Dinner

93 4 0
                                    

     Setelah 30 menit berakhir, akhirnya kami pun sampai disalah satu café yang ada Di Punclut Bandung.
Tempat ini merupakan tempat wisata kuliner kekinian, selain tempatnya yang nyaman disini juga banyak spot foto yang kece parah, salah satunya adalah kastil bergaya eropa klasik yang indah banget, pokonya kalau kalian main kesini dijamin kalian gak bakalan nyesel.

Hidangan pun akhirnya sudah datang, kami sangat menikmatinya entah mengapa rasanya aku sangat senang sekali, padahal ini bukan kali pertamanya aku kesini, dulu juga aku pernah kesini bersama Abangku, bisa dibilang  dulu ini tempat favorit kami. Tapi semuanya berakhir, bahkan aku sudah jarang sekali keluar bersama Abangku, aku juga bingung kenapa Abangku harus menyembunyikan perihal status hubunganku dengannya.

“Nay ko melamun?”

“Eh enggak ko Kak,” ucapku sambil tersenyum.

“Iya aku keinget aja gitu, dulu tempat ini menjadi tempat favoritku dan Abangku,”

“Ouh kamu punya Abang, ko gak pernah cerita,”

“Hihi iya, soalnya gak penting-penting amat kan,”

Aku pun mulai menyantap makanannya, dan Kak Novra pun pandangannya tidak berubah sama sekali, dia masih menatapku lekat,

“Kenapa?” kutanya,

“Enggak, malam ini kamu benar-benar cantik,” ucapnya sambil tersenyum.

“Udah dong Kak, jangan muji aku terus, lama-lama hidungku bisa hilang tau,"

“Haha, terbang bersama burung-burung ya,” ucap Kak Novra

“Kakak ada sesuatu buat kamu” dia memberikan sebuah kotak berwarna merah dan berhiasakan pita.

“Apa ini kak?”

“Buka aja”

“Serius?” dia hanya mengangguk.

Aku membunyakanya dan ternyata isinya berupa kalung yang sangat indah.

“Ini serius buat aku Kak?”

“Iya emang buat siapa lagi?”

“Tapi aku gak bisa, ini pasti mahal,”

“Buat kamu uang itu gak ada artinya,”

“Tapi Kak, kenapa Kakak ngasih aku kalung semewah ini?”

“Kakak sebenarnya suka sama kamu,” mendengar pernyataan Kak Novra barusan, tiba-tiba saja tenggorokan gue terasa kering, gue mencoba untuk mengambil minum.

“Kaget ya?" Tanya Kak Novra seakan tau apa yang sedang aku rasakan sekarang,

“Tenang gak perlu dijawab sekarang ko, lagian kakak Cuma pengen kamu tau perasaan Kakak sama kamu gimana, karena mungkin bagi kamu juga ini terlalu cepat kan,"

Tiba-tiba saja Kak Novra berdiri dari kursinya dan memakaikan kalung yang indah itu, pikiranku benar-benar dibuat tidak karuan, aku gak tau apa yang harus aku lakukan saat ini.

Waktu tidak terasa sudah menunjukan pukul 10 malam, sudah banyak pesan masuk ke handpone ku, tidak lain pasti itu dari bang Levin, aku dan Kak Novra pun akhrinya pulang tidak ada pembicaraan apapun di dalam mobil, pastinya saat ini kami sedang bergelut dengan pikiran masing masing, tidak lama dari itu akhinya sampai juga.

“Rumahnya yang mana, Kakak anter sampai rumah ya lagian sudah malem juga pasti orang tua mu cemas kalau kamu pulang sendiri, Kakak juga mau sambil kenalan dan berterimakasih sama orang tua kamu karena sudah mengizinkan putri cantiknya keluar bareng Kakak,"

Aku bingung aku harus alasan apalagi, kalau aku tolak terus pasti dia curiga. Akhrinya aku ajak dia ke rumah,
Dia kaget, “loh ini rumah nya?”

“Iya kenapa?” tanyaku heran,

“Enggak Kakak heran aja, kalau gak salah rumah ini dulu rumahnya Levin teman Kakak waktu SMA dulu, kamu juga kenal dia kan waktu itu kita pernah bertemu bareng loh,”

“Ouh iya aku masih inget Kak, iya jadi dulu itu emang ini rumahnya Kak Levin, awalnya aku juga gak tau kalau ini rumahnya Kak Levin karena aku pindahan dari Jakarta ke Bandung, berhubung ibuku ada bisnis disini, makanya ibu membeli rumah ini, karena ternyata orang tua kita saling kenal,”
ucapku berbohong, karena aku gak tau kalau ternyata Kak Novra pernah main kesini.

“Yasudah Kak, kalau gitu aku masuk dulu ya, Kakak juga hati-hati jangan ngebut bawa mobilnya,”

“Siap tuan putri,”

Gue pun masuk ke dalam rumah, dan Bang Levin langsung menarik pergelangan tanganku.

“aw sakit Bang, apa-apaan sih!”

“Sini duduk lo!”

“Iya kenapa?”

“Lo gila apa? Kenapa lo ngajak Rafli kesini, dia tau gue abang lo?”

“Enggak! Tenang aja kali,”

“Ko bisa padahal dia dulu pernah main kesini?” tanyanya heran.

“Lo lupa? Adik lo itu cerdik ya gampang lah bagi gue buat nyari alasan apapun itu,”

“Iya bagus lah kalau gitu, awas aja kalau sampai orang-orang tau kita berdua adik kakak”

“Lagian emangnya kenapa sih Bang, kenapa mesti dirahasiakan kaya gini, emang salah kalau pada kenyataan nya kita itu kakak beradik,”

“Iya salah! Gue gak mau punya adik kaya lo!”

“Ko lo gitu sih Bang, kenapa lo jadi marah gini?”

“Tau ah, gue ngantuk mau tidur” ucap bang Levin yang kemudian pergi ninggalin gue sendiri di ruang tamu.
Heran gue, punya abang ko aneh banget.

***

Hai pembaca i love you brother, jangan lupa vote dan komen ya..  🥰

I Love You Brother Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang