[Naruto punya sensei Masashi Kishimoto!]
-
-
-============================
Hanabi memisahkan diri dari Tenten, atau haruskah dirinya sebut calon istri dari kakak sepupunya? Hmm... Ambigu, tapi begitulah kalimat yang dapat dirinya deskripsikan untuk gadis keturunan China tersebut.
Lalu dimana Neji? Well... Pemuda itu sekarang tengah menemani Hiasi yang sibuk menyambut tamu dan rekan bisnisnya. Sekaligus mengulur waktu bagi Hanabi dan Tenten untuk menghubungi Hinata, Saudarinya.
Tetapi masalahnya sekarang gadis berponi itu tidak sekalipun menjawab panggilan tersebut, tak sampai disitu masalahnya.
Pertama: Hanabi sudah coba menghubungi lewat telepon, namun nomor yang ditujukan sedang berada diluar jangkauan. Dari sini Hanabi mengambil satu kesimpulan dari dua kemungkinan. Dan, hanya satu pemicu gadis itu tak mengangkat panggilan darinya.
Handphone tersebut kehabisan daya... Atau justru sengaja dimatikan...
Kedua : Posisinya serba salah disini. Jika Hinata benar-benar ingat, gadis itu tetap akan pulang. Namun... Beda cerita lagi kalau dari Hinata sendiri yang sengaja menghindari acara syukuran ini.
Hanabi yakin Hinata tak akan sudi membiarkan Otou-san mempermalukan dirinya didepan para pejabat tinggi. Gadis itu punya harga diri yang mahal, maka jangan heran di rumah Hanabi hampir seminggu sekali menyaksikan perdebatan hebat antara keduanya.
****
Di tengah kalutnya suasana acara tanpa angin kabar, tahu-tahu Hinata sudah berdiri di depan pintu utama. Di sisi kirinya, Sarah berdiri dengan anggun tak terpengaruh sama sekali dengan suasana acara.
Karena kedatangan dua orang itu, orang-orang yang tadi sibuk bercengkrama mendadak tak berkutik saat kelereng mutiara itu menatap sekelilingnya datar.
' Hah~ Menyebalkan..! ' desahnya lelah. Di satu sisi Hinata enggan bertatap dengan Hiasi, tapi sorot bak pisau yang siap-siap terlempar itu membuat moodnya semakin jatuh.
"Dari man-' 'sebelum itu, bukannya Otou-san bertanya lebih dulu pada Bibi Sarah? Jika yang ada dipikiran anda adalah hal buruk, maka tolong... Jangan pernah membahasnya di depan banyak orang. "
Potong Hinata telak membungkam sang Ayah yang kini, menyadari tindakan spontanitasnya hampir membuat reputasi dirinya dan Hinata jatuh.
Sarah mengangguk setuju, " ada baiknya Nii-san melakukan itu setelah acara selesai. Dan untuk Neji Chan selamat atas kelulusanmu, bibi harap kamu selalu dikelilingi kebahagiaan." Terang Sarah, tak lupa mengucapkan selamat kepada pemuda tampan itu dengan senyum elegan.
Hinata mengalihkan atensi pada sang adik yang tengah menunggunya di ambang pintu gerbang menuju taman Moonlight, taman yang dipenuhi oleh bunga Lavandula Angustifolia ungu.
"Kalau tidak ada lagi yang ingin Otuo-san tanyakan lagi, Hina masuk dulu... Bibi Sarah silakan nikmati acaranya." Pamit Hinata pada tiga orang dewasa, membiarkan sang ayah menjamu tamu selalu tuan rumah.
Sosok Tenten tadi terlihat menemani adiknya tapi sesampainya Hinata di sisi Hanabi. Bayangan Tenten seolah menghilang, sepertinya dia tidak mau menambah beban pada perasaannya.
*>•×---ו<**>•×---ו<*
"Onee-chan..." Panggil Hanabi pelan kini, kedua gadis itu tengah menelusuri jalan setapak yang pemandangannya dipenuhi kilau lembut dari lampu taman serta hamparan bunga Lavender, kesukaan sang Ibu dan saudarinya.
"Ng? Gomenne, ponselnya tak sengaja jatuh ke air saat tengah bersih-bersih waktu makan malam." Hinata tahu, adiknya ini bukan pribadi yang akan menanyakan masalah utamanya karena itu bersifat personal.
Namun tatapan tulus kekhawatiran yang dipancarkan netra kembar itu tak berbohong. Gadis kecil ini murni benar sangat menyayangi dirinya. Inilah kenapa Hinata dapat bertahan selama hidup di keluarga inti.
Kehadiran Hanabi adalah kado ulang tahun yang dititip Sang ibu agar Hinata kecil tidak kesepian.
"Lain kali jangan lakukan hal ini, aku tidak mau membuat pikiran bahagiamu hanya di isi dengan rasa cemas."
"Hanabi chan ingat kan? Onee-chan akan selalu berada di pihakmu dan aku tidak akan pernah... Membiarkan Otou-san seenaknya memperlakukan mu."
Hubungan tali persaudaraan kuat tidak datang dari jauhnya jarak usia, itu adalah sifat naluriah manusia. Meski makhluk individu, tapi tidak semua dapat mengerjakan sesuatu sendirian.
Malam itu dihabiskan dua saudari tersebut dengan tenang sembari memandang bulan sabit yang menggantung indah bersama taburan bintang di langit malam.
Menenangkan pikiran dan emosi yang menumpuk dengan suasana hati yang jauh lebih baik, Hinata tak akan menghindar lagi. Jika dengan pernikahan politik itu dapat membuat pria tua itu puas, Hinata akan melakukannya.
****
"Oh! Iya ne, Onee-chan kenal orang ini? Tadi sebelum Onee-chan datang orang ini bertanya sesuatu... " Jelas Hanabi, memberi benda layar sentuh tipis itu pada Hinata. Alisnya berkerut, gambar yang di tunjukan padanya sungguh asing.
"Kamu mendapatnya dari mana?" Bukannya menjawab pertanyaan Hanabi, Hinata malah menanyakan dari mana gadis 13 tahun ini menemukan potret dari pria dewasa dengan segala kerutan halus pada wajahnya yang tegas.
' sebentar! Ini bukannya orang tua Haruno Sakura? Apa yang mereka katakan pada Hanabi? Melihat dari ekspresi wajah gadis ini, seperti ada sangkut paut dengan ketidakhadiran esensiku '
" Jelaskan lebih rincinya di kamarku, usai pesta di sana selesai " ucap Hinata kalem. Jika benar seperti yang dipikirkan olehnya, maka ini pasti ada hubungannya dengan rencana pernikahan politik itu!
Aku harus mendapat informasi seputar hubungan antara dua keluarga besar itu. Haruno dan Uchiha..
*TBC*
Yang greget nunggu nih cerita up siapa? #angkatkepalanya
Oke gada ya oke makasih udah mau nyumbangin mata kalian untuk cerita ini, sumpah aku bingung mau mulai konfliknya dimana tapi jangan lupa kasih bingang jatuh kalian yaSoo see you next week ^^~
Paypay~😀👐A/n singkat...
Selamat natal bagi yang merayakan 🙏🤗😊.
© Monday, 26th Desember 2022
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Light [Slow Update]
Fanfictie[ Fanfiction & Romance ] Dinikahkan secara sepihak oleh sang ayah, Hinata merasa dunia berlaku tidak adil. Terlebih pria yang menjadi calon suaminya memiliki kekasih, walau hubungan tersebut di tentang lantaran derajat mereka tak sama. Seakan Kami...