Pemakaman papa sudah selesai. Semuanya pulang dengan hati yang berduka. Termaksud aku.
Mami yang sangat lemas saat papa di timbun tanah. Loetie yang melihat jasad papa di masukkan ke dalam peti histeris. Meskipun ia masih kecil, ia mengerti apa yang ia lihat.
*Di rumah..
"Mami akan menginap di rumah bibi selama satu minggu. Mami sudah siapkan uang untuk kalian. Kalian berdua harus saling menjaga ya. Maafkan mami meninggalkan kalian." Ujar mami yang kiranya ia sedang menahan air matanya.
Aku dan kakakku memeluk mami lalu mami pergi bersama Loetie.
Kini aku dan kakakku berdua di ruang tv. Aku melihat foto papa yang dibingkai rapi di sebelah tv.
Aku jadi ingat masa-masa di mana papa dan aku bermain bersama. Aku sangat merindukan itu. Aku sangat-sangat membenci papa karna ia meninggalkan mama. Mama pasti kecewa.
Bicara soal mama, sekarang papa sudah menyusul mama ke sana. Dan mungkin tak lama lagi aku dan kakak akan menyusul ke sana,ma agar kita bisa bermain bersama seperti dulu lagi.
Aku tidak sanggup kalau mengingat mama. Aku merindukan mu,ma. Aku sayang pada mama. Aku tau mama tidak suka aku menangis. Tapi aku tidak bisa menahan air mataku kalau aku mengingat mama.
Aku menyadari air mataku menghujani pipiku. Tapi tanpa kusadari aku sudah berada di pelukan kakakku. Ini membuatku sedikit merasa tenang.
"Sudahlah. Ikhlaskan biar mereka tenang." ujar kakak sambil mengelus punggungku. Aku mengangguk.
Ringtone handphone kakak berbunyi. Ia melepas pelukannya dariku lalu mengangkat telfon yang masuk.
Beberapa menit kemudian,ia kembali duduk di sampingku.
"Besok aku mau mengerjakan tugas kelompokku bersama Lisa,Aurel,Vero dan Alvin di rumah Lisa." ujarnya seraya memasukkan handphonenya ke saku celananya.
"Lalu aku bagaimana?" tanyaku. Aku tidak mau di rumah sendirian.
"Kau ikut saja ya. Mereka juga membawa adik-adiknya." ucapnya. Aku mengangguk.
"Yasudah tidur sana. Besok bangun pagi." lanjutnya. Aku mengangguk lagi lalu berjalan menuju ke kamarku dan meninggalkan kakak di sofa.
Di kamar aku merebahkan tubuhku dan memejamkan mataku. Tak lama aku terbawa oleh arus mimpi yang CUKUP indah.
***
"Vallery,bangun. Kita akan pergi 20 menit lagi,ya." seseorang yang kuyakin itu kakakku menguncang-guncangkan tubuh ku.
Perlahan aku membuka mataku.
"Hoaam.. Ini jam berapa sih,kak?" tanyaku yang masih mengumpulkan tenagaku yang sedang berpencar.
"Ini jam setengah delapan lewat. Kita kan ada janji jam setengah sembilan." ujarnya.
"Masih satu jam lagi kan?"tanyaku sambil merebahkan tubuhku ke kasur dan menutup wajahku dengan selimut. Tapi kakak menariknya.
"Tempatnya jauh,Ry. Ayolah." ujarnya lagi dengan wajah yang sepertinya kesal. Aku segera bangun dan menuju kamar mandi.
Setelah selesai mandi aku langsung menuju ke dapur untuk makan. Ternyata kakak masak nasi goreng.
"Cepetan ya. Ini sudah jam delapan."ujar kakakku yang sudah rapih.
"Kakak mau ngerjain tugas apa mau nge date? Tumben rapih banget? Wangi lagi." ledekku. Tapi ia beneran rapih+wangi+terlihat tampan. Ngga biasanya.
"Ish! Udah cepet makannya. Kakak tinggal nih." ujarnya kesal.
"Heheh.. Iya sabar." candaku.
Selesai makan,aku langsung berangkat. Di perjalanan aku mendengarkan lagu kesukaanku dan kakakku yaitu team penyanyinya adalah Lorde. Aku dan kakakku suka Lorde. Aku dan kakakku bernyanyi. Kakak yang menyetir mobil. Sementara aku memakan cemilanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Broken Home
Teen FictionKisah kehidupan Vallery Candice Ceirus yang menyedihkan. Tentang keluarganya yang hancur. Dan kesedihan yang menimpanya membuatnya frustasi.