Happy Reading! 😘
💍💍💍
Adel menatap malas pada Genta. "Kenapa gue harus cium dia dulu, baru lo percaya?"
Genta bersedekap dada, menatap lurus ke arah Adel. "Kenapa? Lo takut? Bukannya lo sendiri yang bilang kalau first kiss lo hanya akan lo kasih buat suami sah lo nanti. Dan dengan lo mencium dia, itu sudah menjadi bukti yang kuat kalau-" Ia menghela nafas sambil melirik sinis sekilas ke arah Danu yang sedang berdiri dengan raut bingung. "-kalian memang sudah menikah."
Adel menghela nafas lalu berdecak. "Salah lo yang nggak datang ke acara nikahan gue waktu itu."
Genta mengangkat bahunya. "Lo nggak ngundang."
Spontan, Adel menendang tulang kering Genta dengan keras karena merasa sangat kesal pada pria itu. Udah ngomong selancar itu, mana raut mukanya juga kelewat santuy lagi. Kayak nggak ada beban hidup gitu yang ia sanggang. Juga kayak nggak ada dosanya sama sekali.
Genta refleks mengangkat satu kakinya yang kena tendangan maut Adel barusan seraya loncat-loncat di tempat. Keadaannya tampak persis mirip seperti kodok yang sedang loncat-loncat, meringis kesakitan, hanya dengan satu kaki karena satu kakinya lagi terpotong dimakan buaya sungai (bukan buaya darat ya, apalagi buaya jadi-jadian).
Emang pada dasarnya emosi Adel yang mudah mencak-mencak, si Genta malah dengan santuynya memancing dan memantik kemarahan Adel. Ya, rasakanlah akibatnya!
Cari mati emang! Bukan cari masalah lagi.
"Gue ngundang lo, bodoh! Bahkan lo orang pertama yang gue undang setelah semua kerabat gue."
Dalam hati, Genta merasa sangat ngenest. Bagaimana bisa ia dijadikan si penerima undangan pernikahan pertama oleh perempuan yang telah memiliki hatinya selama beberapa tahun terakhir ini?
Cowok mana lagi yang bisa mengalahkan kemalangan Genta dalam hubungan percintaan dan asmaranya?
Kalau ada, sini, gelut kita!
Genta bersedekap dada, memasang wajah datar andalannya untuk menutupi kemalangan hatinya. "Ya udah sih, tinggal cium aja juga. Apa susahnya?"
Adel mengangkat alisnya, dagunya ia angkat dengan tampang songong. "Lo yakin?"
Genta mengangguk mantap. "Yakin sekali!" Emang kenapa harus nggak yakin?
Adel menahan tawanya. "Lo nggak bakal sakit hati, kan?"
Genta mengumpat. Kampret! Jadi nih cewek dah tahu kalau gue suka sama dia?
Adel menjitak jidat Genta tanpa perasaan. "Dasar bodoh! Kok bisa-bisanya lo lupa secepat itu? Padahal, lo sendiri yang nyatain perasaan lo ke gue. Sering banget pun."
Genta meringis, merutuki kebodohannya. Kok bisa-bisanya sifat pikun kakeknya nular ke dirinya yang masih muda dan tampan ini?
Bergaul dengan kakek-kakek ternyata ada efek sampingnya. Mana efek sampingnya sangat berbahaya lagi! Yakni, bisa buat dia ikut-ikutan bersikap dan bertingkah seperti seorang kakek beneran.
Kan nggak lucu, umur baru dua puluhan, tapi sudah bertingkak selayaknya umur manusia yang sedikit lagi hampir bau tanah!
Ia menghembuskan nafas kasar. "Bodo amat, Del! Bodo amat! Yang penting, lo cium aja dia. Masalah selesai."
Adel menarik nafas panjang lalu menyentakkannya dengan sangat cepat.
Ia menuding Genta, menatap lurus ke kedua netra pria narsis dan kelewat pede itu. "Lo yang minta, jangan nyesal, apalagi sampe nangis bombay!"
KAMU SEDANG MEMBACA
DANDEL | ON GOING
RomanceAdel Winata (25) dipaksa orangtuanya untuk segera menikah kalau tidak mau dijodohkan dengan anak teman mama-papanya. Adel yang frustasi pun mengatakan pada dirinya sendiri pria pertama (siapapun itu) yang masuk ke ruangannya akan dia jadikan suaminy...