyeka air mata gue.

"Anay kangen Bunda Bang, Anay juga kangen Rain."

"Besok kita ziarah,"

"Beneran Bang?"

"Iya, besok Abang anterin kamu, lagi pula besok hari Minggukan?"

"Iya Bang makasih,"

"Iya, sekarang Lo masuk kamar dan tidur!" Perintah Bang Levin.

Keesokan harinya

"Abang..."

"Ish Abang.. bangun!! Mau gue siram?"

"Abang ih Lo tidur apa latihan mati sih?"
Gue nyiprat-nyipratin air ke wajah Abang gue.
Dia mulai menggeliat.

"Apaan sih Lo, gue masih ngantuk,"

"Ih bang sudah jam berapa ini? Katanya mau nganterin Anay? Yaudah kalau gitu Anay pergi sendiri aja!"

"Eh jangan!" Abang gue langsung bangun

"Gue Anter!"

"Nah gitu dong, makasih Abangku yang paling baik kalau gitu Lo siap siap dulu! Gue udah nyiapin sarapan tuh di bawah"

"Tumben-tumbenan Lo mau nyiapin sarapan?"

"Iya karena Mama hari ini pergi ke luar kota, katanya ada urusan penting, Mama juga tadi buru-buru, makanya Mama gak keburu bilang sama Lo. Mama gak tega bangunin Lo yang lagi tidur nyenyak.
Abang gue cuma manggut-manggut aja.

Lo buruan mandi gak pake lama,!" Perintah gue

"Baik monyet betina!"

"Ish Lo tu yah! Tiba-tiba baik, tiba-tiba rese dasar Abang zombi!" Gue keluar dari kamarabang gue, dia juga pergi ke kamar mandi.

Sesampainya di TPU , gue cuma bisa nangis melukin batu Nisan nyokap gue dan Rain adik gue, yang pernah gue dulu ceritakan. Abang gue cuma ngelusin rambut gue, selesai ngaji akhirnya gue dan abang gue pulang.

Ketika dijalan menuju rumah.
"Abang..... Awasss.... !!! Gue menjerit histeris, mobil yang gue tumpangi tiba-tiba saja hampir menabrak orang.

"Lo kenapa bang ? Gak fokus ?"

"Buka!" Seseorang turun dari motornya dan mengetuk kaca mobil Abang gue.

"Lah dia kan...???"

"Abang gue membuka kaca mobil .

"Kalau bawa mobil itu.." belum selesai orang itu berbicara.

"Levin, Lo Levin kan?"

Oke singkat cerita gue dan abang gue pergi ke sebuah caffe.

"Jadi Lo kuliah dimana sekarang?"

"Gue kuliah di Palembang Vin, tar Lo kuliah disana juga biar gue ada teman disana."

Percaya atau tidak orang yang hampir kena tabrak Abang gue tadi ternyata dia adalah Kak Novra, alumni SMA Tri Sakti pantas saja mereka saling kenal.

"Kalian pacaran?" Tanya Novra

"Enggak ko" jawab gue

"Syukur deh, kirain pacaran"jawab Novra sambil tersenyum.

"Betewe gimana sekolah nya?"

"Lancar-lancar aja ko Kak,"

"Bagus," katanya

"Ko Lo gak pernah bilang sih Vin kalau punya teman secantik Anay,"
Entah apa jadinya pipi gue pasti sudah seperti kepiting rebus.

Hari sudah semakin sore, akhirnya gue dan Bang Levin pun memutuskan untuk pulang

Ketika di mobil
"Bang ko gak pernah bilang kalau Abang kenal sama kak Novra?"

"Dih ngapain mesti bilang-bilang, Naksir lo?"

"Ih gak gitu"

"Terus apa?"

"Hehe, tau ah"

Suasana menjadi hening, gue yang sedang berlarut dengan pikiran gue sendiri dan Bang Levin juga sepertinya begitu.

Sesampainya di rumah.

"Gue cape, gue istirahat dulu yah" izin gue ke Bang levin.
Bang Levin hanya mengangguk sepertinya dia sedang memikirkan sesuatu atau jangan jangan dia lagi ada masalah.
pikir gue saat itu.
Karena gak biasanya dia menjadi seorang pendiem kaya gini.

***

I Love You Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang