Happy Reading! 😘
💍💍💍
Bunyi alarm yang sangat nyaring membangunkan Danu dari tidur singkatnya.
Danu meregangkan otot-ototnya, bangkit bangun lalu duduk bersila di tengah-tengah tempat tidur yang berada di dalam kamarnya. Ia mengusap-usap wajahnya dan berdecak pelan. Seluruh tubuhnya terasa pegal-pegal karena sudah hampir genap sebulan terakhir ini, dia harus ikut berkontribusi dalam memproduksi seorang bayi mungil dengan Adel. Waktu tidurnya bahkan berkurang berkali-kali lipat dari malam-malam sebelumnya.
Akan tetapi, semuanya masih sama.
Danu masih harus bangun pagi-pagi sekali untuk memasakkan sarapan buat mereka berdua dan juga bersiap-siap untuk pergi ke kantor walau ia baru bisa tidur saat hari hampir menjelang pagi.
Iya, sejak seminggu yang lalu, lebih tepatnya saat Adel dipaksa Danu buat menyicip masakannya, Adel menyuruh Danu untuk memasak lebih agar dia bisa mendapatkan satu porsi juga. Walau sebelumnya, Adel sempat mencaci-maki, menghina dan mengejek Danu yang masih saja memasak makanan kampung padahal dia sudah hidup dan tinggal di kota.
Adel yang tampak seperti sedang menjilat ludahnya sendiri pun berusaha mencari-cari alasan.
Biasa, Adel dan gengsinya yang super-duper tinggi.
"Habis masakan kamu kelihatannya tidak menggugah selera sama sekali! Mana saya tahu kalau rasanya sangat jauh berbeda dari tampilannya! Jadi, kamu tidak boleh nyalahin saya!"
Kira-kira seperti itulah alasan yang Adel lontarkan untuk membela dirinya.
Dan pada saat itu, Danu hanya geleng-geleng kepala sambil tersenyum simpul saja. Dia sudah sangat maklum akan sikap angkuh boss sekaligus istrinya itu. Sebulan hidup bersama, tinggal di bawah satu atap setiap harinya, membuat Danu menjadi lebih mengenal sikap, sifat serta watak dan perilaku Adel. Ia bahkan sudah mulai hafal akan kebiasaannya Adel dalam kehidupan sehari-harinya.
Adel keluar bersamaan dengan Danu yang baru saja keluar dari kamarnya.
Iya, mereka masih tetap tidur di kamar masing-masing. Mereka baru akan berada di dalam satu kamar terutama satu ranjang kalau sedang melakukan proses pembuatan bayi mungil. Itu pun dilaksanakan hanya di kamar Adel, tidak pernah di kamar Danu sekali pun.
"Loh, bu Adel kok tumben cepat siap?" tanya Danu, sedikit kaget.
Bagaimana Danu tidak terkejut? Ini baru jam eman kurang sedangkan Adel biasanya baru keluar saat jarum pendek jam hampir menyentuh angka 7.
Adel menoleh sekilas sambil melirik Rolex yang melingkar indah di pergelangan tangan kirinya. "Bukan apa-apa, lagi pengen aja."
Danu ragu akan hal itu. Apalagi saat ia melihat langkah kaki Adel yang terlihat sedikit buru-buru menuju ruang kerja pribadi wanita itu. "Kalaupun ada apa-apa, kenapa juga harus sampai berbohong? Aneh banget."
Ia berpikir sebentar, menerka-nerka. "Apa ada yang disembunyikan?"
Tapi tak lama kemudian, Danu lebih memilih untuk tidak ambil pusing dan membiarkannya berlalu begitu saja. Ia pun kembali melangkahkan kakinya menuju dapur. Setelah sampai di dapur, Danu dengan lihai memasak dan menyiapkan sarapan untuk mereka berdua.
Sedangkan di ruang kerja, Adel sedang melakukan sebuah video call dengan orang yang sudah dia bayar untuk mencapai misinya. Ia buru-buru karena hari ini adalah hari pertamanya dan dia nggak mau telat walaupun itu hanya untuk semenit. Sayang uangnya melayang begitu saja tanpa menghasilkan sesuatu.
Danu mengetuk pintu ruang kerja Adel beberapa kali. "Bu, sarapannya sudah siap. Bu Adel makan kan?"
Adel berdecak. Untung saja pertemuan daringnya sudah selesai semenit yang lalu. Kalau tidak, dia pasti sudah merasa malu karena Danu teriak-teriak.
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDEL | ON GOING
RomanceAdel Winata (25) dipaksa orangtuanya untuk segera menikah kalau tidak mau dijodohkan dengan anak teman mama-papanya. Adel yang frustasi pun mengatakan pada dirinya sendiri pria pertama (siapapun itu) yang masuk ke ruangannya akan dia jadikan suaminy...