Ancaman Ortu

1.9K 150 4
                                    

Happy Reading! 😘

💍💍💍

Adel menutup panggilan secara sepihak lalu membanting handphonenya ke atas meja kerjanya. Untung saja handphonenya jatuh ke atas berkas-berkas yang menumpuk tebal jadi tidak sampai rusak.

"Sial!" makinya seraya meninju-ninju udara.

Yang menelponnya tadi adalah mamanya. Dan mamanya itu sangat bersikeras agar ia segera menikah. Mamanya bilang kalau ia harus cepat-cepat menikah, maksimal tahun ini kalau nggak mau jadi perawan tua.

Adel mendengus kesal. "Perawan tua apanya?! Aku bahkan masih dua puluh lima tahun! Belum tua sama sekali!"

Iya, Adel Winata baru saja memasuki usia 25 tahun tiga minggu yang lalu tapi orangtuanya saja terutama mamanya yang bilang kalau umur segitu sudah terlalu tua untuk tetap single. Seharusnya sebelum umur segitu, Adel sudah menikah.

Adel memaki pikiran tertutup dan sempit mamanya itu di dalam hatinya.

Adel semakin dibuat frustasi saat mamanya mengancam akan menjodohkan dirinya dengan anak teman mama-papanya kalau Adel tidak mengenalkan calon suaminya sendiri dalam jangka waktu satu hari. Bayangkan satu hari! Hanya satu hari! Emang orangtuanya pikir cari calon suami itu semudah cari uang apa?!

Jangan heran, keluarga Adel memang sudah kaya dari lahir. Harta mereka yang tidak ada habis-habisnya selalu diwariskan untuk keturunan selanjutnya. Dan lebih keren lagi, perusahaan keluarga mereka tidak pernah bangkrut! Malah Winata Group semakin berjaya setiap tahunnya!

Maka dari itu, keturunan sangatlah penting untuk setiap keluarga besar Winata. Ya kalau nggak ada keturunan, siapa lagi yang melanjutkan Winata Group di masa depan?!

Wisata Group bergerak di bisnis dompet elektronik, layanan dompet elektronik yang memiliki fitur penyimpan uang elektronik, serta untuk pembayaran transaksi—wincoin.

Adel meninju-ninju udara lagi. Tadinya dia ingin mengacak-acak rambutnya saking frustasinya tapi untungnya dia masih waras dengan tidak merusak penampilannya hanya gara-gara ancaman gila yang diberikan oleh orangtuanya.

Kalau saja ia kehilangan kewarasannya dan malah membuat rambut rapinya berantakan maka title nya sebagai boss perfeksionis dan sempurna akan tercemar. Dan tentu saja Adel tidak menginginkan hal itu terjadi!

"Apa yang harus kulakukan? Bagaimana caraku mencari calon suami yang bisa diajak kompromi?!"

Iya, Adel berniat untuk mencari pria yang bisa dia suruh-suruh dan perintah sesuka hatinya. Adel bukan tipe wanita yang suka diperintah atau disuruh-suruh makanya dia butuh calon suami yang bisa dia kuasai. Pokoknya dalam pernikahannya nanti, harus dialah yang berkuasa dan memegang kendali. Bukan pria yang akan menjadi suaminya kelak!

Adel menghela nafas panjang. "Baiklah, let's take it easy. Pria pertama, siapapun itu, yang masuk ke ruanganku akan kujadikan suamiku."

Pada akhirnya, setelah berpikir lama, Adel memutuskan untuk menggunakan cara termudah. Lagipula, setahunya, pria yang bekerja di kantornya pada nurut-nurut semua. Terbukti dari selama lima tahun ia menjabat sebagai boss mereka, tak ada satu pun dari pria-pria itu yang protes.

Hanya satu masalah yang bisa saja dia hadapi sebentar lagi. Kalau pria yang masuk duluan sudah memiliki pacar, tunangan atau lebih parahnya lagi... sudah beristri. Apa yang harus ia lakukan?

Adel memukul jidatnya. "Dasar bodoh! Ya tinggal nikahi pria selanjutnya yang masih single lah! Gitu amat kok susah sih?!"

Adel pun geleng-geleng kepala merutuki kebodohannya tadi.

DANDEL | ON GOINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang