Red Thread -[Prt.6]

416 40 8
                                    

© [Naruto punya sensei Masashi Kishimoto!!]
-
-
-
-
-
-
-
-
-
<==================================>

Sesuai dengan Hinata katakan, Haruno Sakura punya satu hal unik yang mampu menarik seluruh jenis perhatian berkat warna rambut cerah yang dimilikinya. Berbanding jauh dengan nya, si gadis pemalu dan suram.

Gadis itu cocok dengan suasana kelas ramai, terlebih lagi wajahnya selalu berhias senyuman, membuat orang-orang makin betah berlama-lama menatapnya.

Tidak, Hinata sama sekali tidak sedang membual, itu fakta. Dulu, ya dulu Hinata pernah berharap bisa akrab dengan gadis musim semi itu, tetapi karena insiden tak disengaja. Harapan tersebut jatuh, bersama dengan sakit hati yang baru dirinya rasa.

Wajar, kan itu terjadi disaat pentas seni tengah berlangsung, saat itu Hinata bertugas membereskan kostum yang akan dipakai pemeran utama. Tak disangka, Hinata harus menelan pil pahit karena satu pemandangan yang membuatnya jatuh sedalam-dalamnya ke jurang.

Bagus, padahal hampir bertahun-tahun Hinata mencoba memblokir kenangan itu dengan 'berpura-pura bodoh' nyatanya tidak semudah yang dikira.

Lagi dan lagi, dirinya harus menekan kuat emosi setiap Naruto memberikan perhatian 'kecil' pada gadis itu, dan itu terus berulang hingga Hinata tahu, itu bukanlah sekedar perhatian 'seorang' teman. Bodoh, kan? Dirinya tahu bahwa dulu sangat naif dan bodoh. Sibuk mencari tatapan mata biru itu tanpa peduli dirinya selalu dijatuhkan lagi.

Semakin Hinata mencoba mendekati punggung tegap itu, makin lebar juga jurang yang menghadang jalannya. Tetapi Haruno Sakura berbeda dengan dirinya, tanpa perlu susah payah melewati jurang itu. Kehadirannya sudah disambut dengan hangat.

Ah... Hinata ingin menenyahkan pikirannya tentang kenyatan pahit tersebut. Sudah pasti dan itu mutlak, bahwa Haruno Sakura... Adalah pemenang.

Hinata menyadari semua itu setelah pengumuman kelulusan, bertepatan dengan 15 tahun Ibu terkasih tidur untuk selamanya. Harusnya itu waktu Hinata untuk bahagia, kan? Karena berhasil lulus dari masa SMP dengan nilai memuaskan.

Tetapi Hinata ingin hari itu tidak pernah datang. Perjuangannya menyembunyikan rasa dalam diam justru dibalas dengan cara yang begitu menyedihkan.

Pernyataan cinta yang Naruto gemakan pada saat itu di taman belakang, meruntuhkan dirinya bagai butiran pasir. Seperti badai yang menerjang laut, dan menenggelamkan harapan Hinata hingga ke dasar lautan.

Namun, meski sekarang Hinata sudah terbiasa dengan bentuk keramahan Naruto, masih tersisa sedikit harapan bahwa pemuda itu menyadari cintanya yang tulus. Ya... mungkin saja di saat hari itu datang, hari dimana perasannya diketahui, Hinata akan menyudahi semua rasa cintanya.

"Oleh karena itu, aku mohon... Semoga perjalanan yang panjang ini dapat berakhir disaat itu juga... "

◦◦,'°.✽✦✽.◦.✽✦✽.°',◦◦

"Oi~ Hinata! " panggil salah satu suara yang tak asing dari luar kelas. Merasa dirinya dicari, Hinata bangkit dari bangku. Lalu mendatangi sosok pemuda yang melambai-lambai di depan pintu.

Itu Kiba, teman akrabnya saat SMP dulu. Meski tidak pernah di satukan dalam satu kelas, Hinata dan Kiba tetap selalu memberi kabar yah... walau sekarang jarang, karena kesibukan dan jadwal eskul yang padat.

Hinata mendekat ke arah dimana Kiba berdiri. Wajahnya tetap tenang, mengabaikan siulan dari teman sekelasnya lalu membuka percakapan, "Kenapa? Kau tidak lihat aku sibuk tadi?" yup, menanyakan maksud dari kedatangan Kiba si anak futsal ke kelasnya, oh dan tentunya dengan tatapan  curiga.

Lain halnya Kiba, pemuda itu mengerucutkan bibirnya. Sama sekali tidak terima jika dirinya dianggap sebagai pengganggu, ingat ini masih hampir masuk ke jam makan siang!

"Iya, lihat kok. Sibuk mikirin doi yang nggak kunjung sadar, kan? Kalau menurutku Hinata-kun, bukankah sekarang kamu harus melepaskan perasaan sepihak itu?" ucap Kiba dengan nada mengejeknya, tahu betul seperti apa tabiat Hinata yang hampir ditahan rela mati demi seorang pria yang tidak mencintainya. Kiba mengalihkan pandanganya menuju lapangan bola yang saat ini dipenuhi anak-anak kelasnya, semenjak dirinya memiliki teman sorang gadis Kiba berusaha untuk mengurangi kata-kata kasar, dan belajar memahami dari sudut pandang lawan dengan adil.

"Apa kamu tahu? Mati-matian aku menahan diri agar tangan ini tidak melayangkan tinju ke wajah si brengsek itu! Tetapi aku juga tidak ingin membuatmu makin menahan semuanya sendirian, Hinata-kun kamu berhak mendapatkan cinta yang lebih indah dari pada mengharapkan cinta yang tidak bisa kamu miliki." Kiba tahu bahwa dirinya bukan sosok teman yang baik untuk Hinata, tapi setidaknya dia sangat berharap temannya juga ikut bahagia dengan seorang yang juga mencintainya,

"Berhentilah bersikap sok dewasa dan jadilah dirimu sendiri. Karena menurutku... Senyuman yang dulu pernah kamu tunjukan sungguh menyilaukan bagai matahari. Oke, teman?" tutupnya dengan memberi jempol sebagai akhir dari percakapan mereka.

Hinata mau tidak mau merasa terhibur, Kiba lebih mirip seperti sosok kakak untuknya. Itu bukan tanpa alasan, cara Kiba yang memperlakukannya setara tanpa membedakan derajat, serta berani menegurnya, sungguh mirip sekali dengan sosok ibunya yang cerewet.

Ahh... Hinata lupa jika dirinya tidak sendirian, masih ada seseorang yang mau mendengarkan dirinya dan menerimanya tanpa syarat.

"Hmm... Menurutmu juga begitu... Apa memang saatnya aku move on? Tapi... Apa hal pertama yang harus kulakukan?"

"Tck! Kenapa kamu malah memikirkannya? Lakukan saja sesuai dengan hal yang ingin kamu impikan. Memang perlu waktu bagimu untuk benar-benar mengikhlaskan perasaan itu, tapi... Setelah kamu menyadarinya disaat itulah perasaan itu bukan suatu hal yang rumit. "

Kiba menepuk-nepuk bahu Hinata dengan tatapan semangat, "Karena berkat perasaan itu... Kamu akhirnya menemukan arti dari kata cinta itu sendiri... Semangat! Jika kamu perlu teman atau sosok kakak, cari saja aku. Oke imototou?"

"Hm... Terima kasih, Kiba-kun... Aku akan mengingati dengan baik. "

Dan, percakapan mereka tetap berlanjut dengan cerita konyol yang dialami Kiba saat latihan futsal dan berakhir lantaran bell masuk telah berdering.

****

A/N before Revisi...

Iya balik lagi dengan empat sejoli yang kisahnya mengambang entah kemana :v (candakokjanbulyaku)

Oh iya terimakasih ya sudah mau mampir kelapak ini walau sebenarnya aku berniat untuk unpublis nih cerita ▰︶︹︺▰)

Tapi saat aku liat mata nih cerita nambah mulu akhirnya aku putuskan sebagai author yang baik hati dan tak songong, akan melanjutkan perjalanan para pemain di cerita ini sampai tamat (aminn)

Karena itu jangan lupa kasih Bintang jatuh kalian semua buat dukung nih cerita biar tetap lanjut :(

Dan bagi yang sudah masukin cerita ini ke library list kalian arigato gozaimasu ヾ(@^▽^@)ノ

Semoga kedepannya makin banyak yang baca dan aku jadi sering-sering up cerita baru biar lapak ini ga sepi pengunjung :>

Oke udah 1000++

Guudnite minna
Have a nice dream~ o (^‿^✿)o

ⓒ 29 desember 2020

A/N after revisi... 🙏

Maaf ya nih cerita ngga jelas plus updatenya lama, soalnya ya gitu... Di rl lagi sibuk" jadi mahasiswi makanya nih lapak terlantar 😔. Semoga aja bener kelar awal tahun depan, soalnya banyak projek juga nih akun 😓. Makasih dah baca, babaay ~🤗

Note baru...

Iya, iya, iya tahuuuu banget nih lapak nguaaaareetnya kebangetan dan berdebu parah! Author minta maaf sudah membuat kalian jadi gantungan yang gak keurus... 🥲🙏 semoga nih chapter nya bisa bikin kalian seneng ya! 🤗 Oke... See you next time!

٩(ര̀ᴗര́)ᵇʸᵉ! 🤗

Your Light [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang