BAB 15

995 105 98
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Seoul, 15 Januari 2010.

02:00 KST.

"Apa? "

Jaejoong memandang Dongwook dengan mulut terbuka. Baru beberapa jam yang lalu tubuhnya berguncang karena rencana gila yang dia lakukan, sekarang Dongwook kembali membuatnya ternganga. Jelas petaka, Jaejoong bersumpah Dongwook sangat kejam. Bagaimana bisa dia menyuruhnya untuk pergi jauh, sementara kematiannya dipalsukan.

Gila.

"Tak ada cara lain. Ini satu-satunya jalan agar kita tidak ketahuan." Dongwook mengemas beberapa baju Jaejoong ke dalam koper.

Jaejoong mengerang gusar. "Ini semua salahmu hyung," ujarnya protes. "Kau bilang hanya membunuh suaminya, tapi kenapa kau melibatkan kakakku." Suara Jaejoong berubah tercekat, ada gurat penyesalan pada wajah tampannya.

"Aku terpaksa sialan." Dongwook membanting koper ke depan dengan kesal. Napasnya memburu kian kencang, kentara sekali seperti orang ketakutan.

"Dia sudah tahu. Dan jika kita tidak membunuhnya, maka kita akan mampus." Sekarang Dongwook kembali sibuk. Sesuai rencana, malam ini juga Jaejoong akan berangkat ke Amerika dibantu Seojoon. Sedangkan apartemennya harus dibuat berantakan. Tempat tidurnya diacak-acak, sebentar lagi seseorang yang mati dibunuh secara mengerikan akan di bawa kemari untuk menggantikan posisi Jaejoong.

"Aku menyesal, semua janjimu adalah palsu." Jaejoong meraung, mengacak surai hitamnya dengan kasar.

"Aku tidak akan bisa jadi polisi, dan aku kehilangan kakakku." Dongwook menghela napas kasar.

"Kau bisa melakukan apa saja di Amerika. Jadi, jangan khawatir."

Tidak, Jaejoong menjerit dalam hati. Bukan kebebasan seperti itu yang Dongwook janjikan. Rasanya Jaejoong percuma saja hidup sekarang. Masa depannya sudah hancur, dia seorang pembunuh. Dan parahnya, orang yang dia bunuh adalah kakaknya sendiri.

Jaejoong adalah adik yang tidak tahu diri.

"Semuanya sudah siap."

Seojoon datang, dan Jaejoong langsung memandangnya dengan sendu. Pasti Seojoon diancam, makanya ikut terperosok masuk ke dalam jebakan Dongwook.

"Hyung," bisik Jaejoong bergetar.

Seojoon memandangnya dengan tajam. "Jangan coba-coba berbicara denganku. Aku bahkan tidak sudi melihatmu, aku terpaksa. Jadi, cepat pergi dari sini. Pesawatmu akan terbang beberapa menit lagi."

Seojoon menarik kasar koper yang diberikan Dongwook. Dengan hati enggan, Jaejoong mengikutinya.

"Ah, benar." Seojoon tiba-tiba menghentikan langkah hingga membuat Jaejoong yang mengikutinya juga ikut berhenti. Sedangkan Dongwook yang masih berdiri di kamar memandangnya dengan alis terangkat.

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang