BAB 11

383 57 11
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Seoul, 15 Januari 2010.

01:00 KST.

Ruang rawat itu sangat hening, hanya ada bunyi monitor berdetak stabil. Wonyoung terbaring dengan lemah, berbagai macam alat pertahanan hidup terpasang pada tubuhnya. Tuhan ternyata masih memberinya kesempatan untuk hidup kedua, sekarang dia sudah melewati masa kritis dengan sangat baik.

Pintu ruang rawat terbuka perlahan, seorang pria berpakaian dokter masuk. Namun ada yang aneh dari penampilannya, masker menutupi hampir sebagian wajahnya. Pergerakannya terlihat mencurigakan, pun jalan yang nampak mengendap-endap. Seakan tahu jika ada cctv di sana, si pria lekas menutupi benda itu menggunakan kertas yang dia bawa.

"Seharusnya kau tak selamat," bisiknya bak malaikat pencabut nyawa. Sekarang maniknya memandang Wonyoung yang tampak damai dalam tidur, seakan tidak menyadari jika marabahaya kembali datang menghampirinya.

"Maaf kau harus kembali merasakan sakit. Namun percayalah, setelah ini kau akan pergi dengan tentram."

Tangan si pria menekan keras luka yang ada di perut Wonyoung, hingga menyebabkan sobekan itu kembali mengalami pendarahan. Tubuh Wonyoung mengejang, pun layar monitor yang perlahan menampakkan garis lurus bersamaan dengan dengungannya yang kian kencang.

"Selamat tinggal," bisik pria itu semakin dalam menekan perut Wonyoung, seringaian kejam darinya terbit pada bibir.

"Apa yang kau lakukan?"

Seorang bocah kecil datang, dia Jung Jaehyun putera dari Jung Wonyoung. Bocah itu nampak bingung dan bergegas untuk mendekat, namun saat sampai di sana manik Jaehyun membulat kala melihat sang ayah mengejang kesakitan.

"Appa."

Jaehyun segera berlari untuk menghampiri. Mengabaikan si pria yang pergi melarikan diri karena sekarang tangisannya telah mengudara seorang diri.

"Appa," lirihnya meraung. Tangan kecilnya berusaha untuk menutupi perut sang ayah yang semakin mengeluarkan banyak darah. Namun usahanya sia-sia, darahnya tetap keluar bahkan sekarang telah menodai tangan mungilnya.

Tiba-tiba Wonyoung perlahan meraih tangannya, seolah ingin mengatakan sesuatu. Tapi tampaknya kata-kata Wonyoung tak berhasil keluar, tubuhnya sudah terlalu lemah untuk bertahan. Detik kemudian, pergerakan Wonyoung terhenti.

Saat itu juga Jung Jaehyun sadar, jika sang ayah sudah pergi meninggalkannya untuk selamanya.





•\•





Jiyeon menuruni anak tangga sembari melamun, sibuk memikirkan berbagai macam masalah yang dihadang. Walaupun kebenaran sudah terungkap, tetap saja hati Jiyeon tidak merasa tenang. Persoalan Eunwoo membuatnya khawatir, apalagi saat Mingyu dan Baekhyun mengatakan jika dia sedang sakit. Bukan hanya itu, sikap Jaehyun yang misterius membuatnya penasaran. Ia sangat yakin jika pernah mengenal Jaehyun di masa lalu, namanya juga terdengar tak asing.

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang