Bab 1 - Awal Bencana

81.3K 5.1K 108
                                    

Nostalgia: kenangan manis pada masa yang telah lama silam [KBBI]


~


Aku berjalan dengan langkah cepat begitu sampai di lantai 26, sambil berharap dalam hati tidak ada lagi drama apapun yang akan terjadi hari ini. Firasatku sudah tidak enak sedari pagi. Pertama, aku terlambat bangun sekitar 20 menit dari yang seharusnya karena semalam begadang untuk menyelesaikan seluruh episode Kim's Convenience season 4. Kedua, taksi yang aku tumpangi ke kantor tadi entah kenapa memutarkan lagu Gugur Bunga yang terasa begitu suram untuk didengarkan sepagi ini. Padahal ini kan juga bukan Hari Pahlawan?!

Begitu sampai di kubikel, aku pun menyempatkan diri untuk mengatur napas setelah sebelumnya berjalan terburu-buru demi mengejar waktu. Ketika sudah tenang, aku beranjak ke pantri untuk membuat kopi dengan mesin espresso yang disediakan perusahaan—yang entah kenapa masih kerap disia-siakan para karyawan di sini yang masih suka membeli kopi ke bawah, termasuk aku.

Setelah selesai, aku berjalan kembali ke kubikel. Ketika melewati sebuah ruangan meeting, sekilas terlihat punggung seorang laki-laki dengan kemeja berwarna biru muda yang tidak dapat kukenali, sedang berdiskusi dengan beberapa orang lainnya dari bagian Operations. Mungkin tamu atau anak baru, pikirku.

"Bi, lo biasanya bukannya sarapan nasi uduk?" Arisha menghampiriku begitu aku sampai di mejaku. Ia adalah teman terdekatku di kantor. Kami juga duduk bersebelahan, sama-sama di bawah departemen Development di perusahaan ini, Beufer Energy. Aku sendiri menempati posisi Reporting Analyst, sedangkan Arisha menempati posisi Social and Community Affairs.

Sesuai dengan judul pekerjaan yang diembannya, tidak hanya secara profesional, tapi secara personal pun Arisha juga sangat ahli di bidang 'social affairs' dengan orang-orang di kantor ini. Ia adalah Ratu Kepo Lantai 26 yang selalu ingin tahu urusan orang lain, mulai dari menu sarapan hingga gosip rumah tangga pasti membuatnya penasaran.

"Yakali gue makan nasi uduk tiap pagi, Sha!" jawabku santai.

Ia pun berbalik badan untuk kembali menghadap komputernya, namun belum juga 3 detik ia berbalik lagi menghadapku dengan wajah berbinar.

"Katanya ada tim baru hari ini buat ngurusin Tuhaha lho." Arisha baru saja menyebutkan salah satu proyek baru perusahaan kami yang berlokasi di Tuhaha, Maluku Tengah.

"Oh ya? Dari Macavel?"

"Kayaknya."

Macavel adalah sebuah perusahaan oil field services yang berpusat di Houston, Texas dengan cabang di berbagai belahan dunia, termasuk Indonesia. Mereka memang dipakai perusahaanku sebagai salah satu kontraktor untuk menangani maintenance dan surveillance beberapa Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) di beberapa daerah. Walaupun bidang utamanya adalah minyak dan gas, Macavel memang sudah melebarkan sayapnya ke bidang energi terbarukan seperti geotermal, mulai dari tahap explorations sampai ke tahap operations.

"Terus?" Aku masih bingung dengan arah pembicaraan ini, karena kontraktor seperti Macavel tidak ada hubungan langsung dengan lingkup perkerjaan kami.

"Ada yang cakep, Bi. Tadi pagi gue lihat bentar." Arisha menyengir.

"Astagaaa, Shaaa... Gue kira apaan!!!" Aku pun menimpuknya dengan stress ball-ku yang kuambil dari atas meja.

Arisha tertawa. "Kenapa sih? Kan berita bagus. Lo mau tiap hari cuma ngelihatin Pak Ilham mulu?"

NostalgiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang