BAB 01

569 70 15
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seoul, 15 Januari  2010.

22:00 KST.

“Hikss ... Hikss ...”

“Jiyeon-ah.”

Kim Taehee tersedu, berusaha sekuat tenaga untuk meraih tangan Park Jiyeon yang berada di depannya. Tubuh Taehee tergeletak di tanah, darah segar mengalir pada sisi-sisi wajahnya. Hujan begitu deras mengguyur hutan, bersamaan dengan air mata Taehee yang mengalir kian kencang.

Sepertinya, alam pun ikut  merasakan betapa menyedihkan suasana yang terjadi sekarang.

“Eomma.”

Jiyeon kecil meringkuk gemetar, memeluk lutut dengan perasaan gamang. Mata besarnya  menyaksikan secara langsung bagaimana sang ayah berusaha mempertaruhkan nyawa. Melawan seorang pria berjubah hitam menggunakan tangan kosong, berakhir kalah dengan luka tusuk pada perut berkali-kali. Jiyeon meraung histeris, apalagi saat melihat ayahnya terjatuh tak berdaya. Meregang nyawa. Dan tak lama, pergi untuk selamanya.

Jiyeon memekik tak terima.

“Appa ...”

“Tidak apa-apa sayang, appa baik-baik saja.”

Taehee meraih wajah Jiyeon lalu memeluknya. Wanita itu menangis menahan sesak di dalam dada. Tidak menyangka, jika kemah bahagia mereka berubah menjadi malapetaka.

Pria berubah hitam itu berjalan mendekat, Jiyeon semakin ketakutan melihat proposinya yang begitu menyeramkan.

Seperti malaikat pencabut nyawa.

Pisau tajamnya bergerak untuk menusuk punggung Taehee. Namun urung dilakukan saat seorang pria dari arah belakang menghentikannya.

Dia adalah sopir pribadi mereka, Jung Wonyoung.

“Nyonya, pergilah dari sini.”

Sopir Jung berusaha untuk melawan, menghindari serangan pisaunya dengan gesit walau wajah sudah dipenuhi luka. Namun sayang, tenaganya tidak begitu kuat untuk bertahan. Dia tertusuk tepat di perut, berakhir terkulai ke tanah dalam keadaan napas tersendat.

“Ahjussi.”

Jiyeon kembali memekik, namun dengan tangan gemetar Taehee memeluknya.

“Jiyeon, dengarkan eomma. Pergi dari sini sejauh mungkin, tetaplah hidup untuk eomma. Mengerti?” Taehee memegang kedua pipi Jiyeon dengan senyuman.

“Bagaimana dengan eomma?”

“Jangan pikirkan eomma, yang terpenting adalah dirimu. Dengarkan eomma baik-baik, pergi dari sini dan cari bantuan.”

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang