BAB 08

345 54 13
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.



Inna menutup pintu kamar menggunakan kaki. Langkahnya nampak tergesa-gesa, sedangkan tangannya sibuk memakai jas dokter dengan telinga mengapit sebuah ponsel.

“Aku akan datang beberapa menit lagi.”

Secepat mungkin Inna menutup sambungan. Bergegas meletakkan ponsel ke dalam tas sembari mengambil kunci mobil. Ada satu pasien yang ditangani Inna kritis di rumah sakit, para suster di sana membutuhkan bantuannya.

Saat akan melewati kamar di samping kamarnya, Inna menghentikan langkah spontan. Pintu berwarna cokelat itu terbuka sedikit memperlihatkan Heeae yang tengah duduk di atas ranjang sedang memeriksa telapak kaki Haejoon.

Inna tersenyum manis.

Oppa, apa yang terjadi pada kakimu?” Inna berdiri di depan pintu dengan wajah polos. Pandangannya terfokus ke arah Haejoon yang meringis menahan perih pada telapak kaki. Darah kental mengalir, pun disusul tangan Heeae yang berusaha mencabut untuk pecahan kaca kecil dari sana.

Heeae dan Haejoon menoleh ke arahnya.

“Saat akan memakai sepatu, kakiku tiba-tiba tertusuk kaca.”

Haejoon menahan sakit saat sang isteri menyeka darah merah dari telapak kakinya, namun bukannya bersih sobekan itu malah semakin mengeluarkan banyak darah.

“Jangan ditekan terlalu keras eonni,” ujar Inna bergerak mendekat.

“Aku tidak tahu cara mengobatinya,” balas Heeae kembali menyeka luka suaminya.

“Biar aku yang obati.” Inna segera mengambil alih kotak pertolongan pertama dari tangan Heeae. Dengan cekatan mengambil kapas dan perlahan demi perlahan mulai membersihkan darah di telapak kaki Haejoon menggunakan antiseptik.

“Setidaknya gelar doktermu bisa berguna,” gumam Haejoon memandangnya dengan tersenyum. Tapi Inna tahu apa arti dari senyuman itu, pasti Haejoon tengah meremehkannya.

Aish, kakak yang tidak tahu diuntung. Jika tidak sedang membutuhkannya, mungkin Inna sudah menginjak luka ini sekarang juga.

Namun Inna berusaha untuk menahan amarah, beralih tersenyum paksa lalu dengan keras menekan luka di telapak kaki Haejoon hingga menyebabkan pria itu memekik kesakitan.

“Tentu saja oppa, kau harus bangga mempunyai adik bergelar dokter seperti diriku.”

Inna mengambil kain kasa untuk membalut luka di sekitar telapak kaki Haejoon. Kakaknya itu mengangguk sambil mengangkat alis.

“Ya. Aku sangat bangga padamu.”

Inna mendesis dalam hati, bersungut kesal dengan dada yang mendidih panas. Haejoon selalu melemparkan permusuhan dengannya. Sejak kecil, kakaknya yang satu ini tidak pernah perhatian padanya. Berbeda dengan Park Jihoon dan Park Seojoon, dua pria yang masih menjadi kakak terbaik sepanjang masa itu tidak pernah membuatnya kecewa.

Comely PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang