Safana Soid | Bagian 3

35 5 22
                                    

Note : Ini bergendre science fiction, penuturan ini hanya fiksi belaka, jangan bandingkan dengan dunia nyata karena ini sangat jauh berbeda.

Ini draft 1 cerita. Masih banyak kesalahan ejaan, kalimat yang tidak tepat atau bahasa ambigu yang mungkin sulit di mengerti, dan mungkin alur yang terlalu cepat.

Jadi : Saya akan merevisi jika ceritanya sudah tamat!

Oh iya, Nama tokoh, terinspirasi dari teman selokal, jadi masalah internal di dalam cerita atau apapun macamnya tidak berkaitan dengan dunia nyata. Saya hanya meminjam nama.

_______________________________________

Rafil memompa pistolnya lagi, kedua tangannya sudah bersedia di ganggang pistol tinggal menunggu sesuatu di sana menghampiri saja.

"Lah?" Rafil sedikit terkejut melihat sesuatu di sana. Bukan terkejut yang serius, melainkan agak memandang remeh.

"Kucing?"

"Bukan!" Adik menginterupsi.

"Itu ... anak harimau!"

Rafil mengurut dadanya, hanya anak harimau, kan? Apa masalahnya? Batinnya lagi.

Lelaki itu berjalan menuju anak harimau itu. Sangat menggemaskan, tampaknya masih belum buas-buasnya. Bulunya masih terawat, sangat bersih dan lembut. Seperti kucing, hanya saja berbulu lebat dan lebih besar. Raungannya juga sangat lucu. Rafil, sebagai orang yang sangat suka pada kucing jadi jatuh cinta pada hewan satu ini.

"Lo jangan main-main, Fill!" Adik lagi-lagi memberi aba-aba.

Rafil yang merespon, dia sibuk mengelus punggung hewan itu, membuat Adik berdecak sebal, lalu menyambung kalimatnya, "Kalau anaknya di sini, berarti induknya juga ada nyari dia!"

Oke, satu detik Rafil terpaku sebentar, detik kedua, dia sudah kembali ke dunia nyata. Iya juga, Rafil sudah stress dengan semua ini hingga tak mengelakkan hiburan, walaupun hiburannya membahayakan.

Dia berdiri sebentar, berbalik ke arah Adik, tapi anak harimau tadi masih mengikuti, "Gimana dong?" rengeknya lagi.

Adik mengurut kepalanya frustasi, iya, untung jika induknya mati karena suatu hal dan anaknya terdampar, tapi bagaimana jika induk dan anak terpisah? Induknya akan mencari. Bagaimana jika dia menemukan anaknya yang sudah berada di tangan manusia? Huh, sudah menjadi seonggok daging 2 insan ini.

"Lo cari caralah, gimana caranya supaya anak harimau ini jauh-jauh dari kita! Mikir oke? Gue mau bangun tenda dulu."

"Eh, tendanya 2, kan?"

"YAIYALAH GILA, GUE TAMPOL JUGA LO!"

Rafil pun pergi menjauh dari sana. Berlari secepat mungkin mengecoh anak harimau itu. Aduh, wajah imut yang membuat hati luruh, ingin sekali dia memeliharanya. Mungkin, jika keadaannya berbeda, Rafil akan sangat betah di sini. Dan akan kembali sesekali untuk mengecek anak harimau ini.

Susah-susah berlari saja, anak harimau itu selalu bisa mengiringi kecepatan lelaki itu. Sia-sia saja usaha. Jelas-jelas harimau hewan yang tangkas, larian yang kencang, pengenalan bau yang dahsyat, mata yang jeli, bagaimana akan menipunya?

"Si Harry nggak mau pergi dari gue!" Rafil sudah lelah, dadanya naik turun, susah payah meraup oksigen dan ... persediaan air tidak ada.

"Siapa Harry?"

"Nih, Harrymau. Bagi minum dong!"

Adik membelalak, dia lupa pada satu itu. Demi apapun, air adalah yang terpenting dan mereka tak menemukannya dimana-mana. Bisa mati kehausan mereka. Dia menatap sekeliling, tak ada apapun yang membantu.

SMILING KILLER - Safana Soid Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang